Jwksksks"Lalu saat meeting tadi apa yang kau simpulkan?." Tanya Rio saat suasana ruangan nya sudah tenang.
"Katakan dulu pendapat mu, baru ku bagai tau pendapat ku." Ucap sambil membenarkam posisi baby L agar nyaman dalam dekapan nya.
"Aku merasa Tuan Lee sangat tidak suka pada ku, karena sejak meeting di mulai dia seperti memandang remeh aku dam terus menyudutkan ku. Dan beruntung aku dapat memjawab setiap pertanyaan nya dengan baik." Tutur Rio.
"Lalu?,, gak mungkin kan cuma itu?." Tanya Rosè.
"Dan kalau tuan Han dan tuan Jung sepertinya dia mendukung ku karena di tidak memandang ku remeh, dan terus membantu ku jika ada kesempatan dan tidam menyudutkan ku sedikit pun. Kurasa kami akan cocok bekerja sama." Ujar Rio antusias.
Rosè terkekeh mendengar penuturan Rio dan menggeleng kepalanya pelan dan menatap Rio dalam.
"Ternyata kamu masih naif dan perlu bimbingan extra." Ujar Rosè hal itu mambuat Rio bingung dan menautkan alisa nya ke atas.
"Dari sudut pandang ku tuan Lee adalah orang yang jujur dan to the point, bukti nya kalau dia gak suaka dia langsung menunjukan nya. Asal kamu tau Rio setiap kamu menjawab pertanyaan nya dengam yakin dan percaya diri dia tersenyum tipis mengagumi diri mu." Jelas Rosè.
Hal itu membaut Rio makin bingung, namun tidak menanya kan ya karena ingin mendengar pendapat Rosè tentang dua orang lagi.
"Dan untuk tuan Han dan tuan Jung, kalau menurutku mereka orang nya munafik, bermuka dua dan penjilat. Orang kek gitu harus di kamu tendang dari prusahaan ini." Jelas Rosè.
"Kalau kamu tidak percaya selam sebulan ini kamu awasi mereka bertiga." Saran Rosè lgi melihat raut wajah keetidak percayaan dari Rio.
"Dan setelah itu pandangan kamu terhadap duania akan berubah." Tambah Rosè.
Membaut Rio tambah bingung, dia tidak tau harus melakukan apa satu sisi dia yakin dengan pemikiran nya dan di sisi lain dia memikirkan semua sudut pamdang Rosè.
.
.
.
.
.
.
...
.
.Hari ini kantin sangat penuh dan hanya ada satu meja kosong panjang yang muat untuk lapan orang yang tersisa di kantin.
Rosè, Jisoo, dan Jennie menuju meja itu dengan nampan berisi makan siang mereka hari ini.
Drt
Mereka mendudukan diri di meja bersaman denngan tiga orang di lagi selain Jisoo cs. Dan ternyata yang duduk di sana adalah Irene cs yang bisa di sebut musuh mereka di sekolah.
"Ngapain lo pada duduk di sini?." Tanya Wandi sok nantangin.
"Ya makan lah, gitu aja masih nanyak." Sewot Jisoo kesal.
"Bisa aja tu mulut, mening kalian pergi deh ini meja buat kita." Usir Seulgi.
"Siapa lo ngusir kita, emang ni kantin punya lo." Timpal Jennie
"Tapi kita gak mau semeja sama lo lo pada." Sentak Irene.
"Lo pikir kita mau, lo liat semua meja penuh dan tinggal meja ini yang kosong, lagian kita berjarak satu kursi di tengah lo. Kalau lo gak mau semeja mening pegi aja. Kita mau makan bukan debat." Jawab Rosè pada mereka dengan santi sambil menyantap nasi goreng dengan nikmat.
"Bener tuh, makan aja gak usah peduliin kita di sini." Timpal Jisoo.
"Iya anggp aja kita gak ada di sini, kek kita yang naggep kalian juga." Ujar Jennie dan fokus menyantap Jajangmyion nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Buk
Saat berjalan menuju ruang kelas nya Irene tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang. Dan orang itu lebih dulu menangkap Irene agar tidak terjatuh mencium lantai.
"Maaf. Lo gak papa?." Tanya laki-laki yang menabrak nya.
"Ah, gua gak papa. Maksih udah nolongin gua." Ujar Irene.
"Sama-sama. Dan sekali lagi gua minta maaf." Jelas Rio penuh sesal.
Rio masih memeluk pinggang Irene, dan sang gadis mengalungkan tangan nya di leher Rio dengan erat. Yap betul yang menabtak Irene adalah Rio.
"Shit, Rosè." Bisik Suho lirih pada jimin.
Jimin pun mengedarkan pandangan nya, dan sontak terbelalak melihat Rosè bersadar di pintu kelas sambil bersedekap dada memandnag Rio dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Mampus si Rio." Bisik Jimin pada Suho merinding dengan tatapan dingin Rosè.
Sedangkan Wendy dan Seulgi senyum-senyum gak jelas, mereka merasa senang karena Irene bisa bersentuhan dengan Rio, laki-laki yang di cintai Irene.
"Ini sekolah buat belajar, bukan buat pacran." Sakras Rosè penuh kesinisan dan dingin.
Membuat Rio gelalapaan merasa bersalah, dan melepaskan tangan nya di pinggang Irene, dan sang gadis seolah tak peduli dan berdiri merapikan pakaian nya.
"Rosè." Gumam Rio menghampiri Rosè.
"Aku bisa jelasin." Ujar Rio saat sudah berada di depan Rosè.
"Gak perlu di jelasin. Aku lihat semuanya dari awal sampai akhir. Jadi gak perlu di jelasin." Dingin Rosè masih menatap Rio tajam.
Rio yang merasa bersalah, hanya menatap Rosè melas. Karena melihat Rosè menatap nya dengan dingin tatapan yang belum pernah di tunjukan oleh Rosè pada nya.
Karena Rio hanya diam, Rosè menghembuskan nafas kesal dan meninggal kan Rio mematung dan beranjak pergi ke dalam kelas.
"Dia gak marah, hanya kesal." Ujar Jennie.
"Nanti minta maaf aja. Rosè hanya butuh kata itu." Timpal Jisoo mengikuti Rosè ke kelas menarik Jennie.
"Lo sih, ke enakan meluk nya." Ejek Jimin
"Mapus lo, gatel sih jadi oranga." Timpal Suho.
Rio berdecak kesal dan meninggal kan kedua teman nya dengan kesal karena di ejek.
"Ada hubungan apa ya Rio sama Rosè?." Tanya Wendy melihat intraksi Rio dan Rosè yang menurut nya aneh.
"Mana gua tau. Mungkin lagi pdkt." Timpal Seulgi cuek.
"Gua gak akan biarin siapa pun jadi oacar Rio, cukup gua ngalah sama Nancy dulu." Timpal Irene penuh tekad.
"Gua dukung lo. Tapi jangan jadi obsesi aja." Nasehat Seulgi.
"Iya, jika nanti lo udah berusaha dan Rio gak notice lo. Jadi lo mundur aja. Perasaan gak bisa di paksaan Ren." Timpal Wendy.
"Iya, gua tau kok. Gua akan bersaing dengan Rosè secara sehat, dan akan berhenti jika udah waktu nya." Ujar Irene yakin. Wendy dan Seulgi menatap Irene dengan senyum bangga dengan pemikiran teman nya.
"Dan ingetin gua, jika nanti gua lupa." Pinta irene pada sahabat nya dan di angguki oleh mereka laku merangkul Irene ke kelas mereka.
T
B
C
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Littel Family
Teen Fictionkisah Vizenco Limario Manoban dan Jacqueline Roseannè .