Di malam hari yang gelap, dingin, dan hujan deras seorang laki-laki sedang berjalan menyusuri jalan raya seorang diri tanpa payung. Dia tidak peduli basah karena hujan, kedinginan karena basah kuyup dan dingin nya angin malam.
Dia seakan tidak merasa kan dingin itu, tatapan matanya kosong, merah dan bengkak tanda nya dia habis menangis.
Laki-laki itu berhenti di atas jembatan dan menatap kebawah arus sungai sangat deras.
"Jika aku melompat ke bawah apa rasa sakit ini akan hilang?. Rasa nya sangat sakit di hiyanati oleh wanita yang sangat ku cintai. Rasanya sangat sakit." Gumam nya pelan matanya menatap nanar ke bawah.
"Benar jika mati sakit ini pasti hilang." Gumam nya dan tah sejak kapan dia sudah berada di atas jembatan.
"Mama tunggu Rio. Rio rindu pelukan mama, Rio rindu mama yang mengatakan semua pasti baik-baik saja. Mama Rio rindu. Mama Rio sakit ma, hati Rio sakit maaa." Rio menangis segugukan di atas jembatan.
"Ma, Rio datang, Rio udah gak sanggup ma." Rio menutup mata nya dan hendak menjatuhkan diri nya ke sungai.
"RIOOOO!!." Seseorang berteriak dan menaraik Rio ke bawah.
"Direktur baik-baik saja?." Seorang wanita dan laki-laki datang berlari ke arah yang di panggil direktur itu.
"Aku baik Hana, cepat bawa Rio ke mobil." Ucap Rosè khawatir karena Rio sudah tak sadarkan diri.
Laki-laki yang berperan sebagai sopir Rosè mengendong tubuh Rio dan membawanya ke mobil. Rosè membuat pahanya menjadi bantalan untuk Rio. Sedangkan Hana di depan dengan sopir.
"Rio sadar. Kamu gila ya ingin bunuh diri." Gumam Rosè mengusap kepala Rio dengan lembut.
"Sebenar nya apa yang terjadi sehingga kamu seputus asa ini hmm?." Ucap Rosè lagi.
Hana dan Sang sopir melirik Rosè dengan bingung. Karena dia tak biasanya peduli dengan orang lain, tapi saat ini dia terlihat sangat peduli bahkan terlihat sangat khawatir terlihat dari raut wajah nya yang gusar.
"Kamu bawa Rio ke kamar, dan Hana hubungi dokter Shinye segera ke mansion." Titah Rosè dan langsung di lakukan oleh mereka dengan cepat.
Sedangkan Rosè langsung ke kamarnya membersihkan diri dan berganti baju karena basah dan kotor terjatus saat menolong Rio tadi.
"Bagai mana ke adaan nya dok?." Tanya Rosè saat melihat Shinye keluar dari ruangan Rio.
"Nona Rosè, pasien demam tinggi, dan banyak beban pikiran sehingga membuat nya tidak sadarkan diri. Saya saran kan jangan membiarkan dia larut dengan kesedihan jika tidak dapat berdampak pada psikis nya." Tutur dokter Shinye.
"Baik dokter. Trimakasih karena sudah repot-repot datang kemari hujan seperti ini." Tutur Hana mengantar Shinye ke luar mansion.
Sedangkan Rosè masuk kamar Rio dan mengawasi dan merawat Rio malam ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
..Di kelas nampak Jimin dan Suho sahabat Rio sedang di landa kebingungan.
"Ui napa tu wajah lek banget kek bungkis gorengan?." Jennie masuk kelas dan langsung duduk di bangkunya deket bangku Suho dan Jimin.
"Ck! Apan sih lo?. Kita lagi gak mood becanda ya." Ucar Jimin kesel.
"Biasa aja dong ngomongnya." Ucap Jisoo ngegas.
"Ck!." Suho berdecak kesal pada Jennie dan Jimin.
"Udah kita serius ada apa emang?." Tanya Jennie balik.
"Ini Rio gak bisa di hubungin dari semalem. Janjinya mau main bareng." Jawab Jimin.
"Gitu doang, Rio itu dah besar. Pasti bisa jaga diri dong." Sewot Jennie di angguki tanda setuju oleh Jisoo.
"Iya tau. Masalah nya terakhir bis di hubungin itu dia kenya ada maslah gitu. Makaya kita khawatir." Adu Siho dengan mukak melas.
"Ck! Santai aja, gue yakin dia bisa jaga diri kok." Timpal Jisoo lagi.
"Ah serah lah." Kesal Jimin lama-lama sama mereka berdua karena Rio kalau gak ada kabar gini tandanya dia bisa buat nekat.
Jennie dan Jisoo hanya milih diam, karena malaes liat mukan kesel Jimin.
Brak!!
Tiba-tiba siswi perempuan menggerbarak meja Jennie kasar.
"Woi santai aja dong!." Sentak Jennie kesal.
"Kalau kita kena serangan jantung, sanggup lo tanggung jawab!." Bentak Jisoo lantran kaget banget.
"Sorry, tapi itu si Rosè....." ucap nya gugup
"Rosè kenapa?." Tanya Jisoo khawatir.
"I itu anu itu." Siswi itu jadi gagap kaerena takut sama dua iblis.
"Yang jelas dong kalau ngomong!." Bentak Jennie marah, dia takut Rosè kenapa-napa.
"Kalian tenang dulu, dia jadi takut karena kalian marah-marah." Jimin menenangkan Jisoo dan Jennie.
Kedus gadis itu menghela nafas kasar, memilih diam dan membiarkan Jimin berbicara. Tapi mata mereka masih tajam setajam silet.
"Jadi ada apa dengan Rosè?." Tanya Jimin tanang.
"Rosè di bully sama Irene cs di toilet kepalanya dan bibir nya berdarah." Jelas siswi itu.
"Sialan gue pastiin mereka mati." Geram Jennie mendorong siswi itu dan berlari ke toilet.
"Yak tungguin gue." Teriak Jisoo mengikuti Jennie dan Jimin beserta Suho juga ikut.
Di toilet Rosè sedang membasuh wajah nya, merapaikan baju dan rambutnya agar tidak terlu lecek. Dan menatap pantulan dirinya di kaca dengan tatapan tajam serta semirik kejam.
"Ahhh, lukanya menutupi 3% kecantikan ku." Gumam Rosè memadang wajah nya.
"Mening pulang aja dah, malas belajar kalau dah kek gini." Monolong Rosè sedniri dan keluar toilet menunju parkiran.
"Rosè lo gak papa kan!?." Tanya Jisoo dengan sedikit berteriak saat bertemu Rosè di koridor.
"Gak papa kok, cuman kepala gue bocor dikit aja kok." Ucap Rosè santai.
"Sialan si Irene, berenai bener dia buat lo luka kek gini!, mana tu orang biar gue habisin. Liat ni mukan sama kening lo bedarah dan memar. Kan ilang cantik loyang gak seberapa itu." Dumel Jennie kesal panjang lebar hanya dengan sekli nafas.
"Udah Jen, tenang aja. Ntar gue balas mereka."
"Natar? Ntar? Natar kapan, nunggu lo sekarat di rumah sakit ha!." Sentak Jennie kesel.
"Aduuuh kucingku yang manis jangan marah dong, besok gue bales mereka serang pulang ya males gu belajr." Ajak Rosè.
"Kita oke oke aja bolos, tapi naik apa?, kan lo tau kita berangkat di anter supir." Timpal Jisoo.
"Tenang, gue dah hubungin Hana asisten gue. Dia dah di perkiran kok." Ucap Rosè
"Ya udah yuk." Jennie menarik Jisoo dan Rosè.
"Kalian ikut di mobil gue ya." Ajak Rosè pada Jimin dan Suho.
"Ngapain?." Tanya Suho bingung.
"Rio dia rumah gue." Sahut Rosè santai.
"Jangan banyak tanya. Gue jelasin nati aja di rumah." Rosè langsung bicara saat Jimin ingin bertanya lagi.
Di mobil tidak ada yang berbicara, Jennie dan Jisoo asik dengan HP mereka. Sedangkan Jimin dan Suho diam sebenernya pengen naya sama Rosè kenapa Rio bisa di rumah nya. Tapi karena di larang bertanya ya mereka diam..
Sedangkan Rosè duduk diam anteng membaca dokumen yang di serahkan oleh Hana.
TBC............
JANGAN LUPA VOTMEN
KAMU SEDANG MEMBACA
My Littel Family
Teen Fictionkisah Vizenco Limario Manoban dan Jacqueline Roseannè .