15.

447 44 2
                                    



Di kantor Rosè lebih tepat nya ruang kerjanya, Rosè sedang asik berkancan mesra dengan kertas-kertas putihnya dengan serius.

Saking serius nya dia sampai tidak terganggu di mana ke dua sahabat nya asik maik game selonjoran di sofa sambil triak-triak. 

Tok
Tok
Tok
 

Hingga terdengar suara ketukan pintu dari luar pun Rosè tidak terusik saking fokus nya.

"Jen, bukaain sana." Suruh Jisoo sambil menendanh pelan kaki Jennie.

"Lagi asik ini, bukaain sendiri lah." Sewot Jennie malas.

"Ck!." Decek Jisoo kesal  dan dengan malasnya dia membuka pintu.

Matanya lamgsung membelalak kaget saat melihat ke empat tamu yang datang berkunjung.

"O  oh si- masuk aja." Ujar Jisoo kaget dan gugup membuka pintu lebar-lebar. Dan berjalan dengan cepat  menghampiri Jennie.

"Jen bangum, cepet!." Bisik Jisoo kesal.

"Ck! Apan sih!." Sentak Jennie kesal.

Jisoo hanya diam, dan menyuruh Jennie melihat ke arah pintu dengan dagunya.
Jennie kaget dan lamgsung membenarkan diri nya dan duduk manis di sofa.

Tok
Tok
Tok

Salah seorang yang datang bertamu mengetuk meja Rosè, sehingga dengan terpaksa Rosè mengalihkan atensinya dan melihat siapa yang menganggunya.

"Kakek!." Pekik Rosè girang dan langsung berjalan memeluk sang kakek.

"Aduh cucu kakek serius banget kerjanya sampek-sampek tidak memyari kakek nya datang. Huh." Ucap  kakek pura-pura kesal.

"Maaf kek, soalnya baru seminggu yang lalu perusahaan Rosè berjalan di bawah pimpinan Rosè langsung kek." Jelas nya masih dalam pelukan sang kakek.

"Hahahah, kakek tau. Kakek hanya bercanda." Ucap kakek tertawa senang.

"Ehem, Rosè?." Seorang pria paruh baya berdehem  dan memanggilnamanya, Rosè langsung melihat siapa yang memanggilya dan dia kaget melihat Ayah,Ibu, dan kakak nya Alice juga ada di sana.

"Apa maksud nya ini kek?." Tanya Rosè dingin sambil menatap kakek nya tajam.

"Ayo duduk dulu, biar kakek jelaskan semuanya. Tidak bagus bicara serius sambil berdiri." Tutur  kakek sangat lembut dan perhatian karena dapat dia lihat kemarahan di mata sang cucu.

Rosè hanya pasrah dan mendudukan  dirri di sofa tepat di depan Ayah,Ibu, serta kakak nya duduk. Dengan mempertahankan wajah datarnya.

"Rosè bagai mana kabar mu nak, Mommy sangat merindukan mu nak." Ucap Mommy dengan mata berkaca-kaca terlihat kerinduan membuncah di sana.

"Sudah lah. Bisa kakek jelaskan?." Rosè tidak mempedulikan Mommy nya dan bertanya pada sang kakek.

"ROSÈ BEGITUKAH CARAMU BERBICARA PADA IBUMU. SUNGGUH TIDAK BERPENDIDIKAN!."  Bentak Manson deddy Rosè.

Rosè menggerjap-gerjapkan matanya kaget karena suara bentakan sang Daddy. Jisoo dan Jennie yang masih  duduk di sana  mengusap lengan dan pundak Rosè seperti memeberi ketenangan.

"Manson perhatikan nada suaramu, aku masih di sini." Ucap kakek Dingin dia tidak rela cucunya di bentak.

"Ayah terlalu memanja kan nya." Protes Manson tidak terima di tegur sang ayah.

"Tenanglah sayang, jangan selalu memarahi Rosè." Bujuk sang istri mengusap punggung suaminya lembut.

"Iya ayah, dari awal memang kita yang salah, sehingga membuat Rosè menjadi dingin pada kita." Timpal Alice.

Rosè masih diam di  sana, tapi hatinya terasa sakit mendengar bentakan ayah nya. Namun tetap mempertahankan wajah datar nya.

"Direktur klien dari LA sudah datang. Maaf saya tidak melihat anda." Tiba-tiba Hana datang dan langsung masuk membuat dia merasa bersalah tidak melihat tamu di sana.

"Kosongkam semua jadwallku Hana." Titah Rosè dingin. Hana langsung paham jika Rosè dalam mood yang tidak bagus.

"Direktur?, kamu pemilik perusahaan ini Rosè?." Ucap Manson kaget.

"Iya." Dingin Rosè.

"Jelaskan lah kakek, aku sibuk." Pinta Rosè menoleh pada sang kakek.

"Begini...... kamu ingat kan almaruhum nenek kamu memiliki sahabat yang dia anggap sebagai keluarganya. Dulu nenek mudan shabat nya ingin menjodohkan cucunya." Ucap sang kakek menggantung perkataan nya.

Rosè masih diam dengan wajah datar nya, padahal dia sedang sangat risau, dia tau kemana arah pembicaraan ini.

"Jadi kakek ingin kamu bertemu dengan cucu sahabat nenek mu,  karena itu keinginan terakhir nenek mu sebelaum dia menghembuskan nafas terakhir nya." Tutur kakek selembut mungkin.

Rosè menghela nafas nya kasar, dia melihat satau-persatu orang yang duduk di depan nya dengan tetapan datar, dapat dia lihat semua orang sudah mengetahui hal itu.

"Kenapa aku kakek?, kenapa bukan kak Alice?." Tanya Rosè sesantai mungkin karena sekarang dia sangat kesal.

"Karena yang di jodohkan kalian waktu masih dalam kandungan." Jelas Manson lembut.

"Daddy tau akan hal itu, lalu kenapa deddy masih menjodohkan ku dengan laki-laki bajingan itu?, dan lebih parah nya hanya semata-mata kerja sama prusahaan." Sinis Rosè tajam pada ayah nya.

"Deddy minta maaf atas hal itu nak, deddy di butakan oleh uang saat itu. Tapi percaya lah deddy sudah sadar nak." Jelas Manson terlihay ketulusan di matanya.

"Kek boleh aku ajukan pendapat ku?." Tanya Rosè .

"Tentu nak, kakek tidak akan memaksamu jika kamu tidak mau, tapi setidak nya kamu ikut kakek menemuinya nanti malam."

"Baik lah, tapi biarkan aku menilai nya sendiri, apa dia panatas atau tidak kek. Dan kakek harus menerima semua keputusan ku. Dan ingat kek aku hanya menemuinya bukan menerima perjodohan ini." Finnal Rosè dan di setujui sang kakek.


Manson menatap putrinya lekat,  sekarang dia sadar bahwa perlakuan kakek pada Rosè sangat berbeda Jauh dengan apa yang dulu dia lakukan pada Rosè.

Dia yakin jika dia memberikan Rosè kesempatan memberikan pendapat, dan mendiskusikan nya terlebih dahulu pada sang putri. Maka Rosè tiadak akan bersikap dingin pada nya seperti ini. Dan rasa bersalah kembali muncul di dadanya.
















Di sebuah restoran keluarga lebih tepat nya ruang VVIP duduk sembilan orang yang sedang menyantap makan nya dengan nikmat.

"Seperi perkataan saya waktu itu, saya ingin menjodohkan cucu saya Rosè dan putrami Limario." Tutur sang kakek memecah ke heningan.

"Masalah itu tanyakan pada Rio tuan." Tawa Marco padahal dia tidak peduli.

"Bagaimana nak?." Tanya Manson menatap Rio.

Ya benar orang yang di jodohkan dengan Rosè adalah Limario, dan yang hadir di sana adalah Daddy,Mommy, kakek, Alice dari pihak Rosè, dan Marco, Dara serta Kai saudari tiri Rio.

"Saya bersedia Dad. Demi memenuhi permintaan terakhir Mommy saya." Ujar Rio.

"Baguslah, kamu dengar Rosè?, Rio mau. Jadi kamu juga harus menerimanya demi almarhum nenek." Jelas Mommy Rosè.

Rosè hanya mengangguk tanda mengerti.

"Dan satu lagi perusahaan Manoban yang saya kelola akan saya serah kan pada Rio setelah semua berkas yang di perlukan siap." Ujar kakek.

Memang setelah menyerahkan ke kuasaan nya pada Manson, dia menjalan kan amanat untuk mengelola perusahaan dari nenek Lim yang dulu hampir bangkrut.

Dan sekarang dia akan menyerahkan nya pada Limario, karena itu mandat darai sanga nenek Limario.






TBC.....

My Littel FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang