Bab sembilan belas

1.6K 71 1
                                    

Makan malam aneh yang masih harus dirasakan oleh Arwanni,tampak burger didepannya begitu Ia gigit didalamnya terasa sambal untuk rujak ditambah segelas air lemon asin.
Sejak tingkah aneh Larasati Arwanni tidak pernah tidur di ruangan mereka lagi karena Ia segera memuntahkan isi perutnya setelah keluar ruangan,tapi kali ini
"Kak bisakah tidur disini malam ini",pinta Larasati.
Arwanni mengangguk pelan,sebenarnya ragu tapi Ia tidak ingin mengecewakan Larasati.
"Kakak tidak bohong kan",Larasati kembali menyakinkan.
"Hhmm..",sahut Arwanni.
"Oke..aku ganti baju dulu",ucap Larasati lalu berlari meninggalkan meja makan dan mengambil baju tidur di almari kemudian masuk kamar kamar mandi,Arwanni sedikit risau dan bertanya-tanya apalagi yang direncanakan Larasati kali ini kenapa tiba-tiba menyuruhnya tinggal setelah melakukan serangkaian hal gila padanya.
*
Aroma tubuhnya begitu wangi,baju tidurnya sangat seksi,dan memeluk tubuhnya yang bertelanjang dada saat ini,Ia tidur dengan tersenyum sementara Arwanni tak bisa tidur menahan birahinya yang bergejolak karena lama tak bisa menyentuh Larasati.
Ia terpaksa membuka resleting celananya agar sedikit longgar dan memberi ruang untuk p****nya saat ini yang tegang.
Tiba-tiba tangan kiri Larasati menelusup kedalam cd Arwanni dan memeluk miliknya yang tegang,tapi Arwanni tak bisa melakukan apa-apa sekarang karena suara dengkuran Larasati.
Arwanni hanya berpikir Larasati sedang ingin balas dendam padanya jadi Ia harus pasrah dengan semua perbuatan Laras.
Laki-laki normal mana yang bisa menahan saat pusat syarafnya di pegang tangan mungil yang lembut dan terasa hangat,meski berusaha menahan tetap saja organ vitalnya itu berdenyut-denyut secara spontan.Arwanni berharap Larasati segera melakukan hal lain yang lebih menggairahkan tapi ternyata hanya seperti itu hingga pagi tiba.tanpa sadar mereka berdua terlelap saat hari sudah hampir pagi.
Jam sembilan pagi Larasati bangun dengan terkejut karena kesemutan tangannya,dan tersadar telapak tangannya masih didalam cd Arwanni.
Karena gerakan spontan Larasati menarik tangannya,Arwanni terkejut dan terbangun.
"Maaf aku ketiduran",ucap Arwanni pelan.
"Ah..eh..iya",sahut Larasati yang gelagapan karena gugup dan salting sendiri.
Larasati bergegas kedapur dan mencuci muka ala kadarnya didapur,Ia bersiap membuat sarapan.Entah karena tadi bangun dengan kaget atau karena moodnya sudah kembali.
Arwanni lega pagi ini sarapan yang masuk kemulutnya terasa enak seperti dulu meski cuma nasi goreng dengan telur mata sapi diatasnya.
Sebelum meninggalkan ruangan Ia meletakkan uang tunai sepuluh juta dimeja rias Larasati.
Larasati tidak tahu keberadaan uang itu karena setelah membereskan bekas sarapan mereka Ia kembali melanjutkan tidurnya.
*
Larasati bangun tapi melihat dari jendela kalau hari sudah hampir gelap, Ia berjalan ke kamar mandi dan memakai dress selutut tanpa lengan berwarna merah menyala,berjalan kedapur tapi menemukan sebungkus nasi bakar dari produk jualan daring.membuka bungkusnya tapi tak memakannya,ke dapur dan minum segelas air dingin.
Mengambil tas dan melihat uang dimeja riasnya ketika berniat memakai parfum dan sedikit lipstik.Ia menghitung lalu mengumpulkannya bersama uang yang lain dilaci almari bajunya yang penuh sesak uang pemberian Arwanni tentu saja menjadi istri konglomerat dan kepala mafia uang bukanlah hal yang susah didapat.
ia mengambil 2 juta lalu memasukkan tas kecilnya dan pergi keluar.Larasati merindukan rumah utama dan bertemu Leon dan Affan.Ia meminta anak buah Arwanni mengantarkannya pulang kerumah besar.
Sesampainya disana Ia hanya disambut pelayan dan penjaga rumah,rumah itu sepi jadi Larasati langsung menuju kamarnya dan merebahkan diri disana tanpa berganti baju ataupun melepas high heels yang dipakainya.
Entah berapa lama Ia tidur hingga pintu kamarnya diketuk seseorang,Ia tahu jika yang mengetuk itu pasti pak Parjo  kepala pelayan.
Larasati tak bergeming karena terlanjur nyaman tidurnya saat ini,matanya kembali terpejam melanjutkan tidurnya.
Beberapa waktu kemudian terasa tubuhnya diangkat seseorang dan sepatunya dilepaskan beserta ikatan rambutnya,selimut dipasangkan ketubuhnya dan terdengar suara air dinyalakan setelahnya,jadi Ia menebak itu pasti Arwanni.Dan lagi-lagi Ia malas membuka mata mesti terbangun karena mendengar suara,tubuhnya benar-benar terasa ringan dan lemas jadi Ia melanjutkan tidurnya.
Larasati membuka mata dan melihat senyum Robert,ditangannya terpasang selang infus.
"Aku kenapa kak Robert",tanya Larasati
"Hanya kecapean saja,istirahatlah",jawabnya singkat lalu keluar kamar.
"Kakak ipar..aku merindukanmu,kakak akan tinggal disini lagi kan",seru Leon begitu masuk kamar,lalu menggenggam telapak tangan Larasati.
Larasati mengamati wajah Leonardo,apakah ini sebuah kebohongan atau ketulusan,Ia kesini ingin mencari tahu apakah Leonardo dan Affandi tahu tentang asal dirinya.
Larasati kemudian tersenyum lalu berusaha menarik tubuhnya untuk duduk,tapi ada tangan yang membantunya dari belakang dan itu bukan Leon,Ia menoleh ternyata sedari tadi Arwanni juga ada didalam kamar,bau rokok tercium dari mulut Arwanni,"cup...slot...",Larasati langsung menangkap wajah suaminya dan mencium bibirnya ketika Arwanni membungkuk untuk menata dan membantu Larasati duduk.Mata mereka jadi beradu pandang,hingga Leon berseru,"hei..hei..adikmu ini masih disini tunggulah aku keluar dulu kalau mau bermesraan.
Leonardo meninggalkan mereka berdua dan menutup pintu saat melewati pintu kamar,memberi ruang untuk suami istri berduaan.
"Selamat kamu akan jadi seorang Ibu",bisik Arwanni sambil mencium tangan Laras yang terdiam.
"Apa ini anakmu...bukankah kamu melakukan sesuatu agar kamu tidak bisa membuahi siapapun",kata Larasati tak terduga.
"Kau hanya melakukannya denganku",ucap Arwanni menekankan.
"Kamu yakin... bagaimana jika aku tidur dengan salah satu anak buahmu",seru Larasati
Tangan Arwanni sudah diatas berniat menampar mulut Larasati,tapi Ia tahan amarahnya,Ia teringat kalau Larasati sedang marah padanya saat ini.
"Apa yang kau inginkan sebenarnya...katakanlah demi kebaikan bayi kita diperutmu",ucap Arwanni melunak.
"Bisakah kamu pulangkan aku pada kedua orangtuaku",kata Larasati menatap wajah Arwanni.
"Ratih sudah tiada dan Larasati adalah istriku,orangtuamu bisa mati terkejut jika kamu kembali,pikirkan itu",jawab Arwanni.
"Kenapa kamu melakukan ini padaku,mencuri hidupku",seru Larasati yang mulai tak kuasa menahan airmatanya.
"Aku mencintaimu",ucap Arwanni lalu memegang kedua pipi Larasati.
"Bohong...kamu bohong...kamu iblis..jahat..aku membencimu...aaaaa...aaaa...",Larasati berteriak histeris setelah mengeluarkan semua isi hatinya dan menangis dengan keras,Ia memukul-mukul tubuh Arwanni yang diam saja didepannya.
"Aku mau pulang...aku mau pulang...",seru Larasati.
Robert masuk mendengar keributan dan bergegas menyuntikan sesuatu kedalam selang infus Larasati.
Tubuh Larasati mulai melemas lalu tertidur beberapa saat kemudian.
"Ia sudah ingat semuanya dengan utuh sekarang,Rob",kata Arwanni sambil membelai rambut istrinya.
"Kau bilang dia tidak akan pergi darimu,idemu membuatnya hamil juga tidak berhasil sepertinya",ucap Robert
"Pergilah dan lepaskan semua sebelum ayahmu membuat masalah nanti,hiduplah bahagia bersamanya",Robert mulai khawatir pada sahabatnya itu.
"Aku belum membuatnya jatuh cinta padaku,aku tidak bisa membawanya pergi",ucap Arwanni."dan sekarang aku khawatir Dia akan melukai bayi kami"
Robert menepuk bahu Arwanni menenangkannya.

~~~~~~~~
Haruskah buat cerita 21+ lagi
Ehm...21+ membutuhkan energi dari vote kalian

Arwanni Tolong Pulangkan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang