Bab 23

1.9K 58 3
                                    

Larasati membaca secarik kertas yang ditinggalkan Robert kemudian membakarnya dan memasukkannya kedalam toilet.
Ia tersenyum senang dan merasa akan menang setelah ini, karena benar-benar menghilang baik sebagai Ratih maupun sebagai Larasati.
Bahkan tak perlu membawa dokumen apapun saat pergi nanti hanya cukup menjaga dirinya sehat dan selamat sampai ditujuan.
#
Hubungan Jack dan Arwanni menjadi dingin sekarang, Arwanni tak pernah memerintahkan apapun pada Jack seperti sebelumnya, sementara Jack yang merasa bersalah hanya mampu bertindak seperti anak buah kakaknya yang lain.
Meski Jack berada di sekitar kakaknya saat ada masalah datang tetapi Ia dianggap tak lebih dari anak buah yang lain.
Namun seluruh anak buah Arwanni tetap menghormati Jack sebagai tangan kanan bos mereka.
Arwanni sedang marah tetapi Jack adalah adik kesayangannya, sebagian dirinya masih menyayangi adiknya tetapi bagaimanapun adiknya ikut andil atas hilangnya calon bayinya dan juga menyakiti perempuan yang ia cintai.
#
Larasati keluar markas dengan dikawal dari jauh oleh anak buah Arwanni, Ia memesan taksi untuk mengantar ketujuannya.
Larasati berhenti didepan gang menuju rumah orang tuanya Ia berjalan masuk gang dan memakai masker serta topinya, Ia ingin melihat orang tuanya sebelum pergi dan menghilang.
Larasati terdiam didepan pintu, Ia ingin menangis tapi harus ditahannya.
Dengan pelan Larasati mengetuk pintu, setelah beberapa saat pintu terbuka wajah perempuan tua muncul, "siang bu...",sapanya
"Siang..anak cari siapa ?",jawab Ibu
"Saya temannya Ratih bu..ingin menjenguk ibu",ujar Larasati yang menahan airmatanya.
"Ratih..(suara sedih), Ratih anak ibu ?",kata Ibu
"Ya bu..nama saya Larasati",sahut Laras.
"Tapi Ratih...sudah meninggal beberapa tahun yang lalu",ucap Ibu.
"Saya tahu bu...saya tadi kebetulan lewat disekitar sini dan ingin mampir melihat keadaan Ibu",jawab Larasati.
"Oh..silahkan nak masuk kedalam duduk dulu biar Ibu bikinkan minum",ajak Ibu sambil menarik lengan Laras agar masuk kedalam.
Larasati menurut lalu masuk kedalam rumah, kemudian duduk diruang tamu.
Kondisi rumah sudah berubah sekarang, dinding yang dulu tampak tak terawat sekarang sudah mulus dan tak terlihat bagian-bagian yang keropos lagi.kursi yang Ia duduki juga baru.
Larasati merasa sedikit senang karena uang yang diberikan suaminya saat membuat tipuan kematiannya ternyata sangat berguna bagi keluarganya.
Ibu keluar membawa nampan berisi satu gelas air minum.
"Silahkan nak diminum dulu",kata Ibu.
"Terimakasih bu...",jawab Laras.
"Ibu dirumah sendiri ?",tanya Laras.
"Bapak sudah berangkat bekerja",jawab Ibu.
Larasati mengangguk-angguk pelan, kemudian menyerahkan tas berisi kue untuk Ibunya.
"Ini sedikit oleh-oleh bu..tolong diterima",ucap Laras.
"Kok repot-repot nak",ibu menerima lalu membuka isi tas yang penuh dengan kue, "Ratih pasti senang jika masih hidup melihat kue-kue ini",ucap Ibu dengan berlinang airmata.
Larasati melihat ibunya sedih ingin sekali memeluk dan bilang jika ini Ratih yang didepanmu bu, tapi itu tidak mungkin Ibunya bisa terkejut jika mengetahuinya.
"Maaf bu...Laras pamit",ucapnya takut airmatanya tumpah didepan Ibunya.
"Kenapa..terburu-buru nak",cegah Ibu.
"Tadi saya cuma mampir bu..saya mau melanjutkan perjalanan",jawab Laras gugup.
"Baiklah nak..tapi setidaknya minumlah dulu sedikit",kata Ibu.
"Ehm..tidak-tidak bu, maaf saya sedang terserang flu takut menular jika buka masker",jawab Laras menghindar dan berdiri lalu meraih telapak tangan Ibunya kemudian mencium tangan dari balik masker yang dipakai.
Larasati tidak mungkin membuka masker dan membongkar penyamarannya.
Larasati segera menghindar dan berlari keluar rumah, airmatanya mengalir tanpa terbendung lagi, meski tidak ketemu Ayahnya tetapi Ia sudah melihat Ibunya dan mencium tangan Ibu yang dirindukannya.
Larasati terus berlari sampai keluar dari gang dan berjalan setelahnya, airmatanya terus mengalir,Ia menangis sesegukan sambil berjalan ke arah jalan besar untuk memesan taksi lagi.
Tapi rasa sakit didadanya semakin terasa menekan ketika Larasati sampai di jalan besar, pria diatas motor yang sangat dikenalinya menunggu disana.

Larasati mengambil helm ditangan Arwanni lalu melepas topi yang ia kenakan menggantinya dengan helm, Arwanni yang melihat airmata istrinya menarik lengan Laras agar mendekat padanya tapi Larasati memilih berontak dan segera naik dibelakang Arwanni dan melingkarkan tangannya pada perut Arwanni.
Arwanni hanya menoleh mengikuti gerakan Larasati dan segera melajukan motornya membawa Larasati pulang.
Larasati terus diam hingga sampai dimarkas dan kembali kedalam ruangannya, dengan kesedihan yang sedang menguasai hatinya, Ia langsung merisut diatas tempat tidur dan memejamkan matanya.
Arwanni yang mengikutinya dari belakang, hanya terus memandang punggung istrinya dan setelah sampai di pintu ruangan mereka tinggal, Arwanni hanya berdiri didepan pintu tak mengikuti Larasati yang masuk kedalam.
Arwanni ingin memberi ruang untuk Larasati menikmati kesedihannya.
#
Pagi ini Larasati dengan membawa tas kecil pergi ke mall sendiri, Anak buah Arwanni yang mengikutinya dari jauh juga sampai di mall.
Larasati melihat-lihat baju di area Bazar yang sangat ramai lalu masuk ke dalam kamar pas setelah membawa beberapa baju untuk dicoba di tangannya.
Larasati menghela nafas dalam-dalam lalu mengetuk pelan dinding kamar pas disampingnya, dinding itu terbuka dan ada perempuan yang bertukar tempat dengannya lalu Larasati berganti pakaian kemudian memberikannya pada perempuan tadi.
Larasati memakai lapisan tubuh palsu hingga dirinya terlihat bertubuh gemuk lalu memakai wig dan baju seperti ibu-ibu yang sudah berumur lalu keluar kamar pas dan bergegas pergi meninggalkan mall.
Ada mobil yang sudah menjemputnya dan melaju kearah bandara internasional.
Larasati turun dari mobil dan bergegas kearah toilet bandara, setelah melepas kostumnya, Ia berganti wig yang lain dan pakaian baru juga.
Ia keluar toilet sudah membawa tas berisi dokumen untuknya untuk pergi keluar negeri tanpa membawa pakaian ganti sama sekali.
Dadanya seperti mau meledak karena tegang takut rencana pelariannya gagal.
Setelah semua beres dengan mulus hingga masuk didalam pesawat, Ia sedikit bernafas lega, Ia membuka secarik kertas berisi perintah misi berikutnya setelah sampai di singapura, Ia akan melakukan perjalanan panjang dengan pesawat, padahal ini pertama kalinya Larasati naik pesawat dan langsung tour dengan pesawat.
Demi membingungkan dan menghindari pencariannya kelak.
Setelah sampai diSingapura Larasati sudah disambut seorang wanita asing yang bisa berbahasa Indonesia dan langsung berganti pesawat menuju China.
Larasati telah ditunggu perempuan berwajah oriental setelah sampai di China dan mengajaknya membeli sedikit makanan sebelum akhirnya kembali masuk pesawat menuju negara Amerika.
Begitu seterusnya hingga sampai beberapa hari barulah Larasati sampai di negara Swedia.
Ia yang disambut sepasang suami istri saat tiba di Swedia yang fasih berbahasa Indonesia lalu mengikuti hingga sampai dirumah pasangan suami istri itu.
Enar dan Anna adalah pasangan yang akan menjadi orang tua Larasati sekarang, Larasati akan tinggal bersama mereka sampai Robert datang untuk menjemputnya nanti.
#
Anak buah Arwanni kehilangan Larasati karena yang keluar dari kamar pas bukan Larasati, tapi ketika perempuan yang tadi keluar dari kamar pas tempat Larasati masuk juga kehilangan jejaknya.
Mereka panik dan terus menyisir seisi mall untuk mencari keberadaan istri bos  mereka.
Setelah hampir dua jam tidak menemukan, anak buah Arwanni menelpon bos mereka untuk memberitahukan bahwa Larasati menghilang dari pengawasan.



~~~~~~maaf baru up date~~~~

Arwanni Tolong Pulangkan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang