Bab sebelas

2.5K 78 0
                                    

Pak parjo mengetuk pintu kamar tuannya hendak bertanya apa nyonyanya masih membutuhkannya,tapi tidak ada suara dari dalam setelah sepuluh menit mengetuk dan berdiri didepan pintu kamar pak Parjo akhirnya turun kebawah dan memberitahu Tuannya
"Maaf tuan Arwanni,barusan saya mengetuk pintu kamar nyonya tapi tidak ada suara mungkin nyonya sudah tidur,obat nyonya tadi pagi habis ini saatnya nyonya minum obat tuan",ucap pak Parjo.
Arwanni mematikan putung rokok lalu mengambil obat dari tangan pak Parjo,tanpa bicara lalu menyusul Laras ke kamar mereka,yang lain memandang kakaknya yang berubah tak lagi dingin dan pemarah seperti dulu.
*
Arwanni membuka pintu kamar tapi tak melihat Larasati diatas tempat tidur Ia berjalan ke arah kamar mandi juga kosong lalu ketika hendak meletakkan obat untuk Laras dimeja disamping tempat tidur,ia melihat gaun Laras dari ujung tempat tidur diseberang didepan meja rias,Ia bergegas kearahnya Matanya melotot begitu melihat darah diarea muka Laras dan Laras yang tak bergerak,"Rob kesini...Laras pingsan sepertinya kepala terbentuk dan robek",Arwanni langsung menelpon Robert dan lalu mengangkat tubuh Laras keatas tempat tidur meletakkan handuk dikepala Laras untuk menutup luka Laras.
*
Tak berapa lama Robert datang dan diikuti oleh ketiga adiknya dan pak Parjo yang melihat darah dilantai langsung bergegas membersihkannya bersama dua orang pelayan.
"Dia kenapa",tanya Wanni
"Entahlah kita perlu membawanya ke markas untuk mengecek kepalanya,karena sepertinya ia jatuh bukan karena terpeleset karena tak ada luka lain ditubuhnya kecuali kepalanya",jawab Robert
"Jack persiapkan..kita bawa dia ke markas",perintah Arwanni
Affandi dan Leonardo hanya mengamati mereka saja,karena mereka anti datang ke markas mafia kakaknya.
Jack bergegas keluar menyiapkan mobil untuk membawa ketiganya ke markas.
*
Robert memindai kepala Larasati lalu kemudian melakukan evaluasi,kemudian menyuntikkan beberapa obat kedalam infus Larasati,sambil menghela nafas dalam.
*
"Bagaimana",tanya Arwanni
"Ia tidak bisa menerima gonjangan,syarafnya sudah tidak normal serta Ia mesti selalu dalam kondisi bahagia,Ia sepertinya terus memaksakan diri untuk mengingat dirinya dimasa lalu",ucap Robert
"Kemarin tidak terjadi sesuatu..apa mungkin ucapan Mama menyakitinya",Arwanni bicara sambil berpikir.
"Sobat..saranku kamu harus sering bersamanya",kata Robert
"Aku tidak bisa begitu,banyak yang harus kuurus",ucap Arwanni.
"Aku tahu...tapi jika kamu berniat memilikinya kamu juga harus berkorban dan memberinya waktu lebih bukan sekedar teman ditempat tidurmu",kata Robert
"Aku tidak berpikir begitu,dia sudah jadi istriku kalau ia minta sesuatu pasti akan aku belikan tapi Ia tidak pernah memintanya",kata Arwanni
"Ajak ia liburan,berikan sesuatu jika Ia tak meminta,mungkin bawakan Ia bunga",bujuk Robert
"Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku hanya karena masalah sepele",jawab Arwanni
"Hmm...dengar nasehatku jika kamu sudah bertekad menikahi seorang perempuan,menjadikannya istri dan ingin dia bersamamu selamanya maka tunjukkan perasaanmu dan juga ambil hatinya atau kamu hanya akan memiliki tubuhnya tanpa hati dan jiwanya kecuali kamu menganggap perempuan itu cuma pemuas nafsumu ditempat tidur bukan istrimu",kata Robert yang mulai kesal.
"Apa maksudmu",sahut Arwanni
"Buat perempuan ini jatuh cinta padamu,ia memberikan dirinya padamu karena kamu berbohong jika kamu suaminya",seru Robert
Arwanni diam menatap Robert,lalu menatap Larasati di tempat tidur,"aku punya banyak musuh Rob,aku cuma tahu harus melindunginya,selebihnya itu membahayakan baginya",ucap Arwanni.
"Ia punya kehidupan sendiri,kamu bisa mengawasinya tanpa diketahui olehnya,biarkan Ia menjadi dirinya sendiri",jawab Robert
"Aku mengambil hidupnya,jika Ia berkeliaran diluar dan bertemu keluarganya itu akan menimbulkan masalah,kamu tahu itu kan? Karena itu alasanku menyembunyikannya,ayahku juga masih mencari tahu tentangnya aku tidak mau ambil resiko itu",kata Arwanni
"(Menghela nafas) baiklah semua sudah kamu putuskan aku hanya memberi saran",kata Robert lalu keluar ruangan meninggalkan Arwanni bersama Larasati.
##
Seorang pemuda mendekatinya lalu tersenyum dan mereka berpelukan,begitu bahagia bergandengan tangan dan tertawa bersama dipinggir pantai.
Tempat kerja dengan pekerjaan yang melelahkan dan pemilik yang sangat cerewet tanpa ampun,lelah terasa hilang begitu bertemu pemuda yang tersenyum padanya dan menawarkan pelukan.
*
Suasana berubah Larasati mendengar suara alarm"tit..tit..tit..",Ia membuka mata perlahan,melihat dirinya berada disuatu ruangan dan kanan kirinya ada monitar deteksi jantung dan tekanan darahnya Ia menengok kesamping tampak Arwanni duduk dengan memejamkan mata.sunyi sekali ruangan itu,Ia teringat mimpinya tadi hatinya masih bahagia mengingat penggalan mimpi tadi,dalam hatinya bertanya siapa pria tadi yang membuatnya bahagia ?,meski wajahnya tak setampan suaminya saat ini dan suasana lingkungan kerja didalam mimpinya tampak tak asing,mungkinkah itu tadi mimpinya atau ingatan masa lalunya,Larasati terdiam  melamun mengingat mimpi indahnya barusan sambil matanya menatap langit-langit ruangan,hingga Robert datang membuyarkan semua.
"Sudah bangun",tanya robert setengah berbisik sambil tersenyum pada Larasati.Larasati mengangguk pelan,Robert memeriksa alat-alat yang dipasang ditubuh Larasati kemudian melepas beberapa dari tubuh Larasati,"aku akan melepas selang keteter tahan nafasmu sebentar",bisik Robert ditelinga Laras takut membangunkan Arwanni yang tertidur pulas.
Larasati mengangguk,dan melemaskan tubuhnya saat Robert membuka sedikit kedua Kaki Larasati untuk menarik selang disana.Robert tersenyum pada Laras saat pekerjaannya selesai dan kembali berbisik,"nanti Suamimu yang akan membersihkan tubuhmu,jika aku yang melakukan Ia bisa menghajarku",bisik Robert ditelinga Larasati.Robert tersenyum lalu pergi meninggalkan ruangan.
Larasati memperhatikan wajah Arwanni,sekeras apapun dia berpikir tetap saja tak menemukan ingatan masalalu tentang suaminya,Bathinnya kembali bertanya-tanya siapa pria dalam mimpinya tadi.
Larasati mencoba menggapai tangan Arwanni untuk membangunkannya,tapi tubuhnya sangat lemas seperti tak bertenaga untuk bergerak,"kak..kakak..kak..",panggilnya dengan suara sangat pelan.
Akhirnya jari Laras berhasil menyentuh jari-jari tangan Arwanni setelah berusaha menggeser sedikit tubuhnya kesamping kearah Arwanni duduk.Arwanni terkejut karena terbiasa waspada Ia mengira ada yang mencoba mencelakainya dan menangkis jari Larasati,"aduh sakit",ucap Laras pelan tak bertenaga.
"Oh tidak...maafkan aku...maaf",seru Arwanni panik lalu segera merengkuh tubuh Laras dan memeluknya erat.
"Robert sialan..tak membangunkanku",ucapnya saat masih memeluk Larasati.
Larasati merasakan tubuh hangat Arwanni tapi sepertinya hatinya tetap terasa dingin meski telah dipeluk erat.
"Perutmu lapar?",tanya Arwanni sembari melepaskan pelukannya."aku ingin tidur dirumah bisakah kita pulang",jawab Larasati
"Aku akan bersihkan tubuhmu,kita tunggu besok aku juga akan bicara dulu dengan Robert,setelah semua baik kita akan pulang",kata Arwanni lalu bergegas keluar ruangan.
Larasati terdiam karena sepertinya Suaminya masih ingin Ia ditempat ini.

~~~~~~~~
Masih setia baca kisah ini  tentunya
Mari baca kisah selanjutnya. ~~~~~~~~~~~~~~~~~

Arwanni Tolong Pulangkan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang