Bab 21

2.2K 75 5
                                    

Arwanni selalu berada disamping Larasati menunggunya bangun dari pingsan.
Sementara Jack belum berani menemui kakaknya dan berada di markas menggantikan kakaknya yang berada di rumah sakit.
##
Larasati membuka mata dan melihat Arwanni duduk disamping tempat tidur menggenggam tangannya, Ia melihat yang disampingnya itu bukan suaminya tetapi penjahat yang mencelakakan dirinya.
Arwanni yang tertidur karena lelah tak mengetahui Larasati yang sudah bangun.
Larasati menarik tangannya dari genggaman Arwanni, lalu berusaha untuk duduk, Ia merasakan rasa tidak nyaman dibekas luka tusukan Jack kemarin.
Larasati meringis menahan rasa sakit diperutnya.
Arwanni terbangun karena gerakan pada ranjang saat Larasati bergerak.
"Laras...syukurlah kamu sudah bangun",ucap Arwanni sambil mencoba membantu Larasati yang terlihat sedikit kesusahan hendak menarik tubuhnya dengan menaikan setengah ranjang ke posisi miring.
"Jangan sebut nama itu..!! Namaku Ratih",seru Larasati.
Arwanni menatap wajah Larasati yang penuh kemarahan.
"Baiklah..maafkan Aku..Ratih",ucap Arwanni tak ingin bertengkar.
"Aku Ratih..Aku bukan istrimu...pergilah...",seru Laras menekankan ucapannya.
"Yang kunikahi Ratih...Aku membuatkanmu nama Larasati karena kamu amnesia",ucap Arwanni.
Arwanni mendekat hendak menyentuh Larasati tapi tangan Arwanni di hempaskan oleh Larasati.
"Pembohong !!!...Aku membencimu...aaach !!!",teriak Larasati kemudian Ia menangis dan memegang perutnya yang sakit karena otot perutnya yang tegang akibat berteriak.
Arwanni mendekat lalu mendekap Larasati, meski Larasati tetap berontak pada akhirnya melemah dan tenggelam dalam pelukan Arwanni masih menangis.
*
Arwanni mengusap pipi Larasati membersihkan sisa-sisa airmata yang mengalir dan mencium kening istrinya kemudian.
"Arwanni tolong pulangkan Aku",ucap Larasati pelan.
Arwanni diam memandang wajah istrinya yang mulai tenang.
"Kembalikan Aku sebagai Ratih dan antar Aku pada kedua orangtuaku",Larasati memohon kepada Arwanni.
"Pikirkan Ayah dan Ibumu serta seluruh keluargamu yang akan shock jika putrinya hidup kembali",kata Arwanni.
"Aku tidak ingin menjadi Larasati",sahutnya
"Bagian yang tidak kau ingat adalah...saat kau meneleponku dan memintaku untuk menikahimu, karena terburu-buru Aku malah menabrakmu hari itu, hari dimana Kau bilang padaku untuk membawamu pergi jauh dan menghilang dari muka bumi ini karena kau benci jadi Ratih",Arwanni mencoba menjelaskan.
Larasati kembali mengeluarkan airmatanya mendengar penjelasan Arwanni, Ia menggelengkan kepala pelan tak percaya.
"Semua kulakukan untukmu...tapi surat nikah kita adalah nama aslimu yang kau lihat saat itu adalah yang palsu, Aku mempersiapkan semua supaya Kamu tidak bingung akibat amnesia, Aku juga mengambil resiko dengan mengeluarkanmu dari rumah sakit padahal kamu belum sembuh agar tidak ada yang tahu jika Ratih masih hidup",Arwanni kembali menyakinkan Larasati.
"Aku tidak mau bersamamu, tolong lepaskan Aku, Aku tidak akan muncul jadi Ratih lagi...tapi Aku ingin pergi jauh sendirian...",ucap Larasati dengan suara yang begitu terasa sakit didada Arwanni saat mendengarnya.
"Kamu tidak bisa pergi dan jauh dariku Laras...Aku juga tidak akan membiarkan itu",bantah Arwanni.
Larasati kembali menangis, Arwanni memandangnya dan tangannya terasa berat sekarang untuk merengkuh tubuh istrinya.
##
Seminggu kemudian Larasati semakin membaik, Ia akan segera pulang tetapi tentu saja itu bearti kembali ke markas Arwanni untuk melanjutkan pengobatannya dengan Robert disana.

Hari ini Robert membawakannya bunga, dan tersenyum pada Larasati saat datang.
Robert membawa kursi roda kosong.
"Pagi...",sapa Robert pada Larasati.
Larasati menerima bunga dari Robert dan menghirup aromanya serta mengusap setiap tangkainya tetapi cuma diam.
"Ayo ...kita keluar jalan-jalan",ajak Robert pada Larasati.
Larasati menurut saja dan naik ke kursi roda yang dibawa Robert masih memegang buket bunga pemberian Robert.
Robert membawa Larasati keluar menyusuri lorong rumah sakit dan berhenti di taman milik rumah sakit.
"Hhmm..segar sekali disini",Robert memancing percakapan dengan Larasati yang hanya diam saja.
Pandangan Larasati kosong menatap kedepan, Ia melamun tak mendengar suara Robert.
Robert mengeluarkan sisir kecil dari sakunya lalu menyisir rambut Larasati perlahan.
"Aku ingin pergi jauh dan menghilang",ucap Larasati pelan.
"Hatimu sedang terluka...berbagilah dengan orang lain agar lega",bisik Robert ditelinga Larasati.
"Aku ini siapa...Aku telah jadi hantu...Ratih sudah mati dan Aku tidak mau jadi Larasati",kata Larasati dengan berlinang air mata.
"Jadilah adikku saja...mau ??...Aku beri nama Rebecca ",ucap Robert berusaha menghibur.
"Kita pergi ke Eropa dan tinggal disana",bisik Robert.
Larasati menoleh kebelakang menatap wajah Robert.
"Sungguh...tapi bagaimana dengan Kak Wanni",tanya Larasati Ragu.
"Aku akan mengaturnya tapi kau pergi kesana sendirian dulu... nanti akan ada temanku yang mengantar dan menampungmu terlebih dahulu, Aku menyusul satu tahun kemudian..jika kita pergi bersama Arwanni akan membunuhku",Robert mengatakan rencananya.
"Kenapa kak Rob...melakukan itu",tanya Larasati.
"Aku menyayangimu seperti adikku...sebagai kakak Aku mesti melindungi adiknya dan akan menolong jika adiknya bersedih",ucap Robert.
"Aku bersedia jadi adikmu",kata Laras sambil mengusap air matanya.
"Tapi Aku punya permintaan...pertama, sebelumnya menurutlah pada suamimu, sementara Aku akan mengurus semua dokumenmu disini lalu akan ada yang mengurus dokumenmu di eropa nanti...ingat namamu Rebecca...kedua,
Aku ingin Kamu sekolah disana dan bergaul seperti wanita pada umumnya...satu lagi ini penting !!...temani suamimu di ranjang dengan pelayanan terbaikmu dan beri ekspresi paling maksimal padanya sebelum pergi...karena itu adalah balas dendam terbaik untuknya...",kata Robert.
Larasati mendengarkan perkataan Robert dan mengangguk pada setiap permintaan dan perkataan Robert.
"Baiklah mulai sekarang...buang wajah sedihmu ini...jadilah perempuan kuat, karena pelarianmu nanti membutuhkan kerja kerasmu dan kegagalan akan menghampirimu jika Kau lemah",perintah Robert sambil memegang kedua bahu Larasati.
Saat matahari semakin terik Robert membawa Larasati kembali ke kamarnya.
Wajah Larasati berubah cerah saat ini meski kedua matanya masih bengkak karena menangis berlebihan.
Robert menyelimuti Larasati di tempat tidur lalu pergi meninggalkannya sendirian.
Arwanni karena ada masalah yang harus ditangani, membuatnya terpaksa meninggalkan Larasati dan meminta Robert mengawasinya.
Arwanni tidak tahu rencana keduanya saat ini yang akan segera dimulai.
#
Larasati dibawa kembali ke markas dengan dibopong Arwanni sejak dari rumah sakit tadi, Larasati tak lagi memberontak tetapi menurut pada Arwanni.
Arwanni sangat senang dan merasa istrinya sudah kembali seperti dulu.
Setelah membaringkan Larasati ditempat tidur begitu sampai dikamar mereka, lalu duduk disampingnya sambil membelai wajah Larasati.
Larasati mengubur semua perasaannya, bahkan saat melihat Jack tadi Ia tak menunjukkan ekspresi apapun, meski didalam dadanya ada dendam membara untuk Jack.
Larasati menuruti semua permintaan Robert dan menunggu Robert membawanya pergi dari kehidupan Arwanni.
"Istirahatlah...Aku akan keluar agar kau nyaman",ucap Arwanni.
Tapi ketika Ia sudah berdiri dan hendak melangkahkan kaki, tangannya di pegang oleh Larasati dan menatapnya dengan wajah iba, Arwanni menatap Larasati kemudian duduk kembali ditempat tidur dan melepas jaket serta sepatunya lalu masuk kedalam selimut dan memeluk Larasati, menemaninya tidur.
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
~~~~~~~~~~~~~~
Maafkan saya yang sedang selingkuh di platform lain, dan terlibat emosional dengan karakter baru hingga update tertunda.
Terimakasih pada semua yang sudah membaca dan memberi vote serta komen pada karyaku

Arwanni Tolong Pulangkan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang