Nea tertidur dipangkuan Arwanni sepanjang perjalanan hingga sampai ke rumah Arwanni.
Robert yang memegang kemudi dan Rebecca duduk disampingnya.
Setelah ketiga orang dewasa berkompromi untuk mengabulkan permohonan Nea yang ingin tidur dipeluk Ayahnya.
Rebecca mengajukan beberapa syarat pada Nea, Robert dan Arwanni.
Rebecca tidak kagum dengan rumah Arwanni sama sekali ketika sampai dan masuk kedalam rumah yang telah dibeli Arwanni.
Ia hanya diam duduk di sofa, Robert langsung duduk didepan televisi sementara Nea begitu antusias dan berkeliling rumah bersama Arwanni.
Beberapa jam kemudian, "ibu...Nea lapar",ucap Nea yang baru saja menghampirinya dan bergelayut di lengannya.
"Apa Ayahmu tidak memiliki makanan",tanya Rebecca pada Nea.
"Tidak Ibu...Ayah bilang Ia tidak bisa memasak",jawab Nea.
Rebecca melirik kearah Arwanni yang duduk di seberangnya, Ia kesal karena harusnya Arwanni bisa memesan makanan untuk mereka saat ini, bukan malah merepotkannya.
"Nea uncle beli makanan dulu ya",seru Robert, mengetahui situasi saat ini.
"Kak Rob...tolong lihat kan isi kulkasnya, adakah bahan yang bisa dimasak atau cuma Vodka di sana",seru Rebecca ketus.
Robert melirik kearah Arwanni yang tersenyum padanya, lalu berjalan ke dapur.
"Wow...Rebecca...masakan yang paling enak untuk makan malam kita",teriak Robert dari dapur.
Rebecca jadi penasaran dan segera menuju dapur yang terlihat sangat bersih dan sesuatu yang membuatnya berhenti sesaat, set dapur rumah Arwanni adalah set dapur yang selalu disukainya.
"Lihatlah...",seru Robert menunjuk kulkas yang terbuka didepannya.
"Brengsek...",ujar Rebecca pelan.
Isi kulkasnya penuh bahan makanan, saat Rebecca membuka lemari bahan kering juga sangat penuh bahan masakan.
Rebecca sadar jika Arwanni mempersiapkan semua dengan detil apa yang jadi kegemarannya.
Robert tersenyum sambil menepuk bahu Rebecca dan pergi meninggalkannya sendiri di dapur.
Setelah satu setengah jam berlalu, Rebecca menyelesaikan semua masakannya.
"Kak Rob..Nea...kemarilah",panggil Rebecca.
Nea datang menggandeng Ayahnya dan Robert dibelakang keduanya, Rebecca memasak masakan swedia.
Semua duduk rapi dimeja makan yang hanya berisi empat kursi, kemudian Rebecca mengambilkan masakannya di piring Nea, selanjutnya Robert, dan ketika Rebecca hendak kembali duduk Nea menyodorkan satu piring kosong pada Ibunya.
"Ibu...milik Ayah belum diisi",ucap Nea pelan.
Rebecca diam dan mengisi piring kosong tadi yang langsung ditangkap Arwanni saat penuh takut jika Nea menjatuhkannya karena berat.
Semua hanya diam dan menikmati makanan, yang merupakan masakan Rebecca.
*
Arwanni mencuci piring kotor bekas makan mereka, setelah bertahun-tahun lamanya perutnya penuh dengan alkohol daripada makanan, saat ini perutnya sangat kenyang dengan makanan, yang baginya lebih lezat dari makanan yang berasal di restoran.
Masakan yang sangat dirindukannya, meski ketika marah semua masakannya tidak akan terasa enak tapi Ia bahagia jika dibuatkan makanan oleh istrinya.
Semuanya berkumpul di depan televisi dan saling bercanda, Arwanni menghampiri tapi hanya duduk dibelakang ketiganya."Ayah... Ibu...Nea sudah mengantuk",ucap Nea tiba-tiba dan berjalan kepangkuan Arwanni.
"Nea...jangan tinggalkan Uncle sendiri disini",seru Robert dengan menirukan suara anak kecil.
"Ayah...suruh Uncle tidur, biar tidak menggangguku",ucap Nea pada Arwanni.
"Ia sayangku...pasti",jawab Arwanni lembut.
Arwanni berdiri membopong Nea dan berjalan kearah kamar miliknya.
Rebecca berpikir sejenak, Ia ragu karena sebetulnya Ia tak setuju dengan ide Nea tidur bersama Ayahnya.Rebecca berjalan pelan mengikut kemana tadi Nea dibawa masuk.
Arwanni meletakkan Nea di atas tempat tidurnya setelah mengantarnya gosok gigi.
Rebecca duduk dipinggir tempat tidur melihat keduanya yang mengatur posisi tidur.
"Ibu...ayo...", ajak Nea.
Rebecca merebahkan tubuhnya pelan disamping Nea, tapi kemudian
"Ayah...sana saja disamping Ibu, Nea tidak bisa tidur jika tidak dipeluk Ibu",seru Nea.
"Nea...",seru Arwanni dan Rebecca hampir bersamaan.
"Ayah...Ibu...Nea sudah mengantuk",ucap Nea lalu menarik lengan Ibunya segera dan menendang perut Ayahnya agar menjauh.
Arwanni berjalan hendak menjauh dari tempat tidur, "Ayah...Nea sudah mengantuk...ayolah tidur disamping Ibu",cegah Nea.
Arwanni memandang Rebecca yang diam sambil miring memeluk Nea.
Ia tak mendapat respon dari Rebecca, Arwanni ragu sesaat tapi akhirnya melakukan yang diperintahkan Nea.
Arwanni tidur disamping Rebecca yang tak bergeming, Ia menatap langit kamarnya melamun.
"Ayah...dimana tanganmu, Nea ingin dipeluk Ayah juga",ucap Nea pelan.
"Nea...tapi...",Arwanni gugup mendengarnya.
Cukup pelan Arwanni memiringkan tubuhnya lalu menelusupkan tangannya di leher Rebecca dan kemudian untuk memeluk Nea itu berarti Ia juga harus memeluk Rebecca karena Ia dibelakang Rebecca saat ini.
Rebecca diam agar anaknya cepat tidur, tubuhnya berdesir merasakan hangat tubuh Arwanni yang mendekap dirinya, nafas Arwanni menyapu tengkuknya.
Rebecca berdebar...setelah sekian lama tak bersentuhan dengan Arwanni, Ia merasakan ada yang bergejolak lebih kuat daripada rasa marahnya pada Arwanni.
Rebecca bertahan dan diam tapi matanya terbuka karena tubuhnya sedang menghangat saat ini.
"Maafkan Aku...terimalah Aku kembali dan kita mulai dari awal membangun keluarga kecil kita",bisik Arwanni ditelinga Rebecca.
Rebecca sekuat tenaga berusaha tenang karena hembusan angin saat Arwanni berbisik di telinganya membuat seluruh bulu halus tubuhnya berdiri.
Arwanni menggeser lengannya dari tubuh Nea yang sudah tertidur lelap dan beralih mendekap tubuh Rebecca lalu mengecup tengkuk dan punggung Rebecca pelan dan sangat lembut.
Rebecca hanya diam merasakan sentuhan lembut Arwanni.
Arwanni membalikkan tubuh Rebecca pelan, sambil terus mencium leher, pipi, telinga dan kening Rebecca.
Rebecca memejamkan mata tapi tidak tidur, melainkan gugup.
Ia ingin berontak tapi tubuhnya merindukan semua itu, sudah bertahun-tahun lamanya Ia tak pernah disentuh intim oleh seorang pria.
Ia merasa kesal pada tubuhnya yang tak bisa berbohong jika menikmati sentuhan Arwanni.
Arwanni setelah memandang sesaat wajah Rebecca mulai menyentuh bibirnya dan dari mengecup lembut kemudian melumatnya dengan begitu perlahan, Arwanni dengan setengah miring.
Arwanni sangat bahagia karena tak mendapat penolakan dari si pemilik tubuh, Ia yang sudah lama tidak berhubungan intim dengan wanita saat ini bahkan jika Rebecca menolak bisa jadi akan dipaksa untuk melayaninya.
"Setelah ku tinggal pergi kau tidur dengan berapa wanita",tanya Rebecca begitu Arwanni melepaskan bibirnya.
"Tidak pernah...hanya sekali pernah meminta wanita untuk mengoral tapi kemudian Aku jijik",jawab Arwanni menatap kedua mata Rebecca yang menatapnya tajam.
"Apa itu benar atau hanya kebohonganmu",ucap Rebecca pelan takut Nea terbangun.
"Benar...kepergianmu membuat hatiku sakit, Aku juga tersiksa saat tubuhku ingin bersetubuh",jawab Arwanni.
"Tinggal tunjuk satu wanita kenapa jadi merasa tersakiti",sahut Rebecca sinis.
"Tapi itu bukan dirimu",ujar Arwanni.
Arwanni segera membungkam mulut Rebecca sebelum Ia kembali berbicara dengan mencium bibirnya.
Tangannya menelusup dan meraba perut Rebecca yang menekuk kedua kakinya karena menahan rasa geli dan juga getaran ditubuhnya.
Arwanni membuka kemejanya, Rebecca melihat bekas luka-luka dari tusukannya hatinya jadi luluh dan merasa sedih karenanya.
Tanpa sadar Rebecca meletakkan kedua tangannya di bahu Arwanni yang menelungkup di atasnya sekarang.
"Aku merindukanmu...sangat..sangat..merindukanmu",bisik Arwanni setelah menjilati telinga Rebecca.
Rebecca hanya diam tak bisa berpikir otaknya sudah dipenuhi nafsu saat ini.
Nea tertidur lelap tak menyadari jika kedua orangtuanya sedang melepas rindu disampingnya.~~~~~~~~~~~
Hoho...bagaimana dilanjutkan minggu depan atau langsung saja part berikutnya.Beri vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Arwanni Tolong Pulangkan aku
Romance##warning 21+,yang belum cukup umur dilarang membaca## cerita fiksi tentang seorang mafia yang menculik wanita yang Ia tabrak dengan motornya hingga amnesia.