Sepanjang tidurnya, sepanjang mimpinya ia terus melihat Alia di sana. Tanpa bisa ia sentuh tanpa ia bisa berkomunikasi dengan wanita itu.
Pria asing itu juga masih di sana. Pria yang menurut Ruby amat mirip dengannya.
Ruby selalu melihat mereka bersama-sama. Melakukan hal-hal yang biasanya Ruby lakukan pada Alia.
Dan Ruby tidak suka itu.
Mereka berkuda berdampingan, menggunakan dua kuda yang Ruby lihat di depan kandang.
Mereka selalu makan bersama.
Mereka sering duduk berdua menghabiskan waktu.
Pria itu selalu memeluk dan membelai Alia ketika wanita itu menangis atau kesakitan. Pria itu selalu di sana menemani Alia.
Pria itu dengan santai mengecup dan mencium Alia.
Alia terlihat bahagia, penuh senyum, dan kenyamanan bersama pria itu.
Dan Ruby tidak suka.
.
Scene berubah ke kamar Ruby bangun sebelumnya. Ia berada di atas tempat tidur berbaring menghadap langit-langit. Saat kepalanya menoleh ke kiri, didapati jendela dengan pemandangan langit terang jingga.
Ruby bangun dan berjalan ke arah jendela. Bangunan di depannya berkobar api yang begitu besar. Api melalap hampir seluruh bangunan di hadapannya.
Ruby tetap tenang berjalan ke arah pintu dan keluar dari ruangannya. Dia berdiri di antara gedung yang terbakar dengan ruangan tempat tidurnya. Di samping gedung itu ada gedung lain yang sebentar lagi akan terlalap api.
Di tanah, Ruby melihat ada banyak bercak-bercak darah dan beberapa senjata tergeletak. Dari kejauhan, di tengah lapangan ada dua orang yang sedang gelut.
Seorang bertubuh tinggi dan besar, sedangkan satu lagi bertubuh jauh lebih kecil. Ketidakseimbangan.
Ruby melihat ada busur panah dan beberapa anak panah berdarah tergeletak di tanah. Dia ambil busur panah itu dan satu anak panahnya. Ruby berjalan ke antara dua bangunan. Satu bangunan di sebelah kirinya berkobar api besar.
Dia mungkin melakukan hal yang salah. Dia mungkin tidak tepat sasaran. Pergerakannya tidak bisa ia kontrol. Tangannya bergerak dengan sendirinya.
Formalitasnya dalam ekstrakulikuler sekolah dulu mungkin bisa terpakai.
Ruby memasang anak panah dan menarik busur panahnya. Beberapa detik, suara tebasan terdengar, dan anak panah itu meluncur cepat ke depan.
Terdengar suara geraman dan teriakkan ke sakitan. Pria besar itu jatuh terduduk ke tanah. Lawannya yang bertubuh kecil sempat menoleh ke arah Ruby sebelum lari menjauh.
Ruby terkejut ketika pria itu dengan mudah melepas anak panah yang menancap di bahunya lalu berbalik dan berlari ke arah Ruby.
LOH?!
Beberapa meter pria itu mendekat dengan sebilah pisau di tangannya mendekati Ruby, ada sesuatu yang menghantam tubuhnya hingga terhindar dari pisau pria itu.
Sayangnya tubuhnya terjatuh ke arah bangunan kayu yang berkobar api.
.
"HAH! AH!"
Ruby terbangun kaget. Matanya nyalang menatap langit-langit kamarnya yang gelap. Diliriknya jam dinding di atas pintu kamar. Sudah lewat tengah malam, pukul 2 pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone : Maliaza Ambaraningdyah
Historical FictionNOTE : Silahkah baca 'The Past Keeper' dulu yaa This one is kinda spin off maybe. Another story dari POV Alia, Ruby, Ghani, Astaka, dan Danastri sebelum, saat, dan setelah Alia pergi dan kembali. MUNGKIN JIKA ADA YANG BERMINAT BOLEH MAMPIR.