Astaka

42 5 0
                                    

Astaka berhenti menggunjungi Danastri. Dia menyibukan dirinya untuk membantu orang-orang mengumpulkan yang tersisa dari kediaman Paduka Karkasa.

Fokus Astaka mengarah pada hewan-hewan. Dia membantu mengumpulkan kuda dan sapi yang berada di dalam kediam Paduka Karkasa dan memindahkan mereka ke kandang sementara.

Selama beberapa hari dia sibuk membantu pelatih-pelatih kuda menenangkan kuda-kuda dari syok dan trauma mereka. 

Banu terlihat jauh lebih baik dari pada yang lainnya. Saat kekacauan terjadi, Astaka menempatkan Banu cukup jauh dari rumah, cukup jauh dari kerusuhan terjadi.

Astaka takut Banu juga ikut trauma melihat kuda-kuda lainnya, jadi Astaka membawa Banu keluar dari kandang. Kuda jantan besar itu dia tempatkan di depan rumah yang dia tinggali saat ini.

Sore itu dia baru selesai memberi makan kuda-kuda dan juga mengisi tempat minum di dalam kandang. Tubuhnya sudah bersimbah keringat karena mengangkut rumput dan mengambil air dari sumur.

Sore itu setelah selesai urusan kandang, Astaka kembali ke depan rumah untuk memberi Banu makan dan air.

"Nanti kita cari Ambar, ya." Bisik Astaka.


"Kang Mas."

Astaka berhenti mengusap-usap leher Banu ketika ada seseorang yang mendekatinya. Astaka berdiri tegak dan berbalik. 

Sura berdiri di pinggir jalan menghadap ke arah Astaka.

"Ada apa, Sura?" 

Gadis itu berjalan mendekatinya lalu duduk di undakan tangga teras.

"Mas tidak mengunjungi Mbak Astri?" Tanya Sura.

"Kenapa?"

"Ibu minta tolong Mas bujuk Mbak Astri makan. Mbak menangis terus menerus, tidak mau keluar kamar, tidak mau makan." Kata Sura. 

Astaka menghela napas panjang. Dia berpikir sebentar lalu mengangguk. 

"Nanti malam Mas datang, ya."

Sisa sore itu dia menyelesaikan tugasnya mengurus kandang sapi dibantu seorang pengawal. Sura masih duduk di teras rumah bersama Sunah sambil menonton Banu makan. Hingga menjelang gelap setelah dia selesai mengurus kandang sapi dan Sura pulang. 


Astaka membersihkan dirinya, mandi di bawah guyuran air dingin yang di sediakan di bak besar dekat sumur. Astaka mengganti pakaiannya dan mengistirahatkan tubuhnya di atas dipan. Tangannya terangkat hingga terlihat diterangi lampu minyak. Dia meraba pergelangan tangan kirinya di mana ada gelang dari biji-bijian berwarna merah dan hitam di sana. Gelang yang sama dengan yang seharusnya berada di pergelangan tangan Danastri.

Sejak Danastri tersadar dan Astaka menyadari gelang itu tidak ada di pergelangan tangannya. Astaka menyusuri jejak pelarian Alia. Dia menyusuri Rumah Perintah hingga masuk ke dalam kebun salak yang ujungnya adalah sungai. Dia bahkan menyuruh beberapa anak buahnya untuk melakukan hal yang sama. Mencari gelang yang hilang.

Tidak ada. Gelang itu tidak dapat ditemukan. 



Astaka terhanyut dalam lamunannya, mungkin tertidur nyenyak ketika pintu kamarnya diketuk beberapa kali.

"Ya?"

"Mas belum makan malam."

Sudah berapa lama dia tertidur?

"Terima kasih, Yugala." 

Gone : Maliaza AmbaraningdyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang