Danastri

45 4 2
                                    

Kinda long.

Agak panjang.



Saya ada di dalam ruangan gelap. Gelap tanpa adanya cahaya. Saya tidak bisa merasakan tubuh saya. Tidak tahu dalam apakah saya duduk, berdiri, berbaring. 

Rasanya seperti melayang. Seperti angin.

Tidak tahu sudah berapa lama saya ada di sini. Sudah cukup lama. Tidak ada rasa apapun. Rasanya hampa.

Beberapa kali ada cahaya kotak terang, seperti layar pewayangan. Layar itu menampilkan gambar-gambar bergerak. 

Saya melihat orang-orang di gambar-gambar bergerak itu. Gambar-gambar itu seperti gambaran mata saya yang sedang melihat. 

Gambar itu menampakan seolah saya sedang berkuda, seolah saya masuk ke dalam dapur. Dan banyak gambar-gambar lainnya ada pasar, persawahan.

Seolah-olah itu saya, tapi orang lain yang menjalankan.

Sepanjang gambar-gambar itu saya dapat melihat perubahan dari Astaka, pengawal saya. Bagaimana Astaka memandang seseorang, siapapun yang ada di sisi saya. 

Apakah dia memandang saya?

Pandangannya jauh lebih lembut, bercahaya, dan penuh kasih. Tidak seperti saat bersama saya, matanya yang tajam selalu awas dan waspada. Walaupun hanya ada kami dan Cindhe di dalam kamar, raut wajah dan matanya tetap sama.

Gelap.

Saya dapat melihat ada rombongan tamu yang datang. orang-orang berkulit putih dengan rambut terang. Diadakan pertunjukan dan acara penyambutan. 

Salah seorang dari mereka yang bermata biru gelap dan rambut cokelat terang selalu mendekatinya. Dia terlihat seperti orang yang ceria, banyak omong, banyak cerita. Matanya selalu berbinar-binar di hadapan layar. Di hadapan saya.

Gelap.

Ada gambar bergerak yang menampilkan seekor kucing abu-abu di dalam kamar saya, berdiri di atas meja ekornya yang panjang berdiri ke atas, rambut-rambutnya mengembang berdiri. 

Gambar-gambar itu bergerak cepat. Seorang pria asing ada di pojok ruang lukis memegang pisau. Orang itu menerjang cepat ke arahnya sebelum Yugala berhasil meneroboos masuk kamarnya.

Gelap.

Ada keluarga teman ayah datang membawa anak. Lagi-lagi seseorang datang membawa anaknya. Menawarkan ini itu pasti untuk melamar salah satu dari kami.

Gelap.

Kami akan pergi? Menggunakan kereta kuda, rombongan. Saya seperti duduk di dalam kereta kuda bersama Bibi Dasih dan Dewani.

Gelap.

"AAAAA!" Saya berteriak ketika tiba-tiba lampu menyala dan munculah sebuah batang kayu yang menggelinding dari atas tebing.

Semuanya terjadi terlalu cepat.

Ada orang-orang berbadan besar mengajar saya dan Sura hingga masuk ke dalam hutan. Belati. Ada sebilah belati di tangan saya. Terus terjadi pertikaian yang begitu cepat.

Gelap.

Tidak ada suara satupun selama saya melihat gambar-gambar itu. Kali ini saya dengar suara samar-samar. Dalam gelap ini saya mendengar suara.

'Danastri!'

Ada suara yang memanggil nama saya.

'Danastri!'

Suara ibu. 

Layar kembali menampilkan cahaya. Saya melihat kobaran api di layar. Kobaran api besar di atas tebing. 

Gone : Maliaza AmbaraningdyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang