Ini akan berantakan chapternya karena part yang lain sepertinya sudah cukup. Tinggal part Ghani untuk menyelesaikan cerita Safield lalu kembali ke Alia.
Dan mungkin bisa ke Danastri dan Astaka setelah itu.
"Parwoko?"
Ghani berhenti dan berbalik. Ndoro Purwanka berdiri di belakangnya memegang lampu minyak yang tidak menyala terang. Pria itu terlihat jauh lebih tua dari yang Ghani ingat. Rambutnya yang semakin panjang mulai memutih semua. Kerutan diwajahnya juga lebih terlihat.
Ghani membungkuk dengan tangan terulur untuk mencium tangan pria itu. Tangan Ndoro Purwanka yang besar terasa menepuk-nepuk punggungnya.
Saat Ghani bangun, Ndoro Purwanka menarik Ghani dalam pelukannya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Ndoro Purwanka.
Ghani mengangguk. "Apa yang terjadi, Ndoro?"
Senyum Ndoro Purwanka merekah di wajahnya. "Sudah malam, kau pasti lelah perjalanan panjang, kan. Kau istirahatlah! Saya antar kalian ke Danastri besok pagi."
Pengawal yang tadi mengantarnya memberikan Ghani satu tikar tambahan untuk alas. Saat memasuki kamar, Safield sudah tertidur di atas tempat tidur bertelanjang dada.
Ghani menggelar tikar yang dibawanya di lantai di bawah tempat tidur. Berapa lama lagi waktu yang harus dia habiskan di tempat ini. Alia mungkin sudah kembali ke tubuhnya berbulan-bulan lamanya.
Tidak ada bedanya, Ghani akan kembali ke tubuhnya besok pagi setelah semalam ia membaca artikel tugasnya. Berapa lamapun waktu yang dia habiskan, tubuhnya hanya tertidur selama semalam atau satu kali siklus tidurnya.
.
"Parwoko!"
Ada seseorang yang menguncang tubuhnya.
"Parwoko bangun!"
Ghani membuka matanya dan mendapati kedua kaki Safield ada di hadapannya. Tangannya terulur untuk menyingkirkan kaki bule barat itu.
"UNGH!"
"Paman Purwanka menunggu kita. Ayo kita sarapan. Kita akan bertemu Danastri."
Danastri. Danastri. Danastri. Dia tidak akan mengenalmu.
Ghani mengerang sebelum bangun dan mengikuti Safield berjalan ke luar kamar. Dia menantikan bagaimana Ndoro Purwanka akan menjelaskan pada Safield apa yang sudah terjadi.
Mereka makan di meja ruang tengah. Di sajikan masakan-makasan sederhana, teh, dan air minum. Di kursi seberang duduk Ndoro Purwanka dan istrinya.
Safield berhenti makan. Tangannya terlihat sedikit gemetar meletakkan gelas teh di meja. Dia mendengarkan cerita Ndoro Purwanka dengan baik, menyimaknya.
Pria tua di hadapan mereke bercerita sesederhana mungkin dan perlahan. Apapun yang terjadi itu bukan hanya sulit dipahami oleh Safield tapi juga pasti sangat berat apa yang sudah mereka alami. Ndoro Purwanka dan istrinya pasti mengalai trauma yang berat atas apa yang mereka saksikan di depan mata mereka. Ketakutan yang besar atas apa yang mereka alami.
"Danastri-" Suara Safield tercekat.
"Dia baik-baik saja. Selesaikan makanannya kita ke tempat Danastri."
.
Ada daerah yang jadi tempat favorit pimpinan The Dussel's untuk jalan pagi. Ke arah atas ada persawahan luas dan kandang-kandang sapi. Udaranya super segar hingga sampai ke kaki gunung. Beberapa kali Ghani pernah menemani Tuan Edward jalan sampai ke kaki gunung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone : Maliaza Ambaraningdyah
Historical FictionNOTE : Silahkah baca 'The Past Keeper' dulu yaa This one is kinda spin off maybe. Another story dari POV Alia, Ruby, Ghani, Astaka, dan Danastri sebelum, saat, dan setelah Alia pergi dan kembali. MUNGKIN JIKA ADA YANG BERMINAT BOLEH MAMPIR.