Kehilangan Arah

1.2K 68 13
                                    

Seperti biasa, kedatangan Andra di sekolah Lita mendapat perhatian penuh dari para bunda-bunda muda yang juga menjemput anaknya.

Siapa yang tidak akan terpesona dengan ketampanan dokter kandungan itu. Apalagi mendengar statusnya merupakan ayah tunggal alias duda. Ibu-ibu semakin bersemangat untuk berkumpul di TK Mutiara sepulang sekolah.

"Eh, Pak Dokter !" tegur salah satu ibu-ibu yang sedang berkumpul

"Iya Bu, selamat siang !" sapa Andra ramah seperti biasa

Andra bukan tidak tahu kalau ibu-ibu itu sedang mencari perhatiannya, jujur saja dia sudah terbiasa. Di rumah sakit pun dia sering mendapat rayuan dari para pasiennya, mungkin itulah risiko memiliki wajah tampan.

"Duh, Pak Dokter ! Jangan senyum-senyum, nanti saya bisa kena diabetes loh !"

"Loh kok bisa Bu ?!" Andra tetap menanggapi rayuan itu dengan senyuman

"Habis senyum Dokter manisnya kelewatan !"

"Duh !! Jeng Tinah bisa aja.." tegur ibu-ibu yang lain dengan tertawa dan Andra hanya tersenyum

"Dokter, buka praktek di rumah ga ?!" Tanya ibu yang lain

"Kebetulan belum, Bu !" jawab Andra

"Padahal saya mau konsultasi ke rumah.."

"Jeng Maya, modus nih !!" Jerit ibu-ibu yang lainnya

Bersamaan dengan itu, para murid sudah keluar dari kelas masing-masing. Para ibu-ibu sibuk mengantri di depan pagar untuk menjemput anak mereka. Andra menatap heran pada Lita yang tampak lesu keluar dari kelasnya, bahkan yang mendampingi Lita bukan Nia seperti biasanya.

"Halo.. anak Ayah !" Tegur Andra ketika Lita mendekat

Biasanya jika Lita tahu Andra yang menjemputnya, dia akan sangat bersemangat. Tapi kali ini berbeda, Lita sangat terlihat murung.

"Maaf Bu, kalau saya boleh tahu. Ada apa dengan Lita ?" Andra bertanya pada guru yang mendampingi Lita

"Hari ini Lita tidak semangat belajar, karena Ibu Nia sedang izin Pak !" jawab guru itu

"Kalau saya boleh tahu, Ibu Nia kemana ya ?!" Andra jadi ikut penasaran kenapa Nia tidak mengajar hari ini, apa terjadi sesuatu dengannya.

"Saya kurang tahu ya Pak, dia hanya mengatakan ada keperluan mendadak. Kalau begitu saya permisi, Lita ! Jangan sedih lagi ya, besok Ibu Nia pasti datang !" guru itu berkata sebelum meninggalkan Lita dan Andra

"Ayah !! Lita pengen ketemu Ibu Nia !" Lita menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca

"Iya, nanti kita cari Ibu Nia ya sayang.." jawab Andra menenangkan Lita

"Ada apa denganmu, Nia ?!"

—-oOo—-

"Lo mau di sini sampai kapan Ni ?!" Irma menyadarkan Nia yang sejak tadi menatap kosong ke arah makam ibunya

"Gue tau masalah lo berat, tapi lo harus tetap semangat Ni ! Hidup lo masih panjang, lo masih muda.." beruntung Irma menghubungi Nia disaat yang tepat, jika dia terlambat mungkin Nia akan melakukan hal yang buruk.

"Gue mau mati aja Ma !" jawab Nia tanpa mengalihkan pandangannya

"Mulut lo, Ni !! Jangan ngomong macem-macem ah.. di kuburan, pamali !!" Irma tiba-tiba merinding

"Udah, ayo kita pulang !!" Irma mencoba membangunkan Nia yang sejak tadi duduk

"Gue ga punya rumah lagi Ma, rumah gue udah hancur. Hiks..." Nia menangis lagi mengingat dirinya tidak diinginkan oleh siapa pun

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang