Grep...
Tas di tangan Nia direbut oleh seseorang, tubuh Nia menegang ketika melihat punggung pria tinggi berkemeja abu-abu itu menaruh tasnya ke dalam mobil.
"Dokter !" Nia memberanikan diri untuk membuka percakapan lebih dulu
"Mm.. S-saya mau ambil tas, sa-ya.."
"Kita pulang bersama !" ucap Andra tegas
"Saya bisa pulang sendiri !" Nia tak mau kalah
"Sepagi ini menunggu bus ?!" Tanya Andra menatap Nia
"Eh ?!" Nia membalas tatapan Andra lalu turun ke arah bibir Andra yang tebal dan sedikit basah itu. Ingatan tentang bibir mereka yang menyatu tadi malam membuat Nia malu.
"Ayo.. Kita pulang !"
Sepanjang perjalanan Nia hanya diam menatap kosong ke arah luar jendela, dia sangat canggung berdekatan dengan Andra.
Maksud hati pergi lebih pagi untuk menghindari pertemuannya dengan pria yang sekarang sedang melirik ke arahnya. Dia malah harus berada di dalam satu mobil dengan Andra.
"Mmh.."
"Tolong kejadian tadi malam tidak usah dibahas dan dilupakan.." Nia berhasil membungkam mulut Andra yang ingin mengatakan sesuatu
"Saya hanya ingin menyuruh Ibu Nia untuk tidur, saya bisa melihat kalau Ibu kurang tidur. Jika sudah sampai rest area saya akan membangunkan !" ucap Andra yang juga tahu kalau Nia berusaha menghindarinya dan tidak ingin membahas kejadian tadi malam.
Andra sama sekali tidak marah, meski Nia terkesan mengabaikannya. Dia tahu apa yang mereka lakukan itu salah. Tapi dapat Andra rasakan kalau tadi malam Nia juga merasa nyaman dan tanpa terpaksa melakukan ciuman itu.
Andra semakin yakin dengan ucapan Gibran kemarin, kalau ada cinta di antara mereka. Hanya saja Nia membatasi hatinya untuk tidak terlena terlalu jauh, mengingat statusnya yang masih bersuami.
Tapi, Andra rasa pria itu tidak pantas untuk menjadi suami Nia. Andra ingin sekali memberitahu Nia tentang apa yang dia lihat tempo hari, tapi Andra cukup tahu batasan untuk tidak mencampuri urusan Nia.
Andra yang sibuk dengan pikirannya sendiri melirik ke arah Nia yang sedari tadi hanya diam, ternyata wanita itu sudah bersandar dan tidur dengan nyaman.
"Saya akan menghormati apapun keputusan kamu, tapi saya harap jangan tutup hatimu untuk saya nanti.."
—-oOo—-
"Aarghh.."
Ghani mendengus kesal ketika cipratan minyak panas mengenai tangannya, jujur saja selama Nia pergi dia kerepotan untuk menyiapkan makanan.
Meski perutnya sudah kenyang ketika sampai di rumah, tapi setiap kali dia membuka kulkas dan melihat bahan makanan yang sudah disiapkan Nia, dia ingin memakannya lagi.Mulut dan perutnya sudah terbiasa dengan makanan buatan Nia, mungkin memang benar istilah kalau sudah tidak ada baru terasa. Ghani baru merasakan kesepian dan seperti ada yang kurang ketika Nia tidak ada di rumah.
Tok..
Tok..
"Ghani ?!"
"Mbak Lestari ?"
"Apa yang kamu lakukan dengan dapurmu ?" Lestari menatap ngeri pada dapur adik bungsunya itu.
"Aku lagi masak Mbak !" ucap Ghani membersihkan alat masak yang berserakan
"Dimana Nia ?! Apa dia sakit ?" Tanya Lestari yang tampak khawatir
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness
Romance[Cerita Dewasa] Setelah kenyataan pahit yang dilalui, Aghnia Ilma sangat bergantung pada kehidupan pernikahaannya. Nia berharap dengan menikah, dia bisa menemukan kebahagiannya. Tapi ternyata, dunia pernikahan yang dijalani Nia tidak seindah impiann...