1 Tahun Berlalu

1.3K 61 5
                                    

Byur...

Suara deburan ombak yang terpecah bertabrakan dengan bibir pantai menemani langkah kaki Nia siang itu.

"Nia !!" Panggil seseorang yang membuat Nia menghentikan langkah dan menoleh.

"Bude..." Nia tersenyum senang dan berlari ke arah wanita tua yang membantu pelariannya.

"Kamu cuti ?!" Tanya Bude Sri yang memang selalu mengunjungi Nia, begitu pun sebaliknya

"Iya, Bude.." Nia menggandeng wanita tua yang sudah dia anggap seperti ibunya itu

"Apa dia masih sering datang ?!" Tanya Nia yang mendapat anggukan dari Bude Sri

"Dia masih sering datang, keputusanmu untuk menjual rumah Ibumu ternyata benar. Terkadang dia sampai berhari-hari mengintai rumah itu !" Bude Sri menatap anak dan cucunya yang mengantarnya menemui Nia.

"Apa kamu jadi pindah ?!" Bude Sri menatap Nia

"Iya Bude, Nia sudah cukup mengumpulkan uang. Nia pikir semakin lama, dia pasti akan menemukan Nia di sini"

"Apapun keputusan kamu, Bude selalu dukung.."

"Nia pengecut ya Bude..?! Nia terlalu takut bertemu dengan dia !" Nia seperti kehilangan rasa kepercayaan dirinya jika menyangkut masa lalu kecuali Irma sahabatnya

"Bukan pengecut. Kamu hanya belum siap ! Bude pikir itu wajar, siapkan dulu hati dan pikiranmu ya nduk !" Pesan Bude Sri pada Nia

"Terima kasih Bude.." Nia memeluk erat Bude Sri yang selalu membantunya selain Irma

"Untuk dokter itu, apa sudah siap bertemu ?!" Tanya Bude Sri menggoda

"Aah.. Bude.."

—-oOo—-

"Papah pikir setelah lamaran langsung nikah, eh.. ga taunya masih tunggu setahun !" Pak Anwar menyinggung Irma yang menunda pernikahannya sampai setahun lamanya

Mengingat Irma yang terlihat sudah tidak sabar untuk menikah dan selalu menggoda Haikal lebih dulu, nyatanya pernikahaan mereka ditunda cukup lama.

"Papa kan tau ! Ayang Haikal masih banyak kerjaan, begitupun Irma. Itu semua karena Bang Andra lebih memilih menjadi dokter, Irma deh yang harus berkorban !" Irma memasang mimik wajah sedih

"Ga papa, malah bagus ! Jadi kalian saling mengenal satu sama lain, apa lagi kemarin lamarannya terkesan tergesa-gesa.." Sang mama menengahi perdebatan ayah dan anak di meja makan itu

"Gimana ga tergesa-gesa, anakmu itu yang membuat Haikal melamarnya secepat kilat !"

"Papah.."

—-oOo—-

"Dokter .." Andra menoleh ketika mendengar seseorang memangilnya

"Mas.." Andra menyapa Gibran dengan ramah

"Ternyata anak kita sekelas ya.. benar-benar jodoh !" Gibran tertawa melihat wajah masam Andra

"Liburan kemarin ke mana ?!" Gibran yang sehabis mengantar Galen masuk kelas, menyusul Andra yang masih menunggunya di depan mobil

"Ya.. begitulah Mas !" Andra tersenyum

"Sudah 1 tahun ya ?! Tidak terasa.. saya pikir Lita akan bersekolah di SD yang jauh dari sini" Gibran baru kali ini bertemu dengan Andra kembali setelah acara kelulusan TK.

Kesibukannya di perusahaan cukup menyita waktunya untuk ikut campur dalam urusan anak-anak. Dia sempat mendengar Lita satu kelas dengan Galen, tapi dia belum ada kesempatan untuk bertemu dengan ayah Lita.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang