Family Dish

95K 3K 95
                                    

"Jadi bakal ada tiga main activity. Comic strip untuk campaign media sosial, daily game dengan microsite baru sebagai landing page, dan TvC yang diangkat dari comic strip." Titi menjelaskan hasil brainstorming untuk ide kampanye Ramadan Gojek tahun depan.

Titi memberi kode dan aku pindah ke slide berikutnya.

"Ini beberapa nama yang kita usulkan buat comic strip. Dan..." Titi kembali memberi kode kepadaku. "Ini buat TvC. Ceritanya pengembangan dari comic strip. Ada perpaduan animasi dan orang."

"Kenapa comic strip, bukan web series? I mean, YouTube series lebih hits," tukas Jessica, account manager yang memegang akun Gojek.

Titi dan aku berpandangan. Sebelum sampai ke kesimpulan ini, Titi menyarankan untuk membuat YouTube series. Ide comic strip ini dariku, karena aku yakin tim lain akan muncul dengan ide series. Memang sih lagi ramai dan sukses, tapi semua berbondong-bondong untuk mengulang formula yang sama.

Satu hal yang kupelajari dari Pak Stevie. Dia paling anti ikut jalur mainstream dan mengulang formula yang sama. Bahkan empat tahun lalu, dia yang pertama memulai tren iklan dalam bentuk web series. Iklan Toyota yang menggandeng Sheila Dara dan Refal Hadi sebagai bintang iklan itu sempat viral.

"Fokusnya ada pada aktivasi media sosial. Itu salah satu objektif yang mereka kasih." Aku membalas karena Titi cuma diam.

Jessica beringsut mendekati Pak Stevie. Tanpa sempat dicegah, emosiku mendidih. Aku ingat salah satu gosip dari Titi kalau Jessica menyukai Pak Stevie.

Aku buru-buru mengusir pemikiran itu. Enggak ada gunanya cemburu kepada Jessica. Dan juga, ini sedang meeting. Harusnya aku profesional. Bukan bertingkah kekanak-kanakan begini.

"Steve, gue enggak yakin sama comic strip." Jessica berkata pelan.

Tanpa sengaja, aku bersitatap dengan Titi. Aku terkesiap saat melihat Titi seolah menyalahkanku. Aku tahu ambisinya. Dia berambisi ingin memenangkan proyek ini demi kelancaran kariernya.

Titi awalnya enggak setuju dengan ide comic strip. Namun dia akhirnya mengikuti ide itu setelah mendengar argumenku.

Kemarin, aku yakin dengan ide itu. Sekarang, setelah mendengar keberatan Jessica, juga tatapan menyalahkan dari Titi, aku merasa ideku begitu konyol.

Apalagi Pak Stevie cuma diam aja dari tadi. Aku enggak bisa membaca arti ekspresinya.

"Lanjutin, Ti," ujarnya.

Titi melanjutkan presentasi, tapi semangatnya sudah melorot. Ruang meeting berubah mencekam.

"Ide yang menarik. Instead of bikin web series, kita bisa kembangin comic strip ini jadi serial animasi." Pak Stevie akhirnya bersuara. "Nina benar, ide kalian sesuai dengan objective mereka buat aktivasi media sosial."

Aku sontak menarik napas lega.

Meski setiap malam kuhabiskan bersamanya, Pak Stevie enggak tahu menahu soal ide ini. Padahal aku sudah gatal mau membahas dan meminta pendapatnya, tapi menahan diri karena itu sangat enggak profesional.

"Ti, lo jadi project manager dan siapin bahan buat pitching. Kita kerjain bareng, berangkat dari ide ini." Pak Stevie melanjutkan.

Titi enggak bisa menyembunyikan seringai di wajahnya. Saat bersitatap denganku, dia enggak lagi memandangiku dengan raut menyalahkan.

"Na, lo handle kreatif. Gue mau ada action plan yang lebih detail lagi. Termasuk soal social media activity. Kerjain bareng Regy, gue mau kalian come up sama ide detail. Regy pernah handle sosial media klien, lo yang megang aktivasi ini. Kerjain bareng Nina."

Yes, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang