Happy Birthday

86K 2.8K 155
                                    

"Happy birthday, Pak Stevie."

Pak Stevie menghadiahiku dengan senyum tanpa membuka matanya. Aku menangkup wajahnya dan menciuminya tanpa ada sedikit pun yang tersisa tanpa merasakan ciumanku. Pak Stevie bergeming, membiarkanku menghujaninya dengan ciuman.

Hari ini ulang tahunnya. Aku sudah menunggu hari ini tiba karena ingin memanjakannya di hari spesial ini.

Aku terkikik, membuat Pak Stevie akhirnya membuka mata.

"Kenapa?" tayanya.

Aku berusaha mengendalikan tawa sebelum menjawab pertanyaan itu. "Enjoy the last year of your thirty ya. Tahun depan lo empat puluh, lo udah tua, Pak."

Pak Stevie merangkul pinggangku dan memutar tubuhku hingga kini aku yang berbaring dan dia menindihku.

"Lo masih kecil, mainnya sama orang tua," timpalnya.

Aku kembali tertawa. "Kalau tua kayak lo, sih, gue enggak bisa nolak, Pak."

Pak Stevie membenamkan wajahnya di leherku, tubuhnya bergetar menahan tawa. "Kado buat gue apa?"

Aku meraih tangannya dan mengarahkannya ke kewanitaanku. Pak Stevie mengangkat kepalanya hingga bersitatap denganku. Matanya berkabut diselimuti nafsu sementara senyuman di wajahnya membuatku bergidik.

"Nanti malam, gue bakal bikin lo puas sepuas-puasnya," janjiku.

Aku merasakan jari-jarinya menyibak liang senggamaku. Sontak, aku mengerang frustrasi. "Pak, as much as I want to have a birthday sex with you, kita udah telat, Pak."

Pak Stevie menggeram. Dia melirik jam di atas nakas dan mendengkus kesal.

"Apa kita izin WFH?" tawarku.

"Gue ada meeting hari ini." Pak Stevie mengangkat tubuhnya. Aku merasa ada yang hilang saat dia tidak lagi menindihku. "Tonight, you're mine."

Bayangan akan percintaan liar malam ini membuatku bertahan sepanjang hari. Meski revisi dari klien yang menggunung membuatku enggak punya waktu untuk bernapas. Hari ini, enggak ada waktu untuk mengeluh. Aku cukup membayangkan Pak Stevie takluk di bawah tubuhku, dan semangatku kembali terlecut.

Pak Stevie harus menghadiri meeting demi meeting sepanjang hari. Menjelang sore, aku mulai dilanda khawatir. Bagaimana kalau meeting ini molor dan baru selesai malam? Bisa-bisa rencanaku buyar. Padahal aku sengaja ke salon kemarin untuk waxing di area kewanitaanku demi menyambut hari ini. Jangan sampai semuanya sia-sia karena Pak Stevie terjebak meeting.

"Happy birthday, Pak Stevie."

Aku mengangkat wajah dari layar laptop dan mendapati Titi menghampiri Pak Stevie, diikuti oleh teman-temanku yang lain. Aku enggak bisa menahan senyum lega saat mendapati Pak Stevie sudah selesai dengan meeting yang enggak berkesudahan itu.

"Happy birthday, Pak." Aku ikut menyalaminya seperti teman-temanku yang lain.

Pak Stevie melirikku dengan sebelah alis terangkat dan tersenyum penuh arti. Dari ekspresi wajahnya, bukan aku saja yang enggak sabar menunggu untuk segera pulang.

"Pak, lo enggak mau traktir, nih? Paulaner bisa kali, Pak," ujar Titi.

Berusaha untuk tidak kentara, aku menatap Pak Stevie sambil cemberut. Buyar sudah rencana malam ini. Memang, sih, enggak ada meeting, tapi Pak Stevie enggak mungkin menolak ajakan Titi. Apalagi Titi didukung teman-teman satu tim, membuat Pak Stevie terpojok.

Pak Stevie menggaruk bagian belakang lehernya. Dia melemparkan senyum penuh perasaan bersalah kepadaku sebelum menghadap Titi.

"Oke, lo booking buat malam ini."

Yes, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang