Aku menggenggam lengan sofa erat-erat, sementara Pak Stevie bersedekap di depanku. Aku menggeleng kencang, sampai-sampai aku khawatir leherku keseleo karena menggeleng terlalu cepat."Ya sudah." Pak Stevie akhirnya menyerah.
Dia meninggalkanku dan menuju kamar untuk berganti pakaian.
Pak Stevie mengajakku ke gym yang ada di kompleks apartemen ini. Katanya dia sudah lama absen. Aku menolak, siapa juga yang mau menyiksa diri di gym di hari Minggu yang seharusnya diisi untuk bersantai?
Aku lebih memilih bermalas-malasan di sofa sambil menonton film ketimbang menyiksa diri di gym.
"Beneran enggak mau ikut?" Pak Stevie muncul di hadapanku dengan celana training yang terpasang longgar di pinggangnya dan baju tanpa lengan yang menempel ketat di tubuhnya, membuat ototnya terpampang sempurna. Aku hampir saja meneteskan liur saat melihat lengannya yang kokoh itu.
"Di gym ada cewek enggak?" tanyaku.
"Banyak."
Aku mendengkus. Jelas-jelas dia membual agar aku ikut ke gym. Namun, sofa ini lebih posesif sehingga aku enggak keberatan kalaupun di gym ada banyak perempuan yang menatapnya penuh nafsu. Dengan badan kekar dan berotot seperti itu, wajar kalau banyak perempuan yang meneteskan liur saat melihatnya.
"Sana olahraga. Aku mau nonton."
Pak Stevie mendecakkan lidah. "Jangan malas-malasan, Nina."
"Pak, olahragaku cukup satu. Seks." Aku tersenyum lebar.
"Dasar," semburnya sambil tertawa. Pak Stevie mengacak rambutku sebelum akhirnya meninggalkanku.
Aku mengikuti sosoknya hingga menghilang ke balik pintu. Menghabiskan waktu bersama Pak Stevie memang menyenangkan, kecuali satu hal: menyiksa diri di gym. Aku pernah dipaksa ikut ke gym, dan aku hanya bisa treadmill setengah jam dan setelahnya sibuk memelototi Pak Stevie mengolah ototnya.
Suasana apartemen begitu sepi saat aku tinggal sendiri. Ini kali pertama aku ditinggal sendiri di sini.
Tiba-tiba saja film tidak lagi menggugah perhatianku. Aku bangkti berdiri dan berjalan mengelilingi apartemennya.
Apartemen itu didominasi hitam dan putih. Ruangannya dibiarkan terbuka, tidak ada sekat permanen sehingga terkesan lapang. Ada tiga kamar di sana, salah satunya dialihfungsikan sebagai ruang kerja dan satu lagi menjadi kamar tamu. Menurut Pak Stevie, tamu yang sering menginap adalah Mas Oslo. Apalagi saat dia sedang mengurus perceraian dan diusir dari rumah, sehingga mengungsi ke sini.
Pak Stevie pernah bilang dia tidak pernah membawa pacar-pacarnya ke sini. Namun ada rasa penasaran menggelitik haitku.
Bagaimana dengan Sandra?
Aku tidak tahu sudah berapa lama dia tinggal di sini dan apakah Sandra masih berhubungan dengannya selama dia tinggal di sini?
Rasa penasaran mengalihkan perhatianku. Aku menjelajahi apartemen itu, berusaha mencari jejak kehadiran Sandra di sana.
Kalaupun ada, pasti disimpan di tempat yang tidak bisa dilihat siapa pun. Aku mencoret kamarnya, karena sudah sering menghabiskan waktu di sana. Tidak ada keganjilan di sana. Lagipula, Pak Stevie pasti memastikan kamar dalam keadaan steril dari Sandra sebelum membawaku ke sana.
Langkahku menuju ruang kerjanya. Tidak sama seperti ruang kerjanya di kantor, ruangan ini cenderung kosong. Saat menatap meja kerja, wajahku bersemu merah. Salah satu fantasinya adalah bercinta denganku di meja kerja. Aku jadi menginginkan hal yang sama, dan berharap fantasi itu segera terwujud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Pak!
ChickLitNina Alexandra Fresh Graduate yang baru mulai menapak karier. Selalu tertarik pada laki-laki yang lebih tua sehingga dijuluki mengalami Daddy's Issue. Diam-diam tertarik pada atasannya, dan menjalani hubungan tanpa masa depan. Stevie Andika Kawilara...