Glimpse of You

72K 2.8K 85
                                    

"Cie... yang kerja."

Pak Stevie mencibir saat mendengar ledekanku. Dia baru saja selesai management meeting yang berlangsung lebih lama dari perkiraan. Aku enggak ngerti, katanya belum nyiapin bahan, tapi begitu meeting, dia bisa melewatinya dengan lancar.

"Kamu jadi ikutan GoFood nih," ujarnya.

Karena meeting selesai lebih lama, aku membatalkan rencana hari ini. Bahkan untuk makan siang aja terpaksa order GoFood. Pak Stevie menyuruhku jalan-jalan sendiri, tapi aku males. Lagipula, santai di villa juga menyenangkan.

Sekalian, gangguin dia kerja.

Cuma aku yang ambil cuti hari ini. Sementara Pak Stevie tetap bekerja meski remote dari Bali.

"Begitu report ini kelar, kita cobain cafe yang kamu bilang itu. Aku call sama Titi di sana aja," ujarnya.

Aku beringsut mendekatinya. "Oke," sahutku sambil merebahkan kepala di pundaknya. Aku memeluk pinggangnya dan sengaja menekankan dadaku ke lengannya.

Pak Stevie menggeram pelan, membuatku harus menahan tawa.

"Tadi mau bikin apa, ya?" Pak Stevie mengetukkan jari di atas keyboard laptop.

Aku tertawa kecil. Kali ini aku sengaja menggesekkan dadaku ke lengannya, dan membuat Pak Stevie kembali menggeram.

"Anak nakal," gumamnya sambil menjitak kepalaku pelan.

Aku kembali menggesekkan dadaku. Aku cuma memakai bralette sehingga putingku yang bengkak terlihat menonjol di balik kain tipis itu.

Pak Stevie menciumku. Tangannya menangkup payudaraku dan meremasnya. Aku melingkarkan lengan di lehernya agar bisa leluasa membalas ciumannya.

Aku mengerang ketika ciumannya berubah kian dalam. Pak Stevie mendorong tubuhku hingga rebah di sofa, bersama dirinya yang menindihku. Pak Stevie menyelipkan tubuhnya di antara kakiku dan aku bisa merasakan kejantanannya yang keras.

"Seeing you like this is pure torture," gumamnya. Pak Stevie menjilati rahangku, lalu turun ke leherku.

"Aku mau nelanjangin kamu, Nina. Aku akan menciumi kamu di setiap tempat. Di susumu, aku akan menciumi putingmu sampai kamu meronta," bisiknya diikuti remasan di dadaku. "Tubuhmu milikku. Aku bakal lakuin apa aja di tubuhmu. Aku akan menjilati vaginamu sampai kamu orgasme, lalu kamu akan sampai lagi di jari-jariku."

Aku memejamkan mata. Benakku memainkan bayangan dirinya saat melakukan ucapannya barusan. Membayangkannya saja sudah membuatku basah.

Hot and wet.

"Take my cock. He's yours," lanjutnya. Pak Stevie meraih tanganku lalu mengarahkannya ke kejantanannya. Aku memberikan remasan di sana, yang membuat Pak Stevie menggeram. "Ya, Sayang. Kamu enggak akan menyia-nyiakan kontol ini, kan?"

Aku menggeleng. Nafsu mulai menguasaiku, membuat napasku terengah-engah.

"Kontol ini yang bakal bikin kamu menjerit puas, Nina. Kamu akan memohon minta dipuasin, tapi aku tahu kamu enggak akan pernah bisa puas. Kamu akan memohon terus."

"Yes, Pak!"

Pak Stevie kembali menciumku. Lebih dalam dan menuntut. Hasrat yang menguasai makin tak terbendung.

Namun, handphone-ku malah berdering.

Aku mengerang kesal.

"Cuekin aja," ujar Pak Stevie.

Aku enggak bisa. Nada dering itu khusus untuk Mas Nadiem. Dia lebih suka chat ketimbang telepon, jadi kalau Mas Nadiem sudah menelepon artinya ada sesuatu yang penting.

Yes, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang