"Cie... semringah banget pulang dari Bali." Regy menyambutku dengan ledekannya begitu aku kembali ke kantor di Senin pagi.
Aku sengaja menyibakkan rambut dengan gaya berlebihan, membuat Regy memutar bola mata dan meledek.
"Enak ya yang habis liburan. Ke Bali sama siapa lo?" Tanya Titi.
"Teman." Aku menyahut asal. Aku emggak menduga akan mendapat pertanyaan iyu secepat ini jadi belum mmenyiapkan jawaban.
"Gue jadi ingat teman di kantor lama gue deh. Katanya liburan, eh tahunya liburan bareng bos." Titi terkekeh.
Darahku berdesir saat mendengar ucapan Titi. Aku sengaja menyibukkan diri dengan mencari sesuatu di dalam tas agar enggak ada yang mencurigaiku.
"Diam-diam dia pacaran sama bos," lanjut Titi.
Dia ngomongin temannya Na, bukan lo.
"Mereka sembunyi-sembunyi, tapi ya sepintar apa pun nyembunyiin bangkai bakal ketahuan juga," lanjut Titi.
"Tahu dari mana lo mereka pacaran?" Tanya Regy.
"Semua udah pada curiga sih. Mereka sering dateng bareng, meski alasannya sama-sama ketemu di lift. Si Bos juga jadi pilih kasih, kentara banget. Proyek enak dikasih ke cewek ini, padahal dia anak baru di tim," lanjut Titi.
Titi boleh saja bilang dia cerita soal temannya, tapi kenapa aku merasa objek yang dibicarakan adalah aku?
Aku memberanikan diri menatap Titi. Dia membalas tatapanku dengan senyum penuh arti. Debaran jantungku jadi enggak keruan. Bagaimana kalau Titi sebenarnya ngomongin aku?
Diam-diam, aku melirik ruangan Pak Stevie. Ruangan itu kosong.
Aku menimbang hubunganku dan Pak Stevie. Aku sudah berhati-hati, tapi bagaimana kalau ternyata ada yang mencium hubungan ini?
Perasaanku jadi enggak tenang.
"Puncaknya waktu dia tiba-tiba cuti dan bos gue mendadak kerja remote. Gue lagi call sama bos gue. Dia enggak ada, tapi gue lihat jaket dia di punggung kursi si bos. Gue hafal banget jaket itu. Apa artinya coba? Kok jaketnya ada sama bos gue?" Tanya Titi pada Regy.
Napasku tercekat. Ingatanku melayang pada kejadian di Bali. Pak Stevie ada call dengan Titi sore itu. Apa ada pakaianku yang tercecer di dekat Pak Stevie?
Keadaan villa sangat berantakan. Aku dan Pak Stevie sulit mengendalikan nafsu. Kami bercinta di semua tempat. Pak Stevie juga tidak peduli di mana dia menelanjangiku, jadi pakaianku berserakan di mana-mana.
Mungkin saja ada pakaianku yang dikenali Titi dan tidak sengaja dilihatnya saat video conference dengan Pak Stevie.
Kemungkinan itu bisa terjadi.
"Apa salahnya pacaran sama bos?" Tanya Regy.
"Bos gue udah tua, dan temen gue ini masih muda. Lo tahu sendirilah apa tujuannya. Bos gue emang doyan daun muda. Ya lumayan sih jadi peliharaan bos, duit lancar kerjaan juga menang." Titi tertawa. Kali ini dia terang-terangan menatapku. "Misalnya nih ya, lo bayangin aja Nina pacaran sama Pak Stevie."
Seperti ada yang menghantamku saat ini. Tubuhku menegang. Aku yakin wajahku sudah sangat pucat.
"Misalnya lho itu," lanjut Titi. Tawanya yang terdengar sinis membuatku semakin terpojok.
Aku enggak sebodoh itu untuk percaya pada omongan Titi. Dia hanya pura-pura ngomongin teman. Kenyataannya dia membocarakan aku dan Pak Stevie.
"Btw udah lama enggak lihat Pak Stevie sama peliharaannya. Udah ganti belum ya?" Lanjut Titi. Sekali lagi aku mendapatinya tengah melirikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Pak!
Genç Kız EdebiyatıNina Alexandra Fresh Graduate yang baru mulai menapak karier. Selalu tertarik pada laki-laki yang lebih tua sehingga dijuluki mengalami Daddy's Issue. Diam-diam tertarik pada atasannya, dan menjalani hubungan tanpa masa depan. Stevie Andika Kawilara...