Remember Bali

76.1K 2.8K 121
                                    

Ketika aku terbangun pagi ini, dan disambut cahaya matahari yang cerah, aku putuskan untuk melupakan semua beban yang ada. Aku mau menikmati sisa liburan tanpa beban pikiran.

Aku menggoyang tubuh Pak Stevie. Alih-alih bangun, dia malah semakin meringkuk.

Aku menopang kepala dengan tangan, sejak tadi mengamati sosok pria yang ada di depanku ini. Ceritanya masih terngiang di benakku. Aku sama sekali enggak menyangka dia mengalami masa kecil seberat itu. Masalahku seketika terasa kecil kalau dibandingkan dengannya.

Tanganku terulur untuk menyentuhnya. Masih banyak yang ingin kutanyakan, tapi aku menahan diri. Apa yang kudapat sudah lebih dari cukup.

Satu hal yang mengganjal, kisah cinta di masa lalunya.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana dia bertahan sejauh ini. He's a survivor. Ceritanya membuat perasaanku semakin berkembang.

Bukan hanya aku saja yang merasa hubungan ini sudah jauh melenceng dari tujuan seharusnya. Bagiku, hubungan ini tak lagi sebatas seks. Ada hati yang bermain di sana. Aku tidak tahu bagaimana perasaan Pak Stevie, tapi baginya hubungan ini lebih dari sebatas seks.

The thing is, I love him.

Aku beringsut mendekat dan mencondongkan bibirku ke telinganya. "Sayang, wake up."

Pak Stevie hanya mendengung singkat. Matanya masih terpejam.

Aku menciumi pundaknya yang kekar dan lebar. Sementara tanganku menyentuh dadanya. Ototnya berkedut saat berada di bawah sentuhanku. Ciumanku turun ke dadanya. Aku menjilati kulitnya, merasakan kehangatan tubuhnya menjalar kepadaku.

Lidahku bermain di putingnya. Aku bisa mendengar Pak Stevie mendesis, dan membuatku semakin liar. Ciumanku turun ke perutnya, menyisiri rambut-rambut halus yang tumbuh di dada, perut, dan berakhir di kejantanannya.

His morning woods caught my attention.

Aku tersenyum sembari menangkup penisnya yang sudah keras. Sampai sekarang, aku masih tidak bisa berhenti mengaguminya. Lidahku menyisiri setiap sisi, menjilatinya dengan penuh nafsu.

Pak Stevie mengerang. Aku yakin dia sudah bangun, meski matanya masih terpejam.

"Mau kontolnya ya, Pak," candaku.

Aku mendengar dia tertawa pelan, meski matanya masih terpejam.

Kedua tanganku mengusap penisnya. Aku mencium puncak kepalanya yang basah karena cairan preejakulasi. Lidahku turun ke batang kejantanannya yang keras. Sambil terus mengusapnya, aku menghisap buah zakarnya.

Tubuhnya menggelinjang saat menanggapi rangsanganku.

"Baby..."

Aku meliriknya. Ekspresinya terlihat begitu menikmati. Pak Stevie menengadah, mulutnya terbuka mengeluarkan erangan yang membuatku terpacu untuk memberikan rangsangan lebih.

"Nina... Sayang..." Pak Stevie meraih sejumput rambutku ketika aku memanjakan penisnya di dalam mulut. Kepalaku bergerak seiring mulutku yang memberikan rangsangan di kejantanannya.

Penisnya membuat mulutku terasa penuh. Kedua tanganku masih menangkup sisanya yang tidak bisa ditampung oleh mulut. Sesekali aku melepasnya dan menyerang buah zakarnya. Aku terus mengulanginya, semakin terpacu akibat erangan dan rintihan yang keluar dari mulutnya.

"Spare me, Na..."

Alih-alih mengikuti ucapannya, aku malah mempercepat rangsangan.

Tubuhnya memberikam reaksi lebih. Kejantanannya berkedut. Racauannya makin tidak jelas. Aku bisa merasakan ketegangan di penisnya, siap untuk memuntahkan isinya.

Yes, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang