Minggu pagi, suasana di kediaman keluarga Wijaya cukup aman dan damai. Hanya terdapat seorang ayah yang sedang membaca koran sambil meminum kopi di teras depan rumah, dan juga seorang ibu yang sedang berkutat di dapur. Menyiapkan sarapan untuk anak - anak dan suaminya.
"Ya elo nendang gue Varo"
"Ya kan gue gak sengaja Vale. Tuduh aja gue terus"
"Kalo gak sengaja kenapa kenceng banget? Jelas - jelas lo sengaja kan? Ngaku lo"
Ratna, yang sedang menata piring dan gelas sontak menengok ke arah tangga. Mendapati dua anaknya yang sedang beradu argumen sambil menuruni tangga, masih mengenakan piyama mereka.
"Berisik anjir ini masih pagi" ucap salah satu anak yang menjadi penengah
"Adek lo tuh. Hobi nya nyiksa orang terus. Kan sakit badan gue"
"Ya kan udah gue bilang nggak sengaja Vale"
"Halah terserah lo aja deh"
Anak yang dipanggil Vale pun melangkah cepat mendahului saudaranya yang lain, mendekat ke arah sang bunda yang tengah menatap mereka lelah
"Kenapa sih kakak? Ini masih pagi lho udah bete aja mukanya?" ujar sang bunda. Mengelus punggung Vale yang berada dalam dekapannya. Anaknya yang satu ini memang lebih sering melakukan skinship dibanding 2 anaknya yang lain
"Gatau. Bunda tanya aja sama Varo"
"Adek, ini kakaknya kenapa?" tanya Ratna ketika kedua anaknya yang lain sampai di meja makan
"Dianya aja cengeng. Tukang ngadu lo jelek"
"Hush, adek. Gak boleh gitu sama kakaknya. Abang ini kenapa sih?" tanya Ratna pada Vano, si sulung
"Entah. Mereka emang gak jelas bun"
Vano tak mau ambil pusing, menjelaskan kronologis panjang lebar pada bundanya membutuhkan banyak tenaga. Ia tak mau repot. Maka, segera ia menarik kursi di depannya. Kemudian duduk menunggu Ratna menyiapkan sarapan di piringnya sambil berpangku tangan. Ia juga memejamkan matanya. Jujur saja, ia masih mengantuk setelah malamnya bermain playstation hingga pukul 2 dini hari
"Coba jelasin, kakak kenapa marah sama adeknya?" Ratna bertanya pada Vale yang masih setia berada di pelukannya. Tak mau melepaskan pelukannya
"Varo tendang aku bunda.." cicitnya
"Bun, aku kan udah bilang nggak sengaja. Aku kan masih setengah sadar. Mana tau dia ada di ujung kasur" ia menarik kursi, kemudian duduk di samping Vano
"Bohong, mana mungkin nggak sengaja tapi nendangnya kuat banget. Emang sengaja kan?"
Varo yang kepalang emosi, menggebrak meja yang ada di depannya. Sambil menatap kesal kakak nomor duanya itu. Vale yang dalam pelukan Ratna pun terkejut, mengeratkan pelukannya pada Ratna
"Adek, jangan kasar - kasar. Nanti ayah denger kamu bisa kena omel"
"Ya dia nggak percaya bun. Udah aku jelasin AKU NGGAK SENGAJA. Masiiih aja nuduh - nuduh. Udah ah aku gak nafsu makan. Bikin kesel aja"
Setelahnya, Varo melangkahkan kakinya menuju keranjang bola yang ada di dekat pintu belakang. Mengambil bola basket, kemudian pergi ke halaman belakang. Ratna menghela napas lelah untuk yang kedua kalinya. Ini masih seperempat hari, dan kedua anaknya sudah bertengkar seperti ini
"Kakak, adek bilang nggak sengaja. Dimaafin ya" ujar Ratna lembut seraya mengelus rambut Vale
"Ta-tapi bun, dia nendangnya keras. Punggung aku sakit.." Vale sedikit terisak di penghujung kalimatnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple Trouble
FanfictionGimana ya rasanya kalau kita punya kembaran yang beda - beda sifat?