Kemah

1.3K 117 6
                                    

Kini di ruangan itu hanya ada Vale, Vano beserta kedua orang tua mereka. Hal pertama yang Ratna lakukan adalah memeluk Vale. Merengkuh salah satu buah hatinya ke dalam dekapan. Meskipun mencoba tenang setelah mendapat kabar terbaru melalui perantara Mbak Ani, hatinya tetap gusar. Terasa sangat berbeda ketika melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri. Sedikitnya, rasa gusar itu memudar.

"Kakak udah baikan sayang?"

"Udah bunda, aku udah oke sekarang"

Ratna melepas pelukannya. Duduk di samping kasur, menghadapkan wajahnya ke arah Vale. Menilik wajah anak tengahnya itu dengan seksama.

"Ini kakak masih pucet begini, nak. Mau ke dokter aja nggak? Make sure aja udah baikan" ujarnya sambil mengelus pipi Vale yang terasa tirus

"Nggak ah, sayang uangnya. Buat aku beli game baru aja, boleh?" jawab Vale diiringi dengan cengiran polosnya

"Waduuuh, belum sehat kok sudah game terus pikirannya" ujar Martin

"Vale butuh distraksi ayah, yang kemarin itu bikin kaget. Liat aja, Vale sampe nggak bisa ngapa - ngapain ini"

"Nanti deh kita beli patungan aja, nabung dulu. Sekarang lo ke dokter aja" imbuh Vano

"Ey, big no buat ke dokter. Gue udah baikan bang, serius"

"Besok kuat sekolah nggak, kak?" tanya Martin

"Kuat yah. Besok kan ada briefing, eh beneran besok bukan sih bang?"

"Iya, besok. Lo nggak dateng juga kan ada gue sama Varo. Infonya tetep lo dapet kan"

"Memangnya ada acara apa boy?"

"Itu loh kemah akhir semester. Minggu kemarin kan udah ujian, tenggat remedial juga udah mau kelar. Jadi sebelum mulai masuk sekolah, kita kemah dulu" jawab Vano

"Berapa hari?" tanya Ratna

"Kayaknya sih 4 hari 3 malem bun. Yang dulu dulu sih gitu"

"Wajib ikut ya?"

"Wajib, ini masuk ke nilai juga sih setau abang. Soalnya pernah ngobrol juga sama Pak Bas, beliau jadi penanggungjawab acara tahun lalu"

"Dimana lokasinya?" Ratna bertanya sekali lagi. Belum hilang rasa was - wasnya, kini rasa itu seolah bertambah lebih banyak dibandingkan kemarin

"Belum tau bun, kan briefing nya besok"

"Ah bunda nggak izinin kita pergi ya? Pertanyaannya banyak banget deh" keluh Vale

"Kan kakak baru sehat, gimana bunda nggak was - was?"

"Kan ada dua bodyguard aku bun, mereka setia 24 jam. Bukan begitu, Mr. Vano?"

Vano hanya tersenyum kecut. Malas menanggapi ocehan ngawur adiknya itu. Tak lama, ketukan di pintu kamar Vale terdengar. Menampilkan Varo dengan rambut yang sedikit berantakan membawa satu box kue.

"Waaa kue aku dateng hehe. Sini adik manis, kakak udah nunggu banget huhu" Vale menepuk sisi kiri kasurnya yang kosong. Varo menurutinya, berjalan mendekat kemudian dengan enggan memberikan box itu diatas pangkuan Vale.

"Beneran sebuletan gede anjir.. Banyak banget Var"

"Ya kan lo yang minta, sebelum besok harus udah abis" Vale hanya mendengus kasar. Apaan sih bocah ini?

"Dimakan ya dek,  S E K A R A N G" timpal Vano yang membuat semua orang--- kecuali Vale tertawa puas. Tai banget bocah kelinci

.

Triple TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang