Saat ini, Vano beserta dua adiknya sedang beristirahat di kantin. Memesan beberapa makanan dan minuman untuk mengisi energi yang terkuras habis. Atensi mereka teralihkan pada ponsel Varo yang bergetar, menampilkan nomor tak dikenal
"Siapa?" tanya Vale
"Nggak tau. Gue angkat dulu deh ya" ia mengambil ponsel itu kemudian menjauh dari kedua saudaranya
"Bang, adek lo aneh nggak sih? Masa angkat telpon aja harus ngejauh?"
"Dia juga butuh privasi, gapapa"
"Ya aneh aja gitu, apa dia punya pacar ya bang?"
"Entah. Mungkin aja" ujar Vano sambil mengangkat bahunya
"Anak mana ya bang kira - kira?"
"Kenapa lo kepo banget? Tumben?"
"Ya takut aja gitu. Soalnya kan selera itu bocah suka aneh - aneh"
Varo datang setelah menyelesaikan panggilan, yang kemudian langsung disuguhi raut penasaran dari Vale. Dengan matanya yang memicing
"Apa?" tanya Varo datar
"Pacaran ya lo?"
"So tau banget, nggak ya"
"Lah terus kenapa angkat telpon sampe ke sana? Sengaja banget ngejauh dari abang - abangnya ya emang"
"Stop. Omongan lo ngaco. Dan lagi, abang gue cuma Vano" kemudian ia duduk, dan dengan santainya melanjutkan makannya yang tertunda
"APA?!" Vale beranjak dari duduknya, berkacak pinggang sambil menatap tajam pada Varo
"Vale.. Duduk dek. Ini lagi di kantin, nggak baik ribut - ribut. Udah duduk, abisin makannya" ujar Vano. Bisakah satu hari saja kedua adiknya ini berlaku manis?
Vale menuruti apa yang dikatakan Vano. Ia melanjutkan makan siangnya, namun dari raut wajahnya tergambar jelas kalau ia masih menyimpan dendam terhadap Varo.
.
"Dih sepi banget ruang tv, tumben" ujar Vale. Ia melirik ke kanan dan kiri, mencari keberadaan kedua saudaranya dan orang tuanya. Tak lama, muncul Pak Rudi dari arah dapur. Membawa satu mangkok mie instan ditangannya
"Pak, orang rumah pada kemana?"
"Lho kakak nggak tau? Pak Martin sama Bu Ratna kan lagi ke luar kota" jawabnya
"Hah? Ko aku gak tau ya" ia menggaruk kepalanya
"Tadi pagi sekitar jam 9 saya anter mereka ke bandara. Mungkin sebentar lagi sampai tujuan"
"Oh yaudah deh. Silahkan dilanjut makan mie nya pak hehe" Vale menampilkan senyum cerianya yang di balas anggukan dan senyum ramah Pak Rudi
"Ini dua bodyguard gue juga pada kemana ya? Dah ah gue nonton tv aja"
Ia merebahkan diri di sofa, menyalakan tv dan menikmati acara yang Vale sendiri tak tau apa. Ia hanya menonton untuk mengusir rasa bosan. Saking menikmatinya, tak sadar kedua matanya pun sedikit demi sedikit mulai tertutup. Hingga ia tertidur lelap.
Varo muncul dibalik pintu kamarnya yang terbuka, disusul oleh Vano dibelakangnya. Mereka berjalan beriringan menuruni tangga
"Dek, lo yakin? Ini bahaya"
"Bang, santai aja lagi. Gue cuma sebentar doang kok"
"Ya tapi-"
"Bang. Sekali aja, gue pengen ngerasain kebebasan. Ayah sama bunda juga lagi nggak ada, kesempatan gue cuma ini" Varo memohon pada Vano. Si sulung tak bisa berbuat banyak, ia hanya menghela nafas. Kemudian
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple Trouble
FanfictionGimana ya rasanya kalau kita punya kembaran yang beda - beda sifat?