Perkara Kue

1.3K 125 6
                                    

Martin beserta keluarga kecilnya memutuskan untuk langsung bertolak pulang detik itu juga. Setelah mengemasi semua barang bawaannya, mereka pun berpamitan pada eyang.

"Eyang, kami semua pulang dulu. Khawatir terjadi sesuatu pada Vale" ujar Martin seraya mengulurkan tangannya, hendak menyalami eyang

"Hati - hati di jalan, le. Lain kali, ajak Vale kesini ya. Jangan ditinggal lagi"

"Kita juga pamit ya eyang. Eyang sehat sehat disini" ujar Vano juga ikut menyalami eyang

"Nanti aku bakalan seret Vale kalo dia gak mau kesini" pungkas Varo

"Iya.. Iya.. Kalian juga sehat sehat ya disana"

.

Di perjalanan, Vano menyempatkan diri untuk mengirim pesan singkat pada Vale. Mau dibawain apa? Hal itu terlihat oleh Varo yang duduk persis di samping kirinya.

"Abang ngapain nawarin oleh - oleh segala? Emang kita abis study tour apa"

"Ya nggak apa - apa. Siapa tau dia lagi mau sesuatu, kan kita bisa mampir beliin. Kasian dek, Vale lagi sakit"

"Iya dah, borong aja noh semua kue stroberi di toko - toko. Dia pasti seneng bang"

"Adek.. Nggak boleh gitu sama kakaknya" sahut Ratna

Varo hanya merotasikan bola matanya, malas. Tak lama, ponsel Vano berbunyi. Rupanya itu panggilan video dari Vale

"Ya, kenapa dek? Mau jadi nitip?"

"Abang, mau nitip cake dong"

"Cake apa dek?"

"Terserah abang mau beli dimana. Mau red velvet sama yang tiramisu ya bang. Beli yang slice aja, takut nggak abis"

"Oke, nanti kita mampir dulu. Ada lagi nggak?"

"Dih abang, jangan dimanjain gitu adeknya. Ntar ngelunjak"

"Ih, siapa itu yang ngomong? Pasti anak kelinci ya"

Vano mengarahkan kamera depannya ke wajah Varo. Kemudian Varo menanggapi

"Maruk lo. Maunya banyak terus"

"Kan gue bilang yang slice aja"

"Lo pesennya dua, sama aja"

"Ya beda lah. Itu kan beda rasa. Kalo gue beli rasa yang sama terus banyak, baru maruk namanya"

Demi mencegah obrolan yang tidak tidak, Vano mengalihkan lagi kamera ke arahnya. Ternyata sudah dipisahkan pun mereka tetap seperti itu.

"Dek, udah dulu ya. Nanti gue kabarin lagi kalo udah mau sampe"

"Iya abang. Kalian semua hati hati ya, kecuali VARO" ia mekankan nama adiknya di ujung kalimat. Vano terkikih kecil, kemudian mematikan sambungan panggilan videonya.

"Tuh kan bang, kata gue juga apa. Dia kalo ditawarin begitu malah jadi nggak tau diri"

"Udah ah lo sirik mulu. Dah diem, gue mau tidur mumpung masih jauh"

Setelahnya, Vano menyamankan posisi duduknya. Ia sedikit menurunkan jok mobilnya, kemudian berbalik memunggungi Varo. Sedangkan Varo, hanya memicing tajam pada Vano. Entah kenapa abangnya ini lebih memanjakan Vale ketimbang dirinya. Tak lama, rasa kantuk juga melandanya. Ia pun melakukan hal yang sama, mencari posisi ternyaman untuk melepas lelah di perjalanan.

.

"Valeee, abang pulaaang" teriak Vano sambil berjalan masuk ke dalam rumah

"Ish, lo bisa nggak sih jangan teriak kayak gitu bang? Pengang ini telinga gue" ujarnya sambil mengusap usap telinganya yang berdenging

Triple TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang