Izin

1K 111 3
                                    

Esok harinya pun, pundak Vale masih terasa tak nyaman. Berat, sakit, pegal. Ia sungguh tak tau apa penyebabnya. Maka pagi ini ia memohon pada Ratna untuk izin tak masuk sekolah.

"Ya bun yaa? Sehariii aja. Pundak aku sakit banget tauu"

"Sayang loh. Katanya hari ini ada kuis?"

"Kuisnya bisa susulan kok"

"Mana bisa susulan? Orang gurunya killer begitu. Yang ada nilai lo nol" ujar Varo

"Emang iya?"

"Iya dek. Lo nggak inget Varo juga pernah skip kuis pas dispen basket?"

"Oiya ya. Gue lupa"

"Yaudah, nanti kalo nggak kuat sekolah bunda minta Pak Rudi jemput kakak. Sekarang nggak apa apa ya sekolah dulu?"

"Hngg.. Yaudah deh" Vale mencium tangan kedua orang tuanya kemudian melengos dengan lesu. Vano dan Varo pun pamit. Kemudian pergi menyusul Vale yang sudah berteriak dari luar. Meminta agar kedua saudaranya itu segera menyusulnya.

Di pertengahan kuis, ia merasakan pundaknya semakin tak karuan. Mati - matian ia menahannya, namun tetap saja hal itu terlihat oleh Raka. Tapi ia tak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa melihat, tak bisa melakukan apapun. Pada akhirnya Vale dengan susah payah berhasil menyelesaikan kuisnya. Soal nilai ia sudah pasrah. Bisa selesai pun ia cukup bersyukur. Setelah guru tersebut keluar ruangan, ia langsung meluruhkan tubuhnya di atas meja dengan satu tangan terlipat yang menjadi penyangga. Vano, Varo dan Raka pun segera menghampiri.

"Dek? Mau pulang aja?" tutur Vano. Vale hanya menggeleng. Tetap bertahan pada posisinya

"Mulai dah ngeyelnya. Kata gue balik aja kenapa sih kak? Biar gue telpon Pak Rudi deh" Ia dengan segera mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Raka sedikit menjaga jarak dari Vale karena ia bisa merasakannya, bahkan ia bisa melihatnya walaupun tak terlalu jelas.

"Pak Rudi udah otw. Lo nunggu di UKS aja yuk, gue anter deh" ujar Varo. Vale menghadapkan wajahnya pada Varo, kemudian berkata

"Gue disini aja Var gapapa"

"Gendong dah gendong yuk sama gue?"

"Nggak mauuu ih" kesal Vale

"Ayo buruan gue maksa kagak mau tau. Cepet naik" Varo berjongkok di samping meja Vale

"Kan pundak gue sakiit bego. Gimana gue pegangannyaaa" kesalnya

"O.. iya juga ya. Bridal dah mau?"

"Gak" ketus Vale

"Buset dah galak amat anak beruang"

"Elo anak kelinci"

"Waduh waduuh guys, kenapa nih? Ada huru hara kah?" Hari datang dengan wajah yang sumringah

"Tau siah kayaknya teh ini bocah dua gelut mulu" imbuh Rafli

"Si Vale lagi sakit pundaknya. Si Varo inisiatif mau gendong, tapi kan pundaknya lagi sakit jadi dia ngambek, bingung sendiri dah tuh" jelas Raka

"Seret aja gak sih kakinya?" usul Rafli

"Nanti pantat gue kegesek - gesek. Sobek celana gue yang ada" kesal Vale

"Yaudah jalan aja yuk pelan - pelan. Kita jagain" Vano berusaha menengahi. Tak akan selesai jika ia hanya diam.

.

Sampai di rumah, Vale iseng menelpon eyangnya. Kangen, ucap pemuda itu.

"Kamu kapan mau ke Bandung? Eyang udah bikin bola - bola susu. Dulu kamu seneng banget itu"

Triple TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang