Akhir

1.7K 137 9
                                    

Rafli dan Vano yang mendengar cerita tersebut dari Raka seketika terdiam. Sulit bagi mereka untuk mempercayai hal seperti itu begitu saja. Namun, melihat kondisi Raka dan Vale saat ini cukup membuat mereka yakin.

"Ka.. Cerita lo sama persis kayak yang eyang bilang"

"Emang beliau bilang apa?"

"Tentang malem itu. Beliau akhirnya jujur sama keluarga gue, ya termasuk ayah. Kalo selama ini emang bener yang bikin Vale ngalamin lagi hal - hal kayak gitu ya ayahnya Celli. Dia nggak mau kalah dari ayah. Apalagi setelah tau Celli pernah temenan sama gue, dia makin yakin lakuin hal jahat ini. Lo bilang yang celakain Vale itu gue kan? Dia manfaatin gue"

"Maksudnya Van?" Tanya Rafli

"Kalian pasti udah sering denger gue bolak - balik ke rumahnya Celli. Jujur gue nggak sepenuhnya sadar. Nggak bisa nolak kalau dia ajak kesana, nggak tau kenapa. Gue cuma bisa nurut sama semua kata - kata dia. Dan itu jadi salah satu cara biar sosok itu bisa duplikasi diri gue. Lo tau? Celli juga dipaksa ayahnya buat lakuin hal ini. Dia ngancam bakalan hilangin nyawa ibunya kalo dia nggak nurut, istrinya sendiri"

"Anjir.. Se serem itu?"

"Hm. Bahkan pas Vale baru masuk ruangan rawat dia ada nelpon gue sambil nangis. Ayahnya udah nggak ada"

"Sumpah lo?!"

"Karena dia nggak bisa ambil Vale, ya nyawa dia yang jadi taruhannya. Itu udah perjanjian dari awal" Vano menelan ludahnya kasar. Kemudian melanjutkan ucapannya. "Dan yang lo bilang ada sosok wanita yang nolong adek gue, itu beneran eyang. Dia nggak nyangka kalo ayahnya Celli bakalan nyerang secepet ini. Eyang juga kecolongan"

"Sialan, gue sampe pusing dengernya" ucap Rafli sambil memegangi kepalanya.

"Dan beliau jadi gak bisa ngapa - ngapain karena malem itu?" Dan Vano mengangguk.

"Shit!" Ucap Raka pelan. Ia memejamkan matanya. Dugaannya sejauh ini benar.

"Makanya eyang juga ngerasa salah sama kita, apalagi sama lo juga Vale. Ini aja masih terus nanyain ke gue keadaan kalian gimana"

"Sumpah ya, gue ngeri banget tau nggak. Liat lo sama Vale malem itu" Rafli menambahkan

"Ya lo aja ngeri, apalagi gue. Rasanya tuh pengen lari nyamperin Vale tapi nggak bisa tuh another level of pain."

"Untungnya kalian masih bisa selamat. Sekali lagi Ka, makasih. Makasih banyak lo udah lindungin adek gue malem itu. Cepet peka, jadi kita bisa tau dimana Vale saat itu"

"Van, udah ya.. Gak perlu ngerasa gak enak, ini bukan salah lo. Sekarang kita do'ain Vale, gue yakin dia cepet sadar"

Pintu kamar Raka dibuka dengan cepat, nampak disana Hari datang terburu - buru.

"Guys, Vale sadar!!"

.

"Raka dimana?" Tanya Vale pelan pada sang bunda, ketika ia kembali membuka matanya.

"Ada di kamar sebelah.." Ratna terus saja mengusap rambut Vale lembut. Bibirnya terlipat ke dalam, ia sekuat mungkin menahan air mata yang berusaha turun.

"Mau liat Raka.."

"Nanti, lo harus pulih dulu. Raka nggak kenapa - napa Val. Ada Vano sama Rafli disana, jangan khawatir" Ucap Tristan menenangkan.

"Gue harus minta maaf sama dia, Tris.. Dia lindungin gue malem itu"

"I know, tapi lo baru aja sadar Val. Kondisi lo belum pulih. Tunggu sebentar lagi, oke?"

Triple TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang