Ujian

1.4K 134 1
                                    

Saat ini, Ratna membawa nampan berisi segelas susu coklat hangat dan satu piring kecil kue. Tujuannya adalah kamar si sulung Vano. Minggu ini, ketiga anaknya sedang dihadapkan dengan ujian sekolah. Ketiga anaknya belajar tentu saja, namun ia tau. Vano akan belajar lebih keras dari kedua adiknya. Entah apa yang membuatnya seperti itu, Ratna pun tak bisa berbuat banyak. Selama Vano menjaga kesehatannya, ia tak mempermasalahkan itu

"Abang, belum selesai?" tanya Ratna sambil menyimpan nampan di ujung meja belajar

"Eh bunda. Belum, ini aku lagi review materi terakhir. Abis ini selesai"

"Jangan terlalu dipaksa, bang. Ayah tadi titip pesan, kamu jangan tidur larut lagi. Adik kamu udah pada tidur semuanya" Ratna mengelus pundak Vano lembut

"Iya. Bunda juga tumben belum tidur?"

"Sengaja. Bunda mau nemenin abang belajar" Ratna berucap diiringi senyum keibuan yang membuat anaknya itu ikut tersenyum

"Hehe oke deh, i'll make it quick. Biar bunda bisa istirahat"

Kemudian Vano melanjutkan kegiatannya, membaca ulang materi untuk yang kesekian kalinya. Ratna hanya diam, memperhatikan anaknya yang tampak sangat serius

"Abang, cita - citanya mau jadi apa?"

"Huh? Tiba - tiba banget bun?" tanya Vano heran

"Bunda penasaran aja, kalian ini kayaknya jarang bahas tentang itu. Seringnya beranteem terus"

"Bukan aku bun, itu dua marmut yang sering berantem" Ratna terkekeh setelahnya. Memang benar, 98% pertengkaran yang terjadi di antara mereka itu hanya melibatkan Vale dan Varo. Sedangkan Vano, ia hanya memperhatikan. Kemudian setelah emosi keduanya mulai reda, ia mulai melerai dan memberi nasihat. Terkadang, ia juga kesal sendiri. Kedua adiknya ini jarang sekali terlihat akur.

"Abang ini hebat loh, sabar banget sama adik adiknya. Nggak pernah naikin suara kalau marah, apalagi sampai mukul. Makasih ya abang, udah bantuin bunda sama ayah" Vano menutup bukunya, merapikan sedikit alat belajarnya kemudian menatap Ratna sambil berucap

"Udah jadi tugas aku bun buat jaga mereka. Yaa sebenernya aku juga kadang kesel. Mereka lagi adu mulut kadang aku diemin aja, nanti juga berenti"

"Iya kah?"

"Hmm" Vano mengangguk

"Dulu pernah di kantin mereka ribut perihal mie ayam. Kita bertiga udah sepakat mau beli mie ayam dari awal. Pas pesanannya udah sampe, tiba - tiba banget Vale rewel"

"Kenapa?" Ratna penasaran. Selalu ada saja kisah menarik dari anak - anaknya ini

"Mie ayamnya pakai daun bawang. Vale nggak suka. Padahal abang udah bilang kalau nggak suka gak usah di makan. Di kasih aja ke piring abang. Tapi dianya tetep rewel. Terus Varo yang kesel malah ngaduk - aduk mie ayamnya. Alhasil, daun bawangnya kecampur bun. Huh.. Bunda pasti bisa bayangin yang terjadi selanjutnya. Totally chaos!"

"Kenapa nggak request bang?"

"Ya itu yang jadi masalahnya. Varo lupa bilang bun. Terus Vale drama banget, bilang Varo udah nggak inget sama dia lagi. Udah nggak sayang lagi. Pokoknya lebay deh"

Ratna tertawa setelahnya. Memang, Vale ini kadang suka melebih - lebihkan. Lihat kan, mereka ini meributkan hal - hal kecil. Jika Martin tau tentang ini, ia yakin reaksi suaminya itu hanya satu. Menggeleng - gelengkan kepalanya, tanpa berucap apapun lagi. Seolah sudah paham, tingkah ajaib anak - anaknya

"Adik - adiknya abang itu lucu ya kalau ribut. Vale yang ngambekan, Varo yang emosian"

"Nggak ada yang lucu, bundaa" Vano merotasikan bola matanya. Lucu apanya?

Triple TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang