Kegelisahan Vale

1.4K 127 4
                                    

Akhir pekan ini, keluarga kecil Martin berencana untuk mengunjungi eyang di kota Bandung. Sudah cukup lama mereka tidak mengunjunginya. Varo yang terlihat paling bersemangat, sedangkan Vale sebaliknya. Ia tau, dirinya pasti akan ditinggalkan beberapa hari disana dengan alasan demi kebaikan kakak. Meninggalkan saudaranya yang tengah bersiap untuk esok hari, Vale turun menuju ke dapur. Terlihat Mbak Ani sedang menyiapkan bahan - bahan untuk memasak makan malam

"Kakak, kok murung?" tanya Mbak Ani

"Nggak apa - apa mbak hehe"

"Nggak bisa bohong lho ya, sama mbak"

Vale menghela napas kasar, berjalan mendekat ke arah Mbak Ani. Kemudian berdiri di sampingnya

"Keluargaku mau ke Bandung mbak, ketemu eyang"

"Lho, ya bagus dong. Kakak kan bisa sekalian main disana plus ketemu eyang pula"

"Ya itu masalahnya mbak, aku nggak mau. Mbak pasti paham maksudku"

Mbak Ani yang sedang mengiris sayuran pun menghentikan kegiatannya, sedikit tertegun atas ucapan Vale.

"Tuh, kan. Mbak kaget, berarti udah paham"

Vale berjalan menjauh, menuju meja makan. Ia duduk, meluruhkan bagian atas badannya di meja dengan beralaskan tangan yang dilipat. Sungguh, ia tak mau pergi.

Tak lama, terlihat Vano berjalan menghampiri. Sedikit heran melihat Vale yang sudah berada di meja makan.

"Kok udah disini dek?"

"Aku nemenin Mbak Ani. Kasian, dia nggak ada temennya. Kesepian"

"Ikut gue aja ke depan, beli jajanan buat besok. Mbak Ani jangan digangguin"

"Dih, gue gak ada tuh gangguin Mbak Ani. Ya kan mbak?" Vale menoleh ke arah Mbak Ani, meminta dukungan atas jawabannya. Sedangkan yang ditanya tak memberikan jawaban apapun, ia hanya tersenyum kemudian melanjutkan pekerjaannya

"Udaah ayo ikut cepet" Vano menyeret paksa sang adik

"Gue ganti baju dulu dong, masa gue pake baju beginian?" ia menunduk, sedikit menarik baju yang dikenakannya

"Ya emang kenapa? Itu kan cocok buat lo, cute plus galak"

"Dih anjing" desis Vale

Tiba - tiba dari arah kanan muncul Ratna, yang langsung menjewer Vale sambil berucap

"Bagus banget ya bicaranya, ayo bilang lagi biar bunda denger lebih jelas"

"Aduh, duh. Ampun ih aku gak sengaja bundaa lepasin sakiit" mohon Vale. Ratna melepas tangannya dari telinga Vale. Ia menjewernya dengan cukup keras, sampai telinga anak tengahnya itu memerah.

Vale mengusap - usap telinganya yang terasa panas. Kemudian berlari secepat kilat ke kamarnya untuk mengganti piyama beruangnya itu dengan pakaian yang terlihat sedikit macho.

"Adekmu itu makin hari makin banyak aja kosa katanya bang"

"Lah, biasa itu bun. Varo lebih parah malahan"

Ratna menghela napas sambil memijat pelipisnya. Sulit sekali baginya untuk selalu mengontrol tutur kata kedua anaknya ini setiap saat. Tak lama, ia melihat Vale menuruni anak tangga dengan tergesa. Sambil mengenakan jaket varsity yang akhir - akhir ini sedang ia kagumi

"Kakak mau kemana?"

"Aku diajak abang beli jajanan, buat besok"

Kemudian, Vale meraih tangan Ratna. Mencium tangan dan tak lupa pula membubuhkan ciuman di kedua pipinya

Triple TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang