Ketika mendengar pertanyaan seperti itu, Mbak Ani tentu saja kaget. Ia bahkan belum memberi kabar apapun pada Martin, Ratna ataupun kedua saudara kembar Vale. Namun, insting kembar mereka begitu kuat. Bisa merasakan apa yang saudaranya rasakan meskipun sedang terpisahkan jarak.
"Abang, Pak Martin nya dimana?
"Kenapa cari ayah?"
"Mbak harus ngobrol sama beliau dulu"
"Ini tentang Vale kan? Iya kan mbak? Adek aku baik - baik aja kan mbak? Dia cuma lagi ketiduran kan sampe nggak bales chat aku?"
Mbak Ani bingung. Bagaimana ia mengabarkan kondisi Vale saat ini pada Vano. Kosa kata dalam benaknya seolah mendadak hilang.
"Mbak kok diem?"
Pertanyaan ulang dari Vano kembali menariknya paksa ke dalam percakapan itu. Ia sebaiknya harus jujur, bagaimanapun Vano adalah saudara tertua Vale
"Abang tapi harus tenang dulu ya"
"Ya kenapa mbak? Mbak jangan bikin aku deg - degan. Bilang Vale kenapa?" Suara Vano terdengar sedikit 'nyolot'.
"Mbak tadi denger kakak teriak dari dalam kamarnya"
"Terus?"
"Dia teriakin eyang, bilang eyang disini. Dikejar sesuatu, tapi dia nggak bilang apa itu"
"Sekarang Vale nya mana? Dia nggak kenapa kenapa kan mbak?" tanya Vano tak sabaran
"Masih tidur, tadi anaknya sempet sesek nafas juga bang. Sekarang, mbak mau bicara sama Pak Martin. Mbak harus bilang langsung sama beliau"
Bagaimana pun berita kurang mengenakan ini harus ia sampaikan sendiri kepada Martin. Tidak boleh lewat perantara, meskipun itu Vano.
"Ayah lagi di taman, aku jalan dulu kesana. Mbak jangan dulu ditutup telponnya"
Setelahnya terdengar langkah kaki tergesa dari sebrang sana. Terdengar juga teriakan bang? Mau kemana lo? Vale gimana? Ah. Itu pasti suara adek, Varo. Tak lama, panggilan pun tersambung dengan Martin
"Ada apa mbak? Kok Vano keliatannya panik? Is everything ok?"
"Pak maaf saya harus bilang kabar kurang baik"
"Gapapa mbak, kan saya udah bilang jangan sungkan. Go ahead, mbak"
"Vale pak"
"Anak saya kenapa mbak? Dia nakal?"
"Vale bilang dia lihat eyangnya disini. Dia lihat di lantai dua, mengarah ke jendela luar. Nggak mungkin eyang ada disini kan pak?"
"Oke oke mbak tenang dulu ya. Sekarang Vale ada dimana?"
"Lagi tidur pak, sempet sesek nafas tadi. Tapi udah nggak apa - apa"
"Ya ampun, kakak. Nggak perlu di bawa ke rumah sakit kan mbak? Saya jadi khawatir"
"Tadi saya liat Vale udah baikan pak. Udah tenang juga makanya bisa tidur. Tapi pak, apa tidak sebaiknya ditanyakan pada eyang? Vale ini melihat apa? Saya kasihan sama Vale, ketakutan sekali dia" adunya
"Sebenernya eyang bilang sama saya, dia invite kita kesini untuk nyembuhin Vale. Tapi saya nggak tau dari awal, beliau baru bilang pas saya udah sampe sini mbak. Saya coba tanya eyang dulu, tolong dijaga baik - baik ya mbak Valenya. Pak Rudi ada?"
"Ada pak. Tadi Pak Rudi juga yang beliin oksigen keluar"
"Hhh.. Ya sudah, titip Vale ya mbak. Tolong jangan kasih tau dulu Ratna. Dia biar saya aja yang kasih tau"
KAMU SEDANG MEMBACA
Triple Trouble
FanfictionGimana ya rasanya kalau kita punya kembaran yang beda - beda sifat?