27. Izin

1.3K 131 9
                                    

Kini Gracia tengah serius menyetir mobilnya, namun tangan kirinya yang berada di atas paha kekasihnya ini tidak melepas genggaman nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini Gracia tengah serius menyetir mobilnya, namun tangan kirinya yang berada di atas paha kekasihnya ini tidak melepas genggaman nya. Sesekali ia juga mengelus-elus punggung ibu jari Shani dengan lembut.

"Shani, kamu liatin apa sih?" Tanya Gracia ingin tahu apa yang Shani lihat sampai-sampai fokus sekali meluncurkan ibu jari sebelah kirinya di ponselnya.

"Buka sosial media, Ge. Kamu fokus nyetir aja, nanti kalau aku ajak ngobrol kamu nggak fokus"

"Biasanya juga gitu kan kalau aku balik dari kampus terus aku kejebak macet. Kamu selalu nemenin aku ngobrol, kok sekarang udah ketemu kamu malah sibuk sama ponsel kamu"

Shani segera meletakkan ponselnya di dashboard. Ia menoleh ke arah kekasihnya ini yang terlihat cemburu.

"Sekarang cemburu nya sama hp ya? Iya deh udah aku simpen hp nya. Kamu mau ngobrol? Ada yang mau kamu omongin? Kalau aku nggak ada"

"Ada" Jawab Gracia singkat.

"Apa?" Tanya Shani.

"Kalau aku motoran lagi boleh nggak?" Tanya Gracia gugup.

Shani melonggarkan genggaman nya. Untung tertahan oleh Gracia, sehingga tautan tangan itu tidak jadi terlepas.

"Jangan dilepas..."

"..."

"Gapapa kalau kamu nggak izinin aku, Shan. Tapi kamu dengerin dulu. Maksud aku motoran itu bukan buat hal yang buruk kayak dulu kok. Tapi aku cuma mau bawa motor itu lagi. Sebenernya aku udah nggak mau sentuh motor aku lagi sih, aku sedikit trauma, tapi Papa bahas ini dan Papa izinin aku buat motoran lagi. Jujur aku kangen sih, tapi kalau kamu nggak izinin aku, aku bener-bener gapapa kok"

Shani tersenyum.

"Aku izinin kamu. Aku bantu ilangin trauma kamu sama motor. Kapan mau ajak aku motoran?" Tanya Shani.

"S—seriusan?!"

"Iya, duarius malah. Aku mau liat, seberapa bisa nya kamu naik motor sampe di cap sebagai ketua geng motor" Jawab Shani.

Gracia tertawa, "Makasih ya. Aku janji sama kamu buat nggak macem-macem lagi soal motor. Kalau aku ingkarin janji aku ke kamu—"

Gracia berhenti berbicara.

"Kenapa?" Tanya Shani bingung.

"Kalau kamu ingkarin ja—janji aku ke kamu, ya kamu an—ancurin aja motor aku nya detik itu juga"

"Kenapa jadi gugup gitu, Ge?"

"Gapapa"

"Beneran?"

"Aku takut salah ngomong lagi"

"Salah ngomong gimana?"

"Dulu aku pernah bilang kata-kata itu ke An, cuma bedanya kalau aku ingkar janji, An boleh tinggalin aku detik itu juga. Tapi ternyata—"

1825 DAYS [SEQUEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang