Setelah berbicara cukup panjang bersama pak Hilma, Sean dan Andrean pun keluar dari ruangan pak Hilma.
Di luar, terdapat Alea dan Putra yang masih menunggu mereka, dengan keadaan Alea yang sangat khawatir.
"Kenapa kalian di panggil?" tanya Alea langsung pada keduanya.
"Pak Hilma cuma mau bilang soal peringkat kita. Kita berdua dapet peringkat kedua umum di sekolah" jawab Andrean.
"Hah?"
Alea sedikit bingung dengan apa yang Andrean katakan.
"Maksudnya kita berdua sama-sama mendapatkan peringkat dua umum, karna nilai kita sama" jawab Andrean lagi.
"Wih keren banget kalian anjir" ujar Putra memberi pujian kepada mereka berdua.
Namun Sean hanya diam saja, tidak berbicara sedikit pun. Ia masih merasa jengkel dengan apa yang terjadi padanya sekarang. Harusnya hanya dia yang mendapat peringkat umum, bukannya Andrean.
"Jadi Sean, taruhan ini udahin aja ya? Lagi pula nilainya udah keluar kan, nilai kalian seri. Artinya gaada yang menang atau pun kalah dalam taruhan ini." ujar Alea pelan, ia sangat ingin menghentikan permusuhan antara Andrean dan Sean.
Sean tersenyum ke arah Alea, walaupun senyumnya sedikit di paksakan. Sean mengangguk pelan ia putuskan untuk menghentikan taruhan ini. Namun untuk berdamai dengan Andrean rasanya agak susah. Karena tujuan Sean itu adalah menjauhkan Alea dari Andrean.
Andrean menatap ke arah Sean, ia tau bahwa Sean tidak akan pernah menyerah untuk melakukan segala cara untuk memisahkan dirinya dengan Alea. Andrean menghela nafas, sepertinya ia harus lebih siap mental lagi menghadapi orang seperti Sean ini.
"Ini udah selesai kan? Gue laper mending kita ke kantin" ujar Putra sembari memegang perutnya yang lapar.
"Gue juga sih" ujar Alea juga.
"Kalian duluan aja, gue mau ngomong dulu sama Sean" ujar Andrean yang menyuruh Alea dan Putra untuk pergi duluan.
Alea memegang sudut lengan baju Andrean pelan, ia takut akan terjadi perkelahian di antara mereka berdua lagi. Andrean mengerti lalu membisikkan sesuatu pada Alea.
"Tenang aja, cuma ngomong dikit kok" ujar Andrean untuk menenangkan Alea. Alea mengangguk pelan lalu langsung mengajak Putra pergi.
Setelah mereka berdua pergi, kini tinggal Sean dan Andrean saja disana. Mereka saling tatap satu sama lain.
"Jadi gimana? Lo udah liat kan kemampuan gue?" ujar Andrean dengan nada mengejek.
"Ya gue akui lo hebat, siswa brandal dan suka ngelanggar aturan kayak lo bisa-bisanya nilainya setara dengan gue. Tapi ini patut di pertanyakan, sebab mustahil rasanya kalau di pikir pakai logika. Apa jangan-jangan lo nyogok? Atau lo nyuri kertas ujian?"
Andrean menghela nafas, Sean masih saja sangat meremehkannya. Itu membuat Andrean sangat jengkel dengan orang di depannya ini.
"Masih aja lo ngeremehin gue kayak gini. Gue berusaha dengan serius, bahkan gue sampe begadang setiap hari cuma buat belajar. Dan lo seenaknya nuduh gue ckck." Ujar Andrean jengkel.
"Cuma karna lo itu pinter, jangan ngeremehin orang di bawah lo. Orang yang otaknya pinter semua kayak gini ya? Otaknya seratus persen pinter tapi untuk menghargai orang lain nol besar." ujar Andrean lagi.
Sean diam, ia tidak bisa membalas lagi ucapan Andrean. Tangannya mengepal, menahan emosi. Sedangkan Andrean tersenyum sinis melihat itu.
***
Alea duduk di kantin bersama Putra, Putra sedang asik memakan makanan yang ia pesan. Sedangkan Alea menatap terus ke arah pintu kantin, menunggu Andrean datang bersama Sean.
"Udah makan dulu, ntar mereka berdua kesini pasti" ujar Putra
Alea hanya mengangguk pelan tapi pandangannya masih menghadap ke arah yang sama.
"Sean sama Andrean kenapa sih? Bawaanya kayak orang mau berantem. Kalau di satuin kayak kutub es, alias susana langsung jadi dingin"
"Gue juga bingung sih, tapi semua ini terjadi karena Sean gasuka kalau gue deket Andrean. Dia bilang Andrean membawa pengaruh buruk buat gue. Padahal gue fine-fine aja. Lagi pula kan Sean udah pacaran sama Anna, tapi dia masih aja ngurusin gue" Alea bicara panjang lebar dengan nada sedikit jengkel.
"Lah? Bukannya Sean sama Anna itu ga pacaran ya?"
Alea terkejut sekaligus bingung dengan apa yang di ucapkan Putra, bukannya memang benar jika Sean itu berpacaran dengan Anna, namun kenapa Putra bisa berbicara seperti ini?
"Mereka ga pacaran. Anna yang bilang sendiri sama gue. Waktu itu gue ga sengaja nanya soal Sean ke dia.."
Flashback saat Putra berbicara dengan Anna..
Anna duduk sendirian di kelas sembari membaca buku. Lalu datang Putra mengambil air di tas nya, ia menatap ke arah Anna sudah beberapa hari ini ia jarang melihat Anna dengan Sean. Putra sangat penasaran ada apa dengan mereka berdua, Putra pun menghampiri Anna.
"Hai Na, kok sendirian aja lo? Sean mana?"
"Oh hai putra. Gue gatau sih Sean dimana" jawab Anna
"Tumben, biasanya nempel mulu kayak perangko" ujar Putra dengan tawa kecilnya.
"Gaenak nempel terus, ntar di kira pacaran"
Putra terkejut, ia pikir kalau Anna berpacaran dengan Sean. Tapi ternyata tidak?
"Lah bukannya kalian pacaran??"
"Engga anjir kita ga pacaran"
"Tapi kata Alea kalian pacaran, bahkan Alea yang bantuin Sean buat nge dekor tempat buat nembak lo"
"Sean emang waktu itu mau nembak gue, tapi dia bilang dia masih bingung sama perasaan dia sendiri. Tapi gue tau kok kalau sebenernya Sean itu sukanya sama Alea, tapi ketutup sama kata 'sahabat' aja"
"Jadi.. Lo sama Sean ga pernah pacaran?"
Anna mengangguk pelan, Putra masih tidak menyangka dengan apa yang ia dengar tadi. Jadi sebenarnya Sean itu menyukai Alea?

KAMU SEDANG MEMBACA
A L E A
Ficțiune adolescențiSelama 12 tahun menjalani persahabatan dengan Sean, Alea diam-diam menyukai Sean. Namun Sean malah menyukai seorang murid baru yang bernama Anna. Kemudian Alea bertemu dengan Andrean, ia juga sudah lama menyukai Anna. Mereka pun sepakat bekerja sam...