Chapter 19: Ciuman.

24 7 1
                                    

HAPPY READING ALL✨

_____________________________
______________________________

Alea dan Andrean duduk di dalam caffe,sambil menikmati secangkir cokelat panas dan kue vanilla. Untungnya pemilik caffe sedang di luar kota, kunci caffe di percayakan pada Andrean dan Jeffri. Jeffri sudah pulang dari 10 menit yang lalu, yang hanya menyisakan Alea dan Andrean saja.

"Jadi lo belum ngungkapin perasaan lo ke Sean? Tapi Sean udah bilang duluan kalo dia sukanya sama Anna?" Alea mengangguk pelan sembari menyeruput cokelat panasnya.

"Awalnya gue emang mau jujur sama perasaan gue, tapi saat Sean bilang dia suka sama Anna, gue urungin semua niat gue. Gue berpikir, gak ada gunanya gue bilang suka ke Sean, lagipula dia sukanya sama Anna bukan sama gue"

"Trus sekarang apa yang bakal lo lakuin? Ngebantu Sean nembak Anna gitu?"

"Ya.. Tapi gue berubah pikiran sekarang"

"Gue bakal tetap ngungkapin perasaan gue ke Sean. Apapun nantinya jawaban yang gue dapet, gue gak perduli. Intinya, gue udah lega karna ngungkapin perasaan gue ke dia" lanjut Alea.

Andrean senang karna semangat Alea muncul kembali. Ia juga senang bisa melihat kembali senyum Alea yang sempat menghilang tadi. Andrean mengusap lembut pipi Alea sambil tersenyum

"Apapun keputusan lo, gue bakal akan terus ngedukung lo"

Drtt.. Drtt.. Drtt..

Ponsel Alea berdering, Alea melihat di layar ponselnya, tertera nama 'Papa' . Alea tidak mengangkat telfon dari ayahnya, sebenarnya sejak kejadian beberapa minggu itu, Ayahnya selalu menelfon Alea namun Alea tidak pernah menjawab satu panggilan pun.

Ia masih marah, ia masih belum bisa menerima kalau ayahnya itu akan menikah dengan orang lain.

"Kenapa gak di angkat?"

"Gapapa. Lagian juga gak penting"

"Maaf tapi tadi gak sengaja liat, yang nelfon itu papa lo ya?" Alea mengangguk pelan.

"Lo ada masalah sama papa lo?"

"Orang tua gue udah lama cerai, dan sekarang gue tinggal sama mama. Mama selalu sibuk sama urusan pekerjaannya. Gak pernah sekalipun mama ngurus gue. Dan papa, dia selalu nelfon gue, nanyain kabar gue, gue baik-baik aja apa enggak. Saat itu papa ngajak gue dinner sama Sean, gue dateng dengan rasa rindu yang selama ini gue rasain ke papa. Gue kira papa juga gitu tapi ternyata tujuan dia ngajak gue makan malam waktu itu adalah untuk ngasi tau dia bakal nikah lagi"

Alea mulai bercerita, matanya menujukkan banyak kesedihan yang mendalam. Andrean bisa melihat itu semua, karna Andrean sangat mengerti perasaan Alea sekarang.

"Gue bukannya ngelarang papa buat nikah lagi, tapi gue belum siap. Gue belum siap kalo nanti papa dimilikin orang lain. Gue takut kasih sayang papa ke gue bakal berkurang. Gue mau kok ngeliat papa bahagia, tapi gue gamau papa bahagia sama orang lain. Egois kan? Memang, gue memang egois"

Alea mulai menangis lagi sambil menundukkan kepalanya. Alea merasa hancur, Ayah yang ia sayangi akan menjadi milik orang lain. Dan Sean, orang yang sudah lama ia sukai malah menyukai orang lain.

Orang tuanya bercerai, ibunya yang selalu sibuk dan tidak pernah memperdulikannya, ayahnya yang akan menikah lagi, serta Sean mungkin sebentar lagi akan menjadi pacar orang lain. Luka yang ada di dalam hati Alea bertambah dan terus bertambah.

Andrean menarik Alea ke dalam pelukannya, Andrean ingin memeluk Alea erat, ia ingin menghilangkan semua beban di hati Alea. Ia benar-benar tidak tahan melihat keadaan Alea sekarang.

Dengan perlahan Andrean melepas pelukannya lalu menangkup wajah Alea. Wajahnya mulai mendekati wajah Alea, dan dengan perlahan bibirnya menyentuh bibir milik Alea. Andrean mencium bibir Alea lembut. Andrean tau kalau ini tidak benar, ia bukannya modus tapi ia ingin menenangkan Alea dengan sebuah ciuman lembut.

***

Besoknya, Alea seperti biasa masuk sekolah bersama Sean. Kini yang di pikirkannya bukanlah masalah Sean dan Anna, tapi tentang ciuman yang terjadi antara dirinya dan Andrean.

Alea mengacak-acak rambutnya, bisa-bisanya ia diam saja saat Andrean menciumnya. Alea kemudian menyentuh bibirnya, ia masih bisa merasakan sentuhan bibir Andrean tadi malam. Hal itu benar-benar membuat Alea gila.

Alea berjalan bersama Sean di koridor sekolah, matanya mencari keberadaan Andrean. Ia tidak mau jika hari ini harus bertemu Andrean, lebih tepatnya ia belum siap bertemu dengan Andrean.

Saat berjalan, Alea melihat Andrean yang keluar dari kelasnya, Andrean melihat ke arahnya yang membuat Alea melotot. Dengan cepat ia berlari masuk ke kelasnya, Sean yang melihat itu merasa agak bingung.

Alea duduk di bangkunya, ia menggigit bibir bagian bawahnya. Jantungnya berdebar kencang. Ia mengatur nafas "lama-lama gue bisa gila" ucapnya pelan.

Lalu Lena datang bersama Putra, Lena yang melihat Alea langsung duduk di samping Alea. "Lo kenapa Lea? Muka lo kok merah banget?" Alea langsung menyentuh wajahnya "Enggak tuh" jawab Alea.

"Lo gak cemburu?" Alea menaikkan satu alisnya, ia tidak mengerti apa yang di katakan Lena. "Cemburu? Maksd lo?" Kemudian Lena menunjuk Sean dan Anna yang berdiri di depan kelas sembari mengobrol sambil tertawa.

"Iya ya harusnya kan gue cemburu"

Lena menatap curiga ke arah Alea, ia merasa seperti ada yang aneh dengan temannya ini "Mungkin karna lo udah suka sama orang lain kayaknya" Alea melotot, menyukai orang lain? Apa mungkin Andrean?

"Gak mungkin! Gue gasuka sama And-" ucapannya terpotong, Alea hampir saja keceplosan. Lena kembali menatap Alea dengan tatapan curiga "And siapa? Andrean maksud lo?"

"Shhttt!" Alea menaruh jari telunjuknya di bibir Lena "Diem! Jangan nyebut nama dia!" Lena kemudian tersenyum, ia mengerti situasi Alea sekarang.

*

"Dia nyium gue" Lena melotot lalu kemudian menangkup wajah Alea "Dia nyium ini??" Lena menyentuh bibir Alea, Alea menjauhkan Lena darj dirinya.

"Iya.. Dia nyium ini" Alea menunjuk bibirnya.

"Trus reaksi lo gimana saat di nyium lo?"

"Gue.. Diem aja sih"

Lena menepuk jidatnya, temannya ini memang sangat bodoh "Kok lo diem aja sih? Harusnya lo itu ngebales ciuman dia!"

"Lo gila ya? Gue gamau! Gue malu" Alea menutupi wajahnya yang kini mulai merona lagi.

"Lea" terdengar suara familiar memanggil namanya, Alea menoleh dan melihat Andrean yang datang menghampirinya.

"Bisa kita ngomong sebentar?"






A L E ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang