Chapter 24: Kenapa harus dia?!

25 6 2
                                    

Alea sudah tiba di rumahnya, bebarapa jam mengobrol dengan ayahnya membuat hati Alea jadi tenang. Maskipun Alea masih susah untuk menerima ayahnya untuk menikah lagi, ia berusaha untuk menerimanya.

Alea memasuki rumah, di ruang tamu sudah ada Yani, ibu Alea. Yani duduk di sofa sembari melipat kedua tangannya. Saat Alea datang, ia langsung menatap ke arah Alea. Wajanya memperlihatkan ekspresi seperti tidak suka.

"Darimana aja kamu?! Bukannya kamu pulang sekolah jam 3?! Kenapa baru pulang sekarang?!" Alea melihat jam di ponselnya, sekarang memang sudah jam set 6 sore.

"Tadi aku habis ketemu sama papa, ma" ujar Alea. Yani mengerutkan alisnya, "Kamu sering ketemu sama papa kamu itu?"

"Enggak sering ma.." jawab Alea.

"Kamu mending gausah ketemu lagi sama papa kamu itu! Dia bahkan gak pantes di sebut dengan sebutan seorang ayah!" suara Yani meninggi membuat Alea terkejut, ia gemetar.

"Tapi kenapa ma?"

"Pokoknya nanti juga kamu tau gimana papa kamu yang sebenernya. Intinya dia adalah seorang lelaki b*jing*n!" Yani berdiri lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya.

Sedangkan Alea masih berdiri disana, ia masih gemetar. Sejak dulu yang paling ia takuti adalah dibentak oleh seseorang. Alea tidak pernah tau apa alasan kedua orang tuanya bercerai, yang ia tau hanya kedua orang tuanya yang sering bertengkar. Alea pikir itu adalah alasannya, tapi ternyata bukan.

Alea menaiki tangga, ia masuk ke dalam kamarnya. Alea melempar tasnya ke sembarang arah, lalu ia merebahkan tubuhnya ke kasur miliknya. Alea memejamkan kedua matanya, air matanya mulai mengalir. Dengan cepat Alea menghapusnya. Hatinya sakit mendengar ibunya memanggil ayahnya dengan kata b*jing*n . Tapi Alea tidak menyalahkan ibunya, atau pun ayahnya. Ia belum tau pasti masalah apa yang terjadi antara ayah dan ibunya tersebut.

Jam 8 malam, ibu Alea tidak terlihat lagi di kamarnya. Mungkin sudah kembali lagi ke kantornya untuk bekerja, secara ia adalah wanita gila kerja. Alea turun ke bawah dengan menggunakan hoodie merahnya, malam ini ia akan menemui Andrean.

Alea ingin bertemu Andrean, Alea merasa bertemu dengan Andrean adalah suatu solusi yang tepat untuk perasaannya ini. Alea berjalan keluar, namun ia malah bertemu dengan Sean yang ingin datang ke rumahnya. Sean membawa dua buah kantong plastik yang lumayan besar.

"Lea? Kamu mau kemana?" tanya Sean padanya.

"Aku mau ketemu sama Andrean"

"Malem-malem gini? Mending jangan deh, ini udah malem Lea. Bahaya"

"Tapi Sean.."

Sean memegang kedua bahu Alea, "Jangan oke? Dengerin aku" Alea mengangguk. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam.

Di ruang tamu, Sean menaruh dua kantong plastik tadi di meja. Plastik itu berisi banyak cemilan yang di sukai Alea. Juga ada beberapa cake keju dan vanilla kesukaan Alea.

"Lea aku beliin semua ini buat kamu" ujar Sean, Alea tersenyum pada Sean "Makasih Sean"

"Lea, apa aku boleh nanya sesuatu?"

"Boleh.. Mau nanya apa?"

"Kenapa kamu nyari Andrean? Apa dia yang nyuruh kamu?" Sean berbicara serius, ia berpikir Andrean lah yang menyuruh Alea untuk menemuinya malam-malam begini, karna yang Sean tau Alea tidak pernah atau tidak suka keluar pada malam hari.

"Enggak Sean.. Bukan Dean yang nyuruh.."

"Dean?"

"Iya Dean. Aku manggil Andrean dengan nama Dean"

A L E ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang