Chapter 15: Lo butuh dia, bukan gue

28 7 1
                                    

SELAMAT MEMBACA CHAPTER 15.

JANGAN LUPA MENINGGALKAN JEJAK.

TERIMAKASIH.

________________________________
________________________________

Alea menyantap semangkuk mie kuah dengan level 30. Alea menyantapnya dengan lahap, saat Alea merasa kesal ia akan memakan makanan yang amat pedas untuk mengurangi rasa kesalnya.

Andrean memperhatikan Alea makan sembari menyeruput es teh yang ia pesan. Andrean bisa melihat rasa kecewa dari raut wajah Alea, ia berpikir apakah Alea begini karna Sean lagi?

"Ngapain sih makan pedes-pedes gitu, ntar sakit perut baru tau rasa" ujar Andrean.

"Gak akan, gue udah terbiasa" Alea melanjutkan makannya lagi. Karna cepat-cepat makan, Alea jadi tersedak.

"Uhuk uhuk uhuk"

"Nah kan batuk kan" Alea dengan cepat meminum es teh pesanannya. Setelah meminum, rasa lega pun ia rasakan.

"Hm Lea.. Itu minuman gue" Alea terbelalak, yang ia ambil adalah minuman Andrean. Minuman yang telah Andrean minum tadi, itu berarti tanpa sengaja mereka melakukan ciuman secara tidak langsung.

Alea dengan cepat meletakkan kembali gelas yang berisi es teh tersebut "Hm gapapa minum aja lagi" ujar Andrean.

"Haha sorry" Alea tersenyum canggung sama halnya dengan Andrean.

"Lea!" panggil seseorang memanggil namanya, Alea dan Andrean menengok bersamaan. Terlihat Sean yang datang menghampiri mereka.

Sean mengatur nafasnya yang tak beraturan karena berlari tadi. Sean kemudian menatap ke arah Andrean yang duduk berhadapan dengan Alea. Rasa tidak suka pun ia rasakan saat melihat Andrean.

"Tadi kamu ke lapangan??" tanya Sean ke Alea.

"Iya" jawab Alea singkat. Ia masih kesal dengan Sean, bahkan sangat kesal.

"Kenapa gak bilang Lea??"

"Kamunya aja yang gak ngeliat aku" 

Sean menghela nafas lalu duduk di sebelah Alea "Maaf ya aku gak ngeliat kamu, Lea. Aku bener-bener gatau kamu disana tadi" Alea menatap Sean sebentar lalu kembali memalingkan wajahnya.

"Iya gapapa" jawabnya.

"Lo emang gak ngeliat atau lo cuma fokus sama satu orang sampek lo gak ngeliat Alea?" ujar Andrean sembari memainkan pipet di gelas es teh tadi.

"Gausah ikut campur lo. Ini urusan gue sama Alea" Andrean tersenyum miring lalu menatap sinis ke arah Sean, dan sebaliknya juga Sean menatap sinis Andrean.

"Urusan Lea juga urusan gue"

"Heh, sejak kapan urusan Alea jadi urusan lo juga? Gausah sok akrab deh lo sama Lea" Sean tersenyum meremehkan.

"Walaupun gue baru kenal Alea, tapi gue peka sama perasaanya dia. Gak kayak lo yang sama sekali gak pernah peka!"

"Lo!.."

"Udah stop!" Alea berteriak cukup keras hingga membuat semua orang di kantin menatap mereka bertiga sekarang.

"Kenapa kalian jadi berantem sih? Kalian ngebuat gue pusing tau gak!" Alea berdiri dan langsung melangkahkan kakinya pergi dari kantin.

"Gamau lo kejar? Atau gue aja yang ngejar nih?" mendengar Andrean mengatakan itu dengan cepat Sean menyusul Alea.

Andrean tersenyum miring, ia sangat ingin mengejar Alea tdi, namun ia tau yang di butuhkan Alea sekarang adalah Sean bukan dirinya.

A L E ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang