Chapter 22: Mine

29 5 1
                                    

"Jadi kemarin lo ngungkapin perasaan lo sama Sean? Dan Sean langsung nolak lo?"

Alea dan Lena duduk di kelas berdua, Alea menceritakan soal Sean dan dirinya. Soal ia yang mengungkapkan perasaannya pada Sean.

"Bukan di tolak, tapi emang guenya yang gak ngebiarin Sean jawab. Gue tau orang yang di sukain Sean itu Anna, jadi gue juga udah tau jawabannya apa"

Lena kemudian memeluk Alea, ia merasa nasibnya dan Alea sama. Cinta pertama mereka mencintai orang lain, dan mereka hanya bisa merelakannya.

"Trus setelah lo ngungkapin perasaan ke Sean, lo pergi sama Andrean?" Alea mengangguk. "Andrean ngehibur gue, dengan cara dia main gitar. Dan lo tau Len, Andrean bener-bener pinter banget main gitar!"

"Lea, Andrean itu care banget loh sama lo, dia juga selalu nemenin lo beberapa waktu ini. Kenapa lo gak pacaran aja sama dia? Toh kalian juga udah pernah muah-muahan"

"Lena! Muah-muahan apaan iss. Itu gak di sengaja tau"

"Tapi lo juga nikmatin kan hahaha"

"Lena!" Lena tertawa puas, ia sangat senang menjahili temannya ini. Terlebih lagi ekspresi Alea yang sangat lucu.

"Hallo guys" Datang Putra bersama Devan. Nampaknya mereka baru selesai dari kantin, karna terciun bau aroma-aroma makanan khas kantin.

"Kalian ngomongin apa ni?" Devan duduk di meja dan Putra berdiri di sampingnya.

"Kepo" Alea dan Lena berucap berbarengan.

Kemudian Alea memperhatikan Putra, matanya tak lepas dari Lena. Sejak masuk ke kelas pandangan Putra terus mengarah ke Lena. Alea merasa suatu kejanggalan di antara keduanya.

"Putra sama Lena cocok ya, kenapa gak pacaran aja?" mendengar ucapan Alea membuat Putra dan Lena saling melirik satu sama lain. Mereka berdua seperti mempunyai perasaan satu sama lain, namun enggan untuk mengungkapkan.

Sedangkan Devan melihat dengan tatapan tidak suka. Entah apa yang membuat Devan seperti itu, ia hanya tidak suka Alea berbicara begitu.

"Gue juga ngerasa gitu, tapi gatau Lena nya kaya gimana" ujar Putra sembari tersenyum ke arah Lena. Lena yang mendengar itu langsung ngeblush, yang membuat Alea tertawa puas.

***

Alea berjalan menuju kelas Andrean, hari ini ia ingin membicarakan sesuatu yang penting pada Andrean. Ketika di depan kelas Andrean, Alea berhenti berjalan. Wajahnya langsung cemberut, bagaimana tidak ia melihat Andrean yang dikelilingi oleh banyak siswi di sampingnya.

Namun Andrean tidak merespon semua siswi disana. Ia sibuk bermain game di ponselnya dan tak menghiraukan disekitarnya.

Alea langsung masuk dan mendekati Andrean, semua siswi yang ada disana menatap ke arah Alea yang kini memasang wajah kesalnya.

"Sayang.."

Alea mengucapkan kata tersebut yang membuat semua siswi disana terkejut termasuk Andrean yang baru melihat Alea.

"Ternyata kamu disini ya, aku nyari kamu daritadi loh"

Andrean terdiam, ia menatap ke arah Alea kebingungan. Tapi meski begitu ada rasa senang di hatinya saat Alea memanggilnya 'Sayang'.

Tanpa banyak bicara lagi Alea menarik tangan Andrean pergi dari para siswi disana. Alea juga menarik Andrean pergi dari kelasnya.

Di rooftop, Alea membawa Andrean kesana. Rooftop adalah tempat andalan Alea dan Andrean saat ingin berbicara penting. Alea melepaskan tarikan tangannya, kini ia merasa malu pada Andrean.

Bagaimana tidak, beberapa menit yang lalu ia memanggil Andrean dengan kata 'Sayang', ia tidak bermaksud mengatakan kata itu. Ia hanya tidak suka melihat Andrean bersama para siswi tadi.

"Kenapa lo narik gue kesini, sayang?" Alea memalingkan wajahnya malu, sedangkan Andrean tertawa kecil.

"Dean.. Tadi itu gue.. Gak sengaja. Gue cuma mau bantu lo kok, lo pasti risih kan di deketin sama cewe-cewe itu? Mkanya gue bilang itu sama lo"

"Bilang itu apa?"

"Itu.. Sayang.."

"Kenapa sayang hm?"

Sialan

Andrean mengerjai Alea lagi, yang lagi-lagi membuat Alea merona. Ingin rasanya Alea bersembunyi di lubang dalam, agar tidak ada yang mengetahui keberadaanya.

"Hahaha gue bercanda, tapi thanks ya udah bantuin gue" Andrean mengelus lembut rambut Alea sembari tersenyum ke arahnya.

"Tapi kalo lo mau manggil gue sayang.. Ya gapapa sih"

"Dean!! Nyebelin bgt ih!"

Sean berada di perpustakan, bukan membaca buku ia malah cuma membolak-balikkan bukunya. Yang ia pikirkan adalah Alea. Soal pernyataan cinta Alea kemarin. Semua itu terus mengelilingi kepalanya.

Kemudian Sean mengambil dompet di sakunya, ia membuka dompet miliknya. Di dalam dompet terdapat sebuah foto. Foto itu adalah foto dirinya dan Alea saat berumur 12 tahun. Mereka berdua saat itu sangat bahagia, karna saat itu keduanya di belikan ice cream oleh ayah Sean.

Mereka pun di potret dengan wajah dan mulut yang penuh dengan ice cream. Sean tersenyum melihat foto Tersebut, kini perasaannya tak karuan.

Lalu Sean beranjak dari duduknya lalu keluar perpus. Ia berjalan menuju kelasnya, di dalam kelas ia melihat Putra dan Lena yang duduk berdua. Mereka bukan seperti teman, tapi seperti sepasang kekasih.

"Kalian ngeliat Lea?" tanya Sean pada keduanya. Kemudian Lena memberitahu Sean bahwa Alea pergi mencari Andrean. Sean yang mendengar itu merasa tidak senang, ia tidak senang jika Alea dekat dengan Andrean.

Kembali ke rooftop, Alea dan Andrean duduk disana. Alea bercerita kalau kemarin malam ia di telfon oleh ayahnya. Ayahnya bilang kalau ingin bertemu dengannya nanti sore.

"Jadi gue harus gimana Dean?"

"Ya tinggal ketemu"

"Haihh masalahnya gue belum siap ketemu sama papa. Apalagi gue tau kalo papa bakal nikah lagi"

"Lea, jangan selalu sembunyi dari masalah. Gue tau lo kesel, lo marah, dan lo kecewa sama papa lo. Tapi sekesel-keselnya lo, semarah-marahnya lo,jangan pernah lo abaikan papa lo. Dan sejahat-jahatnya dia, dia tetap papa lo. Kalo lo emang gak setuju papa lo nikah lagi, ya lo bilang enggak, kalo lo setuju ya bilang setuju. Gue tau kok ini semua sulit buat lo,tapi gue yakin lo bisa ngejalanin ini semua. Dan satu lagi, keputusan ini ada ditangan lo,Lea"

Andrean sedikit merubah pemikiran Alea. Ia yang awalnya berpikiran untuk tidak mau betemu dengan ayahnya, kini ingin sekali bertemu dan memeluk ayahnya itu. Ia merasa bersalah pada ayahnya karna sikap egoisnya itu.

"Thanks ya Dean"

"Buat?"

"Semuanya. Lo selalu care sama gue, lo juga selalu ngasi solusi atas semua permasalahan gue. Lo juga selalu ngertiin perasaan gue. Sekali lagi terimakasih Andrean Adi Winata" Alea tersenyum ke arah Andrean, Andrean membalas senyuman Alea.

Alea menyandarkan kepalanya ke bahu Andrean. Ia merasakan rasa nyaman yang snagat nyaman. Ia tau harusnya ia tidak melakukan ini, tapi ia tidak perduli.

"Lea"

"Hm?"

"Gue tandain lo ya"

"Tandain apa?"

"Tandain jadi milik gue sekarang"

"Hah?"

"Mulai hari ini, lo jadi milik gue" Andrean menaruh ibu jarinya di kening Alea, dan seakan tengah memberi cap di kening Alea.

"Udah di cap. Berarti gue yang punya"

************

Gimana cerita di chapter ini? Bagusnya di kasih pengganggu hubungan gak?

A L E ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang