BAB 16A: CALON ISTRI & IPAR

6.3K 903 7
                                    

SELAMAT MEMBACA
***

Aruna membantu membereskan barang-barang bawaan milik orang tuanya. Memasukkan barang-barang mereka kedalam tas jinjing yang sudah di siapkan. Sejak tadi wajahnya cemberut, tidak ikhlas di tinggal pergi. Bukan hanya Aruna yang kesal, tapi Armaya juga demikian.

Sejak tadi anak itu bergelendot manja di kaki ibunya tidak mau pergi sedikitpun.

Armaya terus saja merengek ingin ikut kedua orang tuanya ke Lampung. Tapi apalah daya, harapan mereka pupus begitu saja. Sarni dan Asep memang hendak pergi ke Lampung selama seminggu kedepan, mereka akan menghadiri pernikahan keponakan Asep disana. Hanya berdua, tanpa Aruna dan Armaya. Kedua anak mereka itu bertugas menjaga rumah. Mereka sengaja tidak mengatakannya jauh-jauh hari, karena tau pasti anak-anaknya tidak mau di tinggal. Dan benar saja, sejak mengetahui kedua orang tuanya hendak pergi, keduanya langsung merengek ingin ikut.

"Ibu betulan ninggalin Runa sama Arma berdua di rumah?" tanya Aruna lagi. Entah sudah berapa kali pertanyaan serupa dia lontarkan pada ibunya.

"Ibu sama Bapak itu cuma pergi seminggu Runa. Bukan setahun apalagi 10 tahun. Kalian ini sudah besar-besar baru di tinggal begitu saja sudah merengek kaya bocah." Sarni jengkel dengan kedua anaknya. Yang tak henti-hentinya merengek minta ikut. J

"Kenapa sih kita di tinggal. Kenapa juga kita tidak boleh ikut?" tanya Armaya dengan beruntun.

"Bukan tidak boleh. Tapi kalian juga masih sibuk belajar. Mbak sebentar lagi kan tes masuk kuliah. Jadi belajar di rumah saja, tidak usah ikut. Ibu sama bapak juga perginya tidak lama."

"Arma kan tidak belajar Bu, ujiannya juga sudah selesai." Sahut Arma lagi.

"Temani Mbak di rumah."

Armaya langsung cemberut, tidak terima mendapatkan tugas jaga rumah bersama kakak perempuannya itu. Jadi apa mereka di tinggal berdua di rumah. Siapa yang akan memasakkan makanan nanti, juga siapa yang akan melerai jika mereka bertengkar. Benar-benar bukan solusi terbaik sebenarnya meninggalkan dirinya hanya berdua dengan sang kakak.

"Ibu sama Bapak, kenapa juga perginya dadakan baru tadi pagi pamitan kok sekarang sudah berangkat?"

"Mana ada dadakan, kaliannya saja yang memang tidak tau."

"Ibu sengaja ya?"

"Memang."

Aruna ingin kembali mengutarakan kekesalannya pada sang ibu, namun suara salam dari luar menghentikan niatannya itu.

"Assalamu'alaikum..."

Aruna langsung keluar untuk melihat, siapa yang datang. Suaranya seperti Arjuna.

"Wa'alaikumsalam. Eh Bang Juna, masuk Bang." Aruna yang melihat kedatangan Arjuna langsung mempersilahkan laki-laki itu untuk duduk, begitupun dengan Aruna. Dia ikut duduk dihadapan Arjuna.

"Bibi sama Paman sudah siap?" tanya Arjuna pada Aruna. Mengetahui kepergian Bi Sarni dan Paman Asep hari ini, Arjuna menawarkan diri untuk mengantarkan mereka ke bandara. Dari pada mereka repot naik kendaraan umum, akan lebih praktis jika di antar saja. 

"Ibu sudah siap, Bapak masih mandi kayanya. Tunggu sebentar ya Bang."

Arjuna mengangguk faham, tidak lagi bertanya. Aruna pun demikian, dia memilih diam. Duduk dengan tenang di hadapan Arjuna.

Arjuna mengamati wajah Aruna dengan jeli, jelas sekali ekspresi gadis itu terlihat murung.

"Kenapa kamu?" tanya Arjuna pada Aruna.

"Mau ikut ke Lampung," jawab Aruna dengan lesu.

"Mau ngapain?"

"Cari calon suami." Jawab Aruna langsung sekenanya.

"Ingus saja masih belepotan, pikirannya laki-laki terus." Cibir Arjuna dengan sinisnya.

"Ya biar saja. Salahnya dimana?" jawab Aruna tidak kalah sinisnya. Dia juga tidak benar-benar ingin mencari suami, hanya terlalu malas menanggapi pertanyaan Arjuna yang menurutnya sangat tidak bermutu itu.

"Kaya anak kecil. Di tinggal sebentar saja, rewel mau ikut." Cibir Arjuna lagu pada sikap Aruna. Aruna yang mendengar cibiran Arjuna hanya bisa mendumel kesal di dalam hati. Merasa tidak akan menang jika dia terus mendebat ucapan Arjuna.

"Mas Juna sudah datang, sebantar ya Mas. Paman masih siap-siap." Sarni keluar dari kamar sambil membawa tas jinjing di tangannya.

"Iya Bi, santai saja." Arjuna mengambil alih tas jinjing di tangan Sarni dan memasukkannya kedalam mobil.

"Cuma bawa satu tas Bi?" tanya Arjuna pada Sarni.

"Masih satu di kamar Mas, kardus isi oleh-oleh."

Tak lama kemudian, Asep keluar dari kamar dengan membawa satu kardus berukuran sedang di tangannya.

"Sudah siap Paman?"

"Sudah Mas."

Arjuna lalu beralih pada Armaya dan Aruna yang masih berdiri di teras rumah, menatap kepergian kedua orang tuanya.

"Kalian mau ikut ke bandara?" tawar Arjuna pada keduanya. Kasihan juga melihat mereka berdua tinggal di rumah.

Mendengar tawaran Arjuna, Armaya langsung masuk kemobil. Tidak peduli dengan baju apa yang dia kenakan. Sedangkan Aruna masih tidak bergeming dari posisinya semula.

"Runa ikut tidak?" tanya Arjuna lagi.

"Ikut..."

"Ayo. Tidak usah ganti baju, begitu saja langsung berangkat."

"Tapi..." ucap Aruna dengan ragu.

"Atau Abang tinggal." Ancam Arjuna, saat melihat keraguan dari wajah Aruna.

"Ehh jangan, ikut pokoknya."

Aruna pun langsung mengunci pintu rumahnya, dan menyusul adik serta kedua orang tuanya yang sudah lebih dulu masuk kedalam mobil.

***

"Bapak sama Ibu pergi dulu, Mbak jagain adiknya. Jangan kelahi selama Ibu sama Bapak pergi." Sebelum masuk ke bandara, Asep menyempatkan diri untuk menyampaikan beberapa pesan kepada kedua anaknya itu.

"Iya Pak, Bapak sama Ibu hati-hati selama di sana. Pokoknya kalau pulang, bawakan oleh-oleh."

"Arma jangan main terus, jangan gangguin Mbak kalau lagi belajar." Kali ini giliran Sarni yang berpesan pada Armaya.

"Mbak pasti tidak belajar kalau tidak ada Ibu. Yang ada pergi pacaran terus." Jawab Armaya.

Plakkk...

***LANJUT BAB 16B***

CINTA ARJUNA (DELETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang