BAB 37B: KUCING SAMA TIKUS

5.1K 982 46
                                    

SELAMAT MEMBACA
***
Arjuna tentu saja semakin cemas mendengar apa yang di katakan bundanya. Aruna dengan otaknya yang terkadang tidak bisa di ajak bekerja sama adalah kombinasi yang tepat untuk membuat Arjuna panik. Akan jadi apa hubungan mereka, jika sampai Aruna mengatakan sesuatu yang tidak semestinya.

"Aruna, kamu dengar kan apa yang bunda katakan?"

"Dengar Bun." Jawab Aruna lirih. Dia sama sekali tidak berani menatap Utari ataupun Abi, apalagi Arjuna yang ada di sebelahnya. Aruna merasa, lewat tatapannya saja Arjuna mampu membunuhnya.

"Sudah berapa lama kalian pacaran?" Utari memulai sesi introgasinya.

"Kurang lebih lima bulan Bun."

"Siapa yang ngajak pacaran duluan?"

"Abang Juna."

Utari langsung menatap Arjuna, sejak awal dia sudah menduga jika semua ini bermula dari putranya.

"Sudah sejauh apa hubungan kalian?"

Lama Aruna terdiam, dia bingung bagaimana harus menjelaskan hubungan mereka. Bahkan dia sendiri bingung sudah sejauh apa hubungan mereka.

"Jawab Aruna!" Ucap Utari dengan tidak sabarannya.

"Ehh iya Bun. Runa bingung jelasinnya, Runa tidak tau."

Utari lalu membuang nafasnya dengan pelan, sabar mungkin itu yang bisa dia lakukan saat ini.

"Sabar Tari," bisik Abi pelan.

"Runa pasti pernah jalan berdua sama Bang Juna, iya kan?"

Aruna mengangguk.

"Iya Bun."

"Kemarin Bunda sudah lihat sendiri, kalian tidur sambil pelukan."

Aruna hanya mengangguk pelan, namun tidak berani mengeluarkan suaranya. Sedangkan Arjuna yang sejak tadi tidak memiliki hak bersuara sudah berkeringat dingin. Dia merasa seperti tengah menanti hukuman mati. Arjuna kesal pada dirinya sendiri, dia malu mengakui jika dirinya terlihat seperti pecundang.

"Kalian pernah ciuman?"

Akhirnya apa yang Arjuna khawatirkan terjadi. Pertanyaan yang sejak awal Arjuna mohonkan pada tuhan agar tidak di tanyakan oleh bundanya.

"Jawab Aruna!" Utari tidak sabar menunggu jawaban Aruna.

"Bun, untuk apa tanya begitu. Kami ini tidak aneh-aneh Bun. Kami juga bukan anak kecil, yang semuanya masih harus bunda pantau." Arjuna menyela di antara obrolan Utari dengan Aruna. Membuat Utari langsung menatapnya dengan kesal.

"Bunda perlu tau. Bunda mau tau, sejauh apa hubungan kalian. Bunda tidak peduli nakalnya kamu kalau di luar sana gimana. Tapi bunda peduli atas sikap kamu ke Runa. Kalian memang sudah dewasa, tapi kalian tetap anak-anak bunda. Jangan sampai di antara kalian ada yang salah jalan." Utari menekankan setiap kata yang keluar dari bibirnya itu pada Arjuna membuat Arjuna terdiam.

"Jawab pertanyaan Bunda, Aruna." Utari masih menuntut pertanyaan dari Aruna.

Aruna semakin, tidak berani menatap Utari. Dia hanya diam, sambil menunduk. Tidak mungkin kan dia mengatakan mereka pernah ciuman. Antara nanti dia akan di amuk oleh Utari atau Arjuna. Benar-benar simalakama bagi Aruna.

Utari yang tidak juga mendapatkan jawaban dari Aruna semakin yakin jika diamnya Aruna berarti iya. Utari langsung menatap tajam pada Arjuna. Rasanya ingin sekali dia memukul putranya itu.

"Sabar Tari." Lagi-lagi Abi harus mengingatkan agar istrinya itu lebih sabar.

"Iya atau tidak Aruna?" Utari masih menuntut jawaban dari Aruna.

Dan pada akhirnya, Aruna pun terdesak. Mau tidak mau kepalanya mengangguk meski dengan pelan. Utari yang melihat hal tersebut kemudian membuang nafasnya dengan kasar. Jangan lupakan tatapan tajamnya yang dia layangkan pada Arjuna.

"Sekarang bunda mau tanya sama kalian berdua, maunya bagaimana. Lanjut atau putus, kalau lanjut lebih baik segera menikah. Kalau tidak putus saja, jangan lama-lama menumpuk dosa."

Mendengar ucapan Utari, Aruna dan Arjuna saling pandang. Apa tidak ada pilihan lain, selain menikah atau putus.

"Menikah." "Putus." Jawab Aruna dan Arjuna bersamaan.

Plak ...

Arjuna langsung memukul tangan Aruna yang ada di pangkuan gadis itu. Arjuna kesal mendengar jawaban putus dari mulut gadis bodoh itu.

"Diam Aruna, kalau mulutnya tidak bisa bicara yang baik-baik..." Ucap Arjuna memperingatkan Aruna.

"Kami akam segera menikah Bun." Arjuna menatap bundanya dengan serius.

"Runa mau putus saja dari Bang Juna Bun." Ucap Aruna justru sebaliknya pada Utari.

Utari hanya bisa mengernyitkan keningnya.

"Kenapa Runa?" Tanya Abi. Dia yang sejak tadi diam, akhirnya tidak tahan juga ingin bertanya perihal keinginan Aruna mengakhiri hubungannya dengan Arjuna.

"Bang Juna galak Ayah. Runa takut, sering di marahi." Aruna mengadukan sikap Arjuna pada Abi. .

"Nanti kalau kamu menikah sama Abang, Abang tidak akan marah-marah lagi Runa." Sahut Arjuna. Dia mengatakan dengan penuh penekanan.

"Bohong. Mana ada Abang tidak marah-marah. Kemarin juga bilangnya begitu, kalau kita pacaran abang tidak akan marah-marah, tapi nyatanya masih saja marah-marah. Janji yang ini pasti juga bohong. Pokoknya Runa tidak mau di bohongi untuk kedua kalinya."

Arjuna yang merasa terfitnah pun tidak terima. Enak saja dia di tuduh bohong. Ya, meski ucapan Aruna tidak sepenuhnya salah. Tapi Arjuna marah juga karena sikap bodoh Aruna. Bukan dia marah tanpa sebab.

"Pokoknya tidak ada kata putus. Kalau putus, bayar semua total jajan Runa."

"Selain galak. Abang juga perhitungan, nanti Runa mintakan uang sama bapak."

Arjuna sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Bahkan saking jengkelnya, dia lupa jika kedua orang tuanya masih ada disana.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Arjuna pergi begitu saja.

Utari dan Abi hanya bisa menatap kepergian Arjuna dengan bingung. Satu minta di nikahkan, yang satu justru minta putus. Utari jadi bingung, sebenarnya hubungan mereka itu seperti apa.

Abi yang melihat sikap impulsif dari putranya hanya bisa terkekeh geli.

"Runa pasti lelah kan, lebih baik sekarang pulang dulu. Istirahat, dan fikirkan semuanya baik-baik. Nanti kita bicara lagi." Ucap Utari pada Aruna.

"Iya Bun. Kalau begitu, Runa pamit dulu. Runa mau pulang." Aruna pamitan pada Utari dan Abi. Setelahanya dia benar-benar pulang.

Sekarang, hanya tersisa Abi dan Utari.

"Pusing bunda sama anaknya ayah. Kemarin-kemarin di kenalin perempuan tidak mau. Sekarang anak orang di paksa-paksa mau di nikahi. Sedikit lain memang anak ayah yang itu." Ucap Utari pada Abi. Abi yang mendengar keluhan istrinya hanya tersenyum.

"Mereka itu lucu. Sama-sama suka, tapi sama-sama gengsi juga. Yang satu kurang peka. Yang satu emosian. Ya begitu jadinya kalau kucing sama tikus mau di nikahkan, entah jadi apa nanti anaknya."

***BERSAMBUNG***

Hayoo, jadi apa anak mereka nanti 🤣🤣

Wng, 7 maret 2023
Salam
E_pras

CINTA ARJUNA (DELETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang