BAB 27A: MENYINGKIRKAN SAINGAN

5.1K 812 22
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Arjuna baru pulang dari rumah sakit, saat memasuki rumah dia melihat Aruna yang sedang menonton TV di ruang tamu. Arjuna pun ikut duduk disana.

"Minta tolong ambilkan Abang minum," Arjuna menepuk pelan kaki Aruna.

"Air putih?" tanya Aruna sambil menoleh pada Arjuna.

"Jus apel kalau ada."

"Tidak ada Bang, kalau buah apel ada. Mau?"

"Buah itu kalau kamu kupas, terus di blender kasih gula, air sama es jadi jus Runa." Arjuna menjelaskannya dengan sabar. Ini baru awal, dia tidak mau cepat-cepat emosi.

Aruna yang mendengar ucapan Arjuna hanya tersenyum tanpa dosa.

"Runa fikir jus kemasan," Setelah mengatakan itu Aruna lalu pergi kedapur untuk membuat jus apel seperti permintaan Arjuna.

Sambil menunggu Aruna membuat jus, Arjuna mengambil remote di hadapannya dan mulai menacari acara televisi yang sekiranya bagus untuk dia tonton.

Tiba-tiba terdengar sebuah notifikasi dari ponsel milik Aruna yang ada di sebelahnya. Arjuna mengabaikannya, masih fokus pada acara televisinya.

Namun ternyata bunyi ponsel Aruna tidak juga berhenti. Entah pesan atau notif apa yang masuk kedalam ponsel gadis itu.

Mendengar suara pesan yang tidak berhenti, Arjuna pun mulai penasaran. Dia lalu melirik siapa sebenarnya yang mengirimkan pesan atau grub chat gadis itu sedang membahas hal penting apa sampai-sampai sedari tadi notifikasi di ponsel itu tidak berhenti.

Arjuna jadi pensaran, seketika jiwa keingintahuannya muncul.

"Aruna, ponselmu bunyi Abang buka ya." Ucap Arjuna dengan sedikit keras agar Aruna yang ada di dapur mendengarnya.

"Iya..." Jawab Aruna dari dapur.

Arjuna langsung membuka ponsel Aruna, jangan di tanya dia tau dari mana kunci ponsel gadis itu karena Arjuna pernah memaksa mendaftakan sidik jarinya di ponsel itu.

Jadi dengan mudah Arjuna bisa membuka ponsel Aruna.

Arjuna langsung membuka salah satu aplikasi berkirim pesan instan yang ada di ponsel itu.

Ada  banyak pesan di grub dan beberapa pesan dari teman-teman Aruna. Melihat dan mulai membuka satu persatu pesan, tapi tidak ada yang penting. Hanya sekedar bertanya tugas ataupun membahas seputar kuliah.

Grub pun demikian, Grub yang berisik itu hanya sedang membahas tugas yang harus di kumpulkan besok.

Arjuna kembali iseng melihat pesan-pesan milik Aruna, jangan di katakan dia tidak sopan. Nyatanya dia tadi sudah meminta izin pada Aruna. Dan dia juga tidak keberatan jika Aruna juga membuka ponselnya.

Arjuna terus saja menggulir pesan-pesan yang masuk keponsel Aruna, sampai di mana matanya melihat sebuah pesan yang tidak di balas oleh Aruna. Terakhir gadis itu menerima pesan adalah kemarin siang. Nama yang tertera di sana adalah Hendra, jelas laki-laki bukan perempuan. Lagi-lagi dengan iseng Arjuna membuka ruang chat dari kontak bernama Hendra itu.

Kening Arjuna mengernyit saat membaca pesan-pesan yang masuk.

Kontak bernama Hendra itu termasuk sering mengirimi pesan pada Aruna dan anehnya tidak membahas perihal kuliah seperti pesan dari teman-temannya yang lain.

Ucapan selamat pagi, siang, malam, sudah makan belum, sedang apa, bahkan yang menjengkelkan adalah ajakan untuk keluar.

Arjuna mulai merasa gerah ketika membaca pesan itu, siapa sebenarnya makhluk bernama Hendra itu. Kenapa senggang sekali waktunya untuk mengirimi pesan-pesan tidak penting pada pacar orang.

"Runa!!!" panggil Arjuna nyaring.

Aruna datang dari dapur dengan wajah kesalnya, sambil membawa segelas jus di tangannya.

"Sabarlah Bang, jangan teriak-teriak kenapa?"

Aruna meletakkan segelas jus apel perminataan Arjuna tadi di atas meja. Namun, bukan itu lagi yang menarik perhatian Arjuna. Segelas jus yang terlihat segar itu sudah tidak menarik lagi.

"Ini siapa Runa?" tanya Arjuna langsung. Sambil memperlihatkan layar ponsel yang sedang menampilkan pesan-pesan dari Hendra itu.

"Hendra. Itu kan ada tulisannya." Jawab Aruna santai.

"Orang mana? Kenapa kirim-kirin pesan begini kekamu?"

"Itu Hendra Bang, ketua angkatan di kampus. Tidak tau orang mana, orang Jawa kayanya."

Arjuna harus bersabar, bertanya pada Aruna itu membutuhkan kesabaran ekstra.

"Kenapa ngirimin kamu pesan-pesan begini. Sudah makan belum, sedang apa. Apa maksudnya?"

Tanya Arjuna dengan tidak sabarannya. Lain halnya dengan Arjuna, Aruna justru mengangkat bahunya dengan acuh.

"Mana tau Abang. Orang Hendra yang ngirim, kok tanyanya sama Runa. Tanya sana sama Hendra."

"Kamu tau tidak ini maksudnya apa Runa?"

"Tanya aja kan, iseng mungkin." Lagi-lagi Aruna masih menjawab dengan santainya.

"Dia suka sama kamu Runa!!!" Jawab Arjuna dengan kesalnya.

"Ya bagus kalau di suka orang. Dari pada di benci kan. Banyak yang suka banyak teman."

Aruna masih menanggapinya dengan santai. Biar kan saja orang suka padanya, itukan urusan mereka. Suka untuk berteman atau suka dalam artian lain, itu urusan yang suka.

"Kamu ini bodoh atau polos Aruna, dia itu mau mendekati kamu. Jangan aneh-aneh kamu di kampus. Ke kampus itu belajar bukan tebar-tebar pesona."

Andaikan Aruna itu baru mendengarkan ucapan Arjuna sekali dua kali pasti dia sudah marah dan sakit hati dengan ucapan Arjuna yang begitu menusuk. Tapi karena memang Aruna sudah terbiasa dengan ucapan pedas Arjuna rasanya jadi biasa saja.

"Aruna!!" panggil Arjuna lagi karena merasa tidak mendapatkan respon dari Aruna.

"Apalagi??" tanya Aruna pelan.

"Besok kakampus Abang antar."

"Tidak usah, bisa berangkat sediri."

"Tidak ada bantahan!!"

"Sudah terserah Abang saja kalau begitu maunya bagaimana." Jawab Aruna dengan pasrahnya. Lalu pergi begitu saja, meninggalkan Arjuna dan ponselnya yang masih ada di tangan laki-laki itu.

Percuma mendebat Arjuna, sia-sia saja dan lagi pasti dia kalah.

"Abang blok nomornya!!"

"Suka hati Abang."

***LANJUT BAB 27B***

CINTA ARJUNA (DELETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang