BAB 18B: ARUNA GALAU

6.6K 1K 36
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Arjuna dan Armaya sudah menyusun makanan yang mereka pesan di atas meja depan televisi. Tadi Armaya meminta alamat pengirimannya di ganti yang semula kerumah Arjuna berganti kerumahnya itu.

Aruna datang dengan wajah yang sudah segar. Dia lalu bergabung bersama Arjuna dan Armaya di duduk didepan televisi.

"Ini makan." Arjuna menyerahkan sebungkus makanan yang ternyata berisi seporsi ayam bakar lengkap dengan lalapannya itu kepada Aruna. Sedangkan Armaya, remaja tanggung itu sudah sibuk mengunyah makanannya sendiri.

Tanpa mengatakan apapun, Aruna, Armaya dan Arjuna makan siang bertiga siang itu di rumah Aruna. Tidak ada sedikitpun yang berani menyinggung perihal masalah semalam ataupun yang terjadi barusan. Mereka sibuk dengan makanannya masing- masing.

Setelah makan, Armaya lah yang bertugas membereskan semua sisa makanan mereka. Sedangkan Arjuna dan Aruna duduk dalam diam di depan televisi.

"Kenapa baru bangun sesiang ini? Kamu tidak sholat subuh Runa?" tanya Arjuna pada akhirnya. Dia sudah menahan mulutnya untuk tidak bertanya selama makan tadi. Dia benar-benar menahan penasarannya.

"Sholat Bang, habis sholat baru tidur tadi." Jawab Aruna dengan malasnya.

"Memangnya apa yang kamu lakukan semalam? Ronda? Sampai subuh baru tidur?" Arjuna kembali bertanya dengan nada sinisnya.

"Tidak bisa tidur," ucap Aruna lagi dengan lirih. Sudah dapat di pastikan dia akan menerima ceramah pencerahan jiwa siang ini dari Arjuna jika tau dia tidak bisa tidur karena hatinya sedang galau.

"Kenapa tidak bisa tidur? Galau? Putus cinta?" Arjuna semakin sinis dalam bertanya.

Sebenarnya, apa yang dia ucapakan iu termasuk majas retorika di mana sudah jelas dan tidak perlu jawaban lagi. Tapi Arjuna tetap menanyakannya pada Aruna. Dia ingin mendengar jawaban gadis itu.

Namun, Aruna hanya diam. Tidak menjawab apapun. Toh menurutnya Arjuna juga sudah tau tanpa mendengar jawaban darinya.

Melihat Aruna yang tidak menjawab, Arjuna hanya mendengus kesal.

"Dari awal sudah Abang katakan kan. Untuk apa pacaran, kalau putus bikin galau tidak jelas seperti ini. Memangnya apa yang kamu fikirkan, berharap mantanmu itu akan datang kalau tau kamu tidak tidur semalaman. Jangan bodoh Aruna, putus cinta dengan menyiksa diri sendiri. Memangnya mau kamu kena anemia dan cepat mati kalau menyiksa diri seperti itu. Belum lagi tidak makan sampai sesiang ini, apa tidak menambah penyakit kalau asam lambungmu itu naik."

Aruna menatap Arjuna dengan sinis. Ucapan laki-laki itu benar-benar bukan sesuatu yang dia butuhkan saat ini. Jika tidak bisa menghiburnya bukan kah lebih di sarankan kalau laki-laki itu diam dan menutup mulutnya dengan rapat.

"Abang ini pintar, tapi sepertinya harus belajar bagaimana cara bersikap empati pada orang lain."

Arjuna semakin kesal mendengar jawaban Aruna yang terlalu berani itu.

"Berempati sama orang itu harus pilih-pilih. Untuk apa berempati sama sikap bodoh yang kamu lakukan ini. Ini kan buah dari ulahmu sendiri. Sudah di nasehati dari awal kamunya yang ngeyel, sekarang rasakan sendiri."

"Kapok dimarahin." Ucap Armaya yang baru datang dari dapur. Dia ikut bergabung bersama Aruna dan Arjuna di depan televisi.

"Diam kamu!!!" ucap Aruna pada Armaya.

"Sudah jangan di pikirkan lagi. Ngapain anak kecil sok-sok an patah hati. Putus dari pacar langit juga tidak akan runtuh. Abang mau pulang dulu, jangan bertengkar kalau Abang tinggal."

CINTA ARJUNA (DELETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang