BAB 17A: ALHAMDULILLAH

5.7K 870 13
                                    

SELAMAT MEMBACA
***

"Mau kemana kamu?" tanya Arjuna saat melihat Aruna sudah siap dengan dandanannya.

Sore itu, Arjuna dan Armaya yang sedang bermain catur di halaman rumah di kejutkan dengan Aruna yang keluar dari rumah dengan penampilannya yang tidak biasa.

"Ada acara prom night Bang," Sahut Aruna sambil memakai sepatunya di depan pintu.

"Perpisahan masih lama, kenapa sudah prom night?" Arjuna menatap curiga pada Aruna. Tidak percaya dengan ucapan gadis itu, takutnya jika itu hanya akal-akalan Aruna agar bisa keluar malam.

Aruna yang merasa di curigai Arjuna, hanya bisa membuang nafasnya dengan kesal.

"Iya acaranya malam ini. Khusus kelas ku Bang. Soalnya kan minggu depan sudah banyak yang pergi, jadi mau bikin acara kelulusan sendiri. Kalau yang acara sekolah memang masih lama." Aruna terpaksa menjelaskan pada Arjuna, daripada dirinya di tatap seperti pendosa.

"Asal, jangan tiba-tiba keluyuran aja ya." Celetuk Armaya.

Aruna ingin memukul, kepala Armaya menggunakan tas slempangnya. Enak saja dia di tuduh yang tidak-tidak.

"Dimana acaranya?" tanya Arjuna lagi.

Aruna menyebutkan sebuah cafe di daerah Nologaten tempat di adakannya acara prom night kelasnya itu.

"Pulang jam berapa nanti?"

"Jam 12 Bang."

"Jam 10 harus sudah ada di rumah. Kalau tidak, tidur di luar. Rumah ini atau rumah Abang semuanya di kunci jam 10." Ucap Arjuna dengan tegasnya. Tentu saja Aruna langsung protes. Acaranya baru selesai jam 12 dan dia harus pulang jam 10 yang benar saja. Bagaimana caranya meninggalkan acara saat belum selesai nanti. Lagi pula bagaimana caranya pamitan pada teman-temannya nanti.

"Kok gitu sih Bang, jam 12 baru selesai acaranya."

"Acaranya tetap berlanjut meski kamu pulang Runa."

Arjuna tidak mau tau, tidak mau mendengar alasan apapun yang di keluarkan gadis itu. Dia menerima tanggung jawab dari paman Asep dan Bi Sarni untuk menjaga kedua anak mereka selama mereka pergi. Bagaimana Arjuna bisa membiarkan Aruna keluar sampai jam 12 malam.

"Ya tapikan, yang lain belum pulang Bang."

"Ya kamu pulang duluan kan tidak papa."

"Iya betul itu." Sahut Armaya membela Arjuna.

"Diam kamu anak kecil." Sahut Aruna langsung. Dia meminta adiknya untuk diam. Jangan membuat posisinya semakin sulit.

"Pokoknya, ingat Aruna. Jam 10 harus sudah sampai di rumah!!" Arjuna benar-benar menekannya ucapannya, pertanda tidak menerima negosiasi apapun.

"Setengah 12 ya Bang, please ..." mohon Aruna lagi.

"Jam 10!!"

"Jam 11 deh, Jam 11 ya."

"Jam 9."

Aruna semakin melotot, bagaimana bisa Arjuna mengubahnya jadi jam 9. Kenapa semakin sore.

"Jam 10 atau tidak usah pergi sekalian!!"

"Iya, jam 10." Ucap Aruna dengan ketusnya. Benar-benar kesal dengan peraturan yang Arjuna buat. Benar-benar merugikan dirinya.

"Nah begitu kan bagus. Nurut kalau di kasih tau itu. Abang itu di amanahkan menjaga kalian, mana bisa tidak amanah." Ucap Arjuna lagi dengan santainya. Lain halnya dengan Arjuna, Aruna benar-benar di buat kesal. Armaya yang melihat hal tersebut justru terkikik geli, melihat betapa kesalnya kakak perempuannya itu.

"Sama siapa kesananya?" tanya Arjuna lagi.

"Pakai ojek online."

Arjuna mengangguk pelan, dia kemudian mengamati penampilan Aruna. Dari mulai rambut hingga ujung kaki tak luput sedikitpun dari pandangan Arjuna.

"Buka itu tali di samping," ucap Arjuna sambil menunjuk tali pinggang di baju yang Aruna kenakan.

Aruna langsung menggeleng. Tidak mau membuka ikatan bajunya, mau di buka bagaimana. Kalau modelnya memang begitu.

"Buka Aruna, sini Abang bukakan."

Aruna langsung memundurkan langkahnya, menjauh dari Arjuna. Namun Arjuna lebih cepat menangkap tangan Aruna. Menariknya sedikit kedepan.

Dengan pelan, dia membuka ikatan bagian samping di baju Aruna dan mengikatnya ulang dengan model lain. Ikatan yang semula membentuk lekukan tubuh itu, kini beralih fungsi hanya sebagai pemanis. Baju yang awalnya pas di badan, sekarang terlihat sedikit longgar.

"Jelek Bang, bagusan yang tadi." Keluh Aruna saat melihat pakaiannya.

"Bagus dari mana, kalau badanmu kelihatan begitu. Sama saja mengumbar aurat itu namanya. Dosa Runa, kamu mau dosa terus bikin paman masuk neraka nanti."

"Kan memang modelnya begitu Bang. Kalau kedodoran begini kaya ibu-ibu. Tidak bagus." Keluh Aruna lagi. Tangannya bergerak ingin mengembalikan ikatan bajunya. Namun Arjuna langsung mencegahnya.

"Kalau tidak nurut, tidak usah pergi!!"

Mendengar itu, Aruna langsung menghentakkan kakinya dengan kesal. Benar-benar kesal.

"Gincu Bang, gincu." Armaya ikut mengomentari penampilan sang kakak.

"Iya terlalu merah itu bibirmu," Arjuna menunjuk bibir Aruna yang berwarna merah, terlalu merah menurutnya untuk ukuran acara perpisahan.

Aruna langsung membuka cermin kecil di tasnya. Melihat kembali riasannya. Tidak merah menurutnya, biasa saja. Orang lain banyak yang lebih merah dari yang dia pakai itu.

"Biasa aja Bang, cantik kok. Ini tidak terlalu merah."

"Kemerahan, jelek. Kaya tante-tante girang." Celetuk Armaya lagi dan di angguki oleh Arjuna.

Aruna ingin kembali memukul Armaya. Enak saja, dandanannya di bilang kaya tante-tante. Dia sudah menghabiskan waktunya berjam-jam untuk merias diri. Setidaknya, jika tidak memuji jangan menghina.

"Hapus itu bibir, terlalu menor Runa. Kaya habis makan darah kamu."

Arjuna mengulurkan selembar tisu di atas meja kepada Aruna. Aruna tidak kunjung mengambilnya, Arjuna pun tidak sabar. Dia berdiri dan menghapus paksa lipstick yang Aruna kenakan. Hanya menyisakan warna tin nya saja yang tertinggal di bibir.

"Abang apa-apaan sih,kok gitu." Protes Aruna dengan marahnya.

"Masih mending cuma lipstick mu yang Abang hapus. Bukan bedak atau bling-bling di atas mata itu."

Arjuna sama sekali tidak merasa bersalah. Mengabaikan Aruna yang benar-benar kesal sore itu.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Aruna langsung pergi begitu saja. Tidak lagi memperdulikan teriakan Armaya ataupun panggilan Arjuna.  

***LANJUT BAB 17B***  

CINTA ARJUNA (DELETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang