BAB 48: SAH

7.1K 1K 45
                                    

Selamat Membaca
***
"Saya terima nikah dan kawinnya, Aruna Putri Septian dengan mas kawin tersebut di bayar tunai." Ucap Arjuna dalam satu tarikan nafasnya.

"Bagaimana para saksi, Sah?"

"SAH !!" Ucap tamu undangan dengan kompak.

Ucapan syukur sontak saya terdengar. Di iringi dengan hembusan nafas lega dari Arjuna.

Arjuna melepaskan tangan Asep dengan sedikit gemetar. Sungguh dia benar-benar gugup. Arjuna langsung menoleh kearah di mana Ayah dan Bundanya duduk. Abi mengacungkan satu jempolnya pada Arjuna. Sedangkan Utari tersenyum. Melihat dua orang tuanya, Arjuna bisa sedikit tenang. Tapi tetap saja gugup yang sejak tadi menyerangnya tidak juga hilang.

Arjuna hanya bisa berharap, semoga ayahnya tidak melihat kegugupannya itu atau jika tidak dia akan jadi bulan-bulanan sang ayah nantinya.

Sedangkan dari tempatnya duduk, Utari menyaksikan sang putra yang baru saja selesai mengucapkan ijab kabulnya. Air matanya sungguh tidak bisa dia bendung lagi. Bukan sedih, sungguh. Air matanya pagi itu adalah air mata penuh syukur dan rasa bahagia. Dia bisa mengantarkan putranya untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Beribu doa dia panjatkan agar rumah tangga anak-anaknya selalu di limpahkan kebahagian dan di jauhkan dari segala yang tidak baik.

"Kamu menangis sedih atau bahagia sayang?" Tanya Abi lirih. Dari tempatnya duduk dia bisa melirik kearah istrinya.

"Bahagia ini Om, mana ada sedih." Jawab Utari langsung.

Abi tersenyum sambil mengusap bahu istrinya. Dia juga tau jika tangis sang istri pagi ini adalah tangisan bahagia.

***

Arjuna tersenyum ramah menyalami tamu-tamu undangan yang hadir di pernikahannya hari ini. Senyum bahagia tak luntur sedikitpun dari wajahnya sejak pagi tadi setelah ijab kabul selesai. Meski dirinya sempat terserang panik, tapi akhirnya semua bisa terlewati dengan lancar. 

"Itu mantan Abang kan," bisik Aruna lirih sambil menyenggol lengan Arjuna yang berdiri di sampingnya.

Arjuna sontak saja menoleh, seingatnya dia tidak mengundang mantan.

Dan ketika di toleh, ternyata mantan yang di maksud Aruna adalah Marina.

"Ngawur kamu," ucap Arjuna langsung.
Dia tidak menyangka jika Marina akan hadir di pernikahannya.

"Selamat dokter Juna, selamat Aruna atas pernikahannya." Ucap Marina saat sampai di dekat Arjuna dan Aruna. Dia menyalami Arjuna dan Aruna bergantian.

Arjuna pun menerima uluran tangan Marina dengan senyum ramahnya begitupun Marina. Meski Arjun tau, Marina menyimpan kekecewaan. Terlihat jelas dari tatapannya. Meski bibirnya tersenyum, tapi mata gadis itu tidak bisa berdusta. 

Setelah mengucapkan selamat dan berbincang sebentar, Marina pamit untuk menyapa kedua rang tua Arjuna. Sedangkan Arjuna dan Aruna kembali sibuk menyalami tamu-tamu yang datang. 

"Abang, Runa kesana ya." Bisik Aruna pada Arjuna.

"Mau ngapain?" Tanya Arjuna langsung.

"Runa lapar, belum sarapan." Bisik Aruna lagi.

Arjuna langsung menatap Aruna dengan tatapan herannya. Di tengah suasana begini, makan tetap yang dia pikirkan.

"Memang belum makan pagi tadi?"

"Belum. Bangun langsung di dandani. Mana sempat makan. Makan ya Bang, lapar." Aruna memasang wajah memelasnya. Dia benar-benar lapar apalagi melihat makanan yang begitu banyak tersaji di hadapannya. Jangan sampai dia mati kelaparan di hari pernikahannya sendiri.

CINTA ARJUNA (DELETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang