BAB 67: NGAMUK TIDAK DI BANGUNKAN

5.2K 569 14
                                    

SELAMAT MEMBACA
***

Aruna bangun dengan sedikit terkejut. Di tolehnya Arjuna sudah tidak ada di sebelahnya. Menoleh ke jendela, matahari sudah tinggi. Otaknya langsung berfikir, jam berapa sekarang. Aruna langsung mencari ponselnya yang entah dia letakkan dimana.

Saat melihat jam di ponselnya menunjukkan pukul setengah satu siang, Aruna langsung ingin menangis. Pantas saja matahari sudah tinggi ternyata sudah setengah satu siang.

"Abanggggg..." teriak Aruna dengan kesal. Kakinya dia hentak-hentakkan di atas ranjang.

Arjuna yang semula duduk di teras, langsung masuk saat mendengar teriakan istrinya.

"Kenapa?" Tanya Arjuna dengan santainya. Laki-laki itu sudah mandi dan sudah rapi dengan pakaian santainya. Sedangkan Aruna masih acak-acakan baru bangun tidur.

"Abang kenapa tidak bangunkan Runa? Abang curang, Abang jahat. Abang sengaja kan?" Ucap Aruna dengan kesalnya. Saking kesalnya dia sudah menitihkan air mata. Rasanya dongkol pada suaminya. Dia merasa di curangi.

"Runa ini kenapa? Bangun-bangun kok ngamuk sama Abang. Abang salah apa?" Tanya Arjuna dengan sabar. Bingung Aruna ini ngelindur atau memang sudah bangun, kok tiba-tiba ngamuk.

"Runa marah sama Abang. Kan janjinya pagi ini mau berenang sama hiu. Kenapa Runa tidur tidak di bangunkan!!!" Aruna berteriak dengan kesal pada Arjuna.

Arjuna masih membiarkan saja, agar Aruna marah dengan puas. Meski sebenarnya dia tidak salah, kan Aruna sendiri yang tidur bukan salahnya jika mereka hari ini tidak jadi berenang dengan hiu.

Saking kesalnya dengan Arjuna, hampir saja Aruna melempar ponsel di tangannya kearah Arjuna. Namun, cepat-cepat Arjuna menahannya.

"Itu ponsel baru, mahal harganya kalo hancur Abang tidak akan belikan lagi." Ucapan Arjuna mengurungkan niat Aruna. Dia mengingat, jika ponsel di tangannya itu baru, hadiah ulang tahunnya. Baru dua minggu ini dia pakai. Sayang sekali kalau sampai hancur.

"Runa adukan sama Bunda, biar Abang di marahin." Ucap Aruna ketus.

Dia mencari nomor mertuanya dan langsung menghubunginya. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk mengadukan putra kesayangan mertuanya ini.

"Assalamu'alaikum, Runa." Wajah Utari muncul di layar ponsel Aruna.

"Waalaikumsalam, Bunda. Bun, Runa mau ngadu. Itu Bang Juna jahat sama Runa." Ucap Aruna langsung. Dengan menangis dia berbicara pada Utari.

"Mana Arjuna." Ucap Utari langsung.

Aruna langsung melempar ponselnya keujurng ranjang, memberikannya pada Arjuna. Arjuna yang tau pasti akan mendapatlan ceramah dari sang bunda hanya bisa pasrah saja. Karena sudah tau siapa yang akan di marahi, semenjak menikah dia berubah jadi anak tiri bundanya.

"Iya Bun." Ucap Arjuna saat menerima panggilan dari sang Bunda.

"Kamu apakan lagi sih Bang Runa. Kenapa nangis-nangis begitu? Tidak bisa kalian rukun sehari saja. Pamitnya kesana mau liburan, kenapa malah bertengkar?" Utari langsung mengomeli Arjuna. Bahkan ketika Arjuna baru mengatakan dua kata langsung di sahut dua alenia oleh Utari.

"Tidak Abang apa-apakan Bun. Dia bangun tidur tau -tau ngamuk. Abang juga tidak faham." Jawab Arjuna dengan jujur.

"Bohong Bun, bohong." Teriak Aruna dengan keras.

"Diam dulu Runa, Abang sedang bicara." Arjuna memperingatkan Aruna untuk diam sebentar.

"Pokoknya Abang salah. Jangan membela diri." Sahut Aruna lagi.

CINTA ARJUNA (DELETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang