BAB 71: ANCAMAN ARJUNA II

6.5K 744 36
                                    

SELAMAT MEMBACA
***

Piknik yang rencananya pulang siang, ternyata mengalami perubahan. Siang tadi Aruna menghubungi Arjuna dan mengatakan jika mereka tidak jadi pulang siang dan akan pulang sore. Mereka ingin bermain-main di pantai lebih dulu.

Akhirnya, Arjuna baru menjemput Aruna saat pulang dari rumah sakit ketika sore tiba. Dan mereka baru sampai di rumah setelah magrib.

"Runa ambilkan minum ya," ucap Aruna saat mereka baru sampai di rumah. Aruna pergi kedapur sedangkan Arjuna langsung merebahkan tubuhnya di sofa.

Runa membawakan segelas air putih untuk Arjuna. Wajah laki-laki itu terlihat lelah dengan kantung mata yang menghitam seperti tidak tidur berhari-hari.

"Abang buat apa saja tadi di rumah sakit?" tanya Aruna saat melihat wajah kusut milik Arjuna. Kenapa suaminya yang biasanya selalu tampan itu kini terlihat sedikit mengenaskan dan memprihatinkan. 

Sedangkan Arjuna yang mendengar pertanyaan Aruna, langsung bangun dan menoleh dengan kening yang berkerut. Apa maksud pertanyaan istrinya itu. Dia seorang dokter tentu saya mengurus pasiennya memangnya selain itu harus apa, masa iya membersihkan toilet rumah sakit.

"Kenapa pertanyaanya tidak berobot begitu," ucap Arjuna dengan ketusnya.

Dia yang mengantuk dan kelelahan justru mendengar pertanyaan absurd dari istrinya yang menurutnya sama sekali tidak penting itu.

"Ya kan Runa cuma tanya, salahnya dimana?" ucap Aruna dengan polosnya.

"Salahnya kamu sudah tau kalau Abang ini dokter, masih bertanya di rumah sakit buat apa? Ya pasti periksa pasien memangnya apa lagi?"

Aruna langsung diam, kenapa sensitif sekali suaminya. Dia kan hanya bertanya, di jawab langsung juga bisa kenapa harus marah-marah.

Arjuna kembali merebahkan tubuhnya di sofa. Dia menepuk punggungnya dan meminta Aruna untuk mendekat.

"Abang lelah, tolong pijitin sebentar." Ucap Arjuna.

Aruna pun menurut, dia duduk di sebelah Arjuna berbaring dan mulai memijat pundak dan punggung suaminya itu dengan pelan.

"Kenapa tadi tidak jadi pulang siang?"

"Teman- teman kebanyakan belum mau pulang Bang. Katanya sudah sampai disana, kenapa tidak sekalian main di pantai dulu. Jadi yasudah pulangnya sore, tapi ada juga beberapa yang tetap pulang siang karena mau ada acara lain."

Arjuna mengangguk pelan, dengan mata setengah terpejam dia tengah menikmati pijatan Aruna di punggungnya. Meski tidak terlalu enak, tapi lumayan lah dari pada tidak ada sama sekali.

"Gimana kemarin acaranya?" tanya Arjuna lagi.

"Seru, kami pesta sampai tengah malam. Baru tidur sekitar jam setengah dua. Pagi sampai sore main di pantai. Pokoknya seru lah," ucap Aruna dengan antusianya.

Arjuna yang mendengarnya hanya bisa membuang nafasnya dengan pasrah, asik sekali istrinya seperti tidak meninggalkan beban di rumah. Padahal dia saja memikirkan sampai tidak bisa tidur tapi yang di fikirkan justru asik berpesta dengan teman-temannya. Kenapa nasib seperti tidak adil begitu padanya. Tapi memangnya apa yang dia harapkan. Aruna juga memikirkan dirinya, ah sudahlah seperti terdengar mustahil. 

"Ehhh Runa punya cerita Bang," ucap Aruna tiba-tiba dengan antusiasnya. Dia teringat tentang sesuatu yang ingin di ceritakan pada Arjuna.

"Apa?"

"Teman Ruma ada yang cinlok Bang," ucap Aruna pada Arjuna.

"Cinlok apa?" tanya Arjuna dengan bingungnya. Dia sedikit kurang update dengan istilah-istilah anak zaman sekarang.

CINTA ARJUNA (DELETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang