J - part 1

2.6K 67 2
                                    

Lara duduk di dalam mobil untuk waktu yang lama. Tangannya mencengkeram erat roda kemudi sebelum membuka pintu.

Angin sepoi-sepoi bertiup di wajahnya saat dia keluar dan berjalan melintasi carport menuju rumah bergaya Classic American.

Burung-burung berterbangan dari dahan ke dahan lain di rimbun pepohonan yang tertanam menaungi halaman depan rumah tersebut. Sebuah awal yang klasik untuk sebuah cerita romansa.

Semuanya begitu indah dan memanjakan mata. Sesuatu yang Jamie sangat sukai.

Lara membayangkan Jamie menyandarkan punggungnya di pohon dan dengan lembut memetik senar gitar akustik favoritnya. Sementara Lara meletakkan kepalanya di pangkuan Jamie.

Dalam adegan imajinasinya, Jamie tidak memainkan lagu apa pun secara khusus, laki-laki itu hanya membiarkan jari-jarinya melayang tanpa tujuan melintasi senar, menambah paduan suara burung di kanopi rimbun di atas.

Suatu pemandangan yang bagus, tapi itu hanya fantasi Lara semata.

Wanita di depan teras tersenyum ke arahnya. Merentangkan tangan yang kemudian dipeluk oleh Lara. Jari-jari wanita itu menepuk punggungnya dengan lembut. Lara merasakan kehangatan disana.

Saat pelukan mereka terlepas, wanita yang Lara panggil "Ibu" itu menyelipkan rambut panjang Lara belakang telinga.

"Ibu sehat?" Lara bertanya.

Wanita itu mengangguk, "Never been better. Kamu gimana? Sibuk banget kayanya, ngga pernah main kesini."

Lara menceritakan segala kegiatannya selama ini kepada Ibu. Wanita cantik itu bukan Ibu kandungnya, melainkan Ibu dari pacarnya.

Ibu membawa Lara ke ruang tengah yang langsung terhubung dengan dapur dan ruang makan. Menyuguhkannya segelas lemon tea dan sepiring garlic bread. Mereka berbincang untuk waktu yang lama, sebelum suara lain menginterupsi mereka.

"Ah, Jamie sudah bangun. Kalau mau, Lara bisa masuk ke kamarnya. Ibu mau siapkan air hangat."

Lara mengangguk. Berdiri dari duduknya dan bergerak ke salah satu pintu yang berada di dekat dapur. Menarik napas sejenak untuk mempersiapkan dirinya sebelum memasuki ruangan tersebut.

Lara membuka pintu dan memasuki kamar tersebut. Bau lavender dari pengharum ruangan bercampur dengan antiseptik langsung menyapa indra pembaunya.

Lara sepertinya datang terlalu pagi hari ini. Terlihat Jamie baru saja bangun dari tidurnya dan masih mengenakan piyama.

Mata laki-laki itu setengah terbuka. Lengan dan kakinya nampak kurus, otot-ototnya mengecil, dan dia memakai penyangga di pergelangan kakinya untuk mencegah foot-drop.

Sebuah selang gastrostomi yang panjang di bawah piyamanya meliuk-liuk melintasi seprai ke feeding pump yang masih mengalirkan makanan (atau minuman) langsung ke lambung Jamie.

Kepalanya terbaring ditopang oleh bantal, dengan handuk terjepit di bawah dagunya untuk menyerap air liur yang hampir terus-menerus keluar dari mulutnya.

Pada usia sembilan belas tahun dia tampak seperti orang tua, membungkuk dan layu di tempat tidurnya.

Bukan usia yang membuat pacarnya menjadi seperti ini. Jamie menderita cedera otak traumatis yang parah, membuatnya berada pada fase Vegetative State. Kondisi itu membuat Jamie bergantung pada orang lain untuk setiap aspek perawatannya.

Seperti yang dilakukannya setiap datang kemari, Lara duduk di tepi tempat tidurnya dan mengusap buku-buku jari tangan Jamie. Kepalan tangannya terlalu erat untuk dipegang Lara dengan benar. Tangan kanannya terpelintir ke belakang sehingga terlihat seperti terkilir dan lengannya yang lain juga bengkok.

Unfinished StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang