"Berapa lama kau mengenalnya?" Sean mendongak akibat pertanyaan istrinya, Maya.
Mereka sudah kembali ke ruang rawat Maya karena perempuan itu barusan menjalani pemeriksaan. Pun dengan Noa yang harus beristirahat habis minum obat. Keduanya dipaksa untuk berpisah karenanya.
"Bagaimana bisa kau menyembunyikan hal sebesar ini dariku?" Laki-laki itu tetap bergeming. Membiarkan Maya menumpahkan semua rasa sesalnya pada Sean.
"Sean, aku ini ibunya. Kau seharusnya tidak memisahkannya dariku." Suara Maya terdengar melirih. Sedetik kemudian, dia menangis. Sean berdiri dan bergerak memeluk istrinya. Maya harus tenang sebelum Sean mulai menceritakan kronologi lengkapnya.
Setelah tangis Maya mereda, Sean membawa tubuh istrinya untuk berbaring. Pria itu mengatur angle bed agar tidak terlalu tinggi. Dia juga mengatur posisi bantal agar nyaman ditiduri oleh Maya.
Sean kemudian duduk di samping ranjang istrinya, tangannya mengelus lembut rambut Maya. Wanita itu enggan menatapnya. Wajar kalau Maya marah padanya. Hanya dia yang tidak tahu kalau Noa selama ini masih hidup.
"Aku menerimanya kalau kau ingin marah padaku. Tapi aku melakukan ini untuk kebaikanmu juga. Maaf aku belum bisa menjadi kepala keluarga yang baik. Aku tak bisa melindungimu dan Noa secara bersamaan. Jadi aku harus mengorbankan salah satu diantara kalian." Jelas Sean panjang lebar. Kali ini Maya mau menatapnya.
"Berapa lama aku mengenalnya? Mungkin sekitar 3 tahun yang lalu."
23 Juli 2020. Sean menerima kabar bahwa pemakaman keluarganya amblas. Beberapa kuburan bahkan terdampak, termasuk milik Nenek Sean juga milik Noa.
Karena Rudy sedang dirawat di rumah sakit akibat COVID, tak ada yang memberi tahu pria itu tentang masalah makam yang amblas. Takut hal itu membebani pikirannya.
Akhirnya, Sean yang turun tangan mengawasi pemindahan makam. Entah bagaimana, peti yang menampung jenazah Noa digerogoti rayap, sehingga perlu diganti. Ketika peti itu dibuka, betapa terkejutnya mereka saat tak menemukan apapun di dalam peti itu.
Sean jadi kalut. Jenazah itu tak mungkin dicuri, karena makam langsung ditutup dengan keramik setelah peti mati Noa selesai dikuburkan. Pria itu sendiri yang mengawasi pelaksanaannya.
Dia yakin bahwa Noa masih hidup. Kematian anaknya itu sengaja dipalsukan. Tersangkanya adalah sang Ayah, Rudy Tandiari. Mengapa dia yakin? Karena hanya ayahnya yang ikut masuk bersamanya ke ruangan dokter setelah Noa masuk NICU. Pria itu tahu vonis dokter untuk Noa selain Sean.
Sean memulai investigasi dari Rumah Sakit tempat kelahiran Noa, RS Harapan Kita. Dokter yang menangani Maya dan Noa dulu masih bertugas disana. Sean mendapatkan jawaban yang cukup membantu setelah melakukan wawancara selama 2 jam disertai beberapa intimidasi.
Pria itu mencari beberapa catatan pemindahan bayi dari rumah sakit tersebut. Dan Sean menemukan bahwa seseorang memindahkan bayi dari NICU RS Harapan Kita ke RS Kasih Maria.
RS Kasih Maria adalah rumah sakit baru yang dimiliki oleh Seraphina Mulyadi, teman dari Sergio. Tanpa pikir panjang, Sean langsung menemui adiknya untuk meminta bantuan. Setahu Sean, Seraphina dan Sergio termasuk teman dekat, jadi tak akan ada kecurigaan di Seraphina bila dimintai catatan kepindahan bayi tahun 2013 lalu.
Pertemuan kakak beradik itu membawa fakta baru yang mencengangkan. Ternyata Sergio yang memindahkan Noa ke rumah sakit milik Seraphina di hari yang sama setelah Sean menerima vonis tentang anaknya itu.
3 bulan kemudian setelah Noa sudah bisa hidup tanpa alat bantu, Sergio menyerahkan bayi itu ke sebuah panti asuhan yang jauh dari kota. Menyamarkan jejak Noa agar tidak terendus oleh Rudy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfinished Stories
Short Storya brain dumps contains of one shot and few ⚠️TW/CW : sickmale, paralysis, graphic stories. Mention of disease and sickness.⚠️ [Random updates] rahma Copyright 2022