Kat berjalan memasuki pekarangan rumahnya dengan wajah kusut. Rambutnya sudah tak terikat rapi sebagaimana pagi tadi. Wajahnya pucat, tak terlihat rona keceriaan disana. Seragamnya pun tak kalah acak-acakan. Kemeja yang semula dimasukkan rapi dalam rok kini berada diluar, menutupi sabuk.
Perempuan itu berjalan gontai macam tak bertenaga. Tubuhnya juga terasa gemetar. Sepertinya Kat masuk angin habis disemprot keran sekolah yang bocor. It was an accident, tho. A shameful horrible accident.
Ceritanya dia sedang enak-enak buang air kecil di toilet sekolah ketika jam istirahat. Kat sudah selesai membersihkan diri saat kepala jet washer tiba-tiba putus. Memisahkan antara keran dengan semprotan. Kemudian keran yang dialiri air dengan debit tekanan tinggi itu pun meliuk-liuk macam ular.
Karena bingung, Kat diam sejenak di dalam bilik toilet, menyebabkan bagian depan bajunya basah kuyup. Setelah sadar apa yang terjadi, dia berteriak dan meminta temannya memanggil helper. Perempuan itu berdiam diri cukup lama di bilik lain hingga temannya—Wina—datang membawakan cardigan.
Perjalanannya kembali ke kelas pun sangat memalukan. Dengan dua cardigan menutupi tubuhnya, Kat berjalan menuju kelas dengan tatapan heran dari puluhan pasang mata yang berdiam di koridor karena jam istirahat masih tersisa. Sesampainya di kelas, Kat menangis. Dia membiarkan Wina menjelaskan kronologi kebasahan bajunya, sementara perempuan itu menyembunyikan wajahnya diantara lipatan tangan.
Bagusnya, Ibu Guru yang mengajar setelah jam istirahat beranggapan bahwa Kat sakit. Jadi dia diminta untuk beristirahat di UKS. Dengan ditemani Wina, Kat menuruti perintah gurunya. Untung saja di UKS terdapat kemeja cadangan yang biasa dipinjam siswa ketika kemejanya kotor. Dengan catatan kemeja itu harus dikembalikan.
Jadilah Kat berdiam diri di UKS hingga jam pelajaran berikutnya. Walaupun sudah berganti kemeja, dia sudah cukup lama membiarkan kemeja tadi menempel di tubuhnya. Jadilah Kat merasa kedinginan. Cardigannya juga ikutan basah. Membuatnya merasa tak enak badan.
Rumah yang berantakan adalah pemandangan yang pertama kali dijumpai Kat selepas membuka pintu. Berbagai jenis mainan berserakan di lantai. Ada lego, puzzle, hingga mobil hot wheels disana. Kat melewati benda-benda itu sambil menendangi mainan yang menghalangi jalannya. Bukan hanya lelah, dia juga sedikit marah melihat kondisi rumah. Bila Kat memiliki kyuubi macam Naruto, mungkin ekor ketiganya sudah muncul.
Kat memutuskan untuk duduk sejenak di kursi ruang tamu. Tanpa melihat-lihat, perempuan itu menjatuhkan dirinya begitu saja. Bukannya empuk, Kat justru merasa dia menduduki kayu, disusul dengan bunyi patahan yang cukup keras.
Merasa terkejut, Kat buru-buru bangun. Tak menyadari seseorang yang awalnya berada di bawah kursi lainnya kini berusaha keluar dari kolong karena sama terkejutnya. Secara tak sengaja, Kat menginjak tangan seseorang itu, membuatnya limbung dan jatuh.
"AW!"
"AAAHHH!"
Teriak mereka bersamaan. Kat karena jatuh, sementara sosok lainnya—Liam—karena tangannya terinjak sang kakak. Keduanya lalu menatap benda diatas sofa dengan nanar. Sebuah set peralatan melukis berisi kanvas, kuas, dan cat terlihat sudah rusak.
"Patah..." Liam berujar dengan suara bergetar menahan tangis. Dia beranjak dengan susah payah, mengubah posisinya yang semula telentang menjadi tengkurap. Laki-laki itu kemudian merayap pelan mendekati sofa yang semula diduduki Kat. Melihat peralatan lukis baru miliknya telah rusak akibat diduduki kakaknya.
"Makanya jangan sembarangan naruh barang!" Kat berbicara pada adiknya dengan nada tinggi. Amarahnya sudah mencapai ubun-ubun. Tanpa melihat ekspresi Liam, dia lanjut berkata, "Rusak kan jadinya! Salah siapa kalau sudah begini?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfinished Stories
Short Storya brain dumps contains of one shot and few ⚠️TW/CW : sickmale, paralysis, graphic stories. Mention of disease and sickness.⚠️ [Random updates] rahma Copyright 2022