Jam menunjukkan pukul 4:00 pagi hari. Dua orang laki-laki berbeda usia masih nampak terlena dalam mimpi mereka. Berbeda dengan satu-satunya perempuan disana yang kini mulai meregangkan tubuhnya dan bersiap untuk bangun.
Sekar masih bertanya-tanya bagaimana bisa mereka bertiga berakhir tidur bersama di depan televisi yang masih menyala. Pikirannya kemudian mengawang, perempuan itu menelusuri memori di otaknya tentang kejadian tadi malam.
Mereka bertiga mulanya hanya ingin menonton film di televisi. Namun entah bagaimana satu persatu dari mereka mulai tertidur di tengah durasi film. Membuat ketiganya menghabiskan sepanjang malam di ruang keluarga.
Setelah kesadarannya pulih sempurna, Sekar beranjak dari sana. Dia bergerak menuju kamar mandi yang berada di belakang rumah untuk berwudhu. Sepertinya adzan subuh akan berkumandang sebentar lagi. Jadi Sekar memutuskan untuk menunaikan sholat tahajud sembari menunggu waktu subuh datang.
Dinginnya air menyapu permukaan kulitnya yang berwarna kuning langsat. Membuat Sekar makin terjaga dari kantuk. Setelah berwudhu, perempuan itu segera memasuki kamarnya dan menunaikan ibadah.
Iqomah baru saja selesai dikumandangkan ketika Sekar menyudahi ibadahnya. Perempuan itu kembali ke ruang keluarga tempat saudara-saudaranya terlelap. Sekar mendekati laki-laki yang tidur tengkurap. Rasa-rasanya dia tak tega membangunkan lelaki itu, namun apa boleh buat. Laki-laki itu juga harus melaksanakan sholat subuh.
"Mas. Mas Tyo." Panggil Sekar sambil menepuk pelan pundak kakaknya.
Laki-laki yang dipanggil Tyo itu kemudian mengangkat sedikit kepalanya. Kedua matanya masih terpejam namun sudah dapat menyahut walaupun dengan suara parau.
"Hm?"
"Udah subuh."
Tanpa membutuhkan waktu yang lama, Tyo kemudian duduk. Laki-laki 22 tahun itu mengucek matanya sebentar lalu berdiri dan beranjak menuju kamar mandi.
Sepeninggalan kakaknya, Sekar ikut bergerak menuju dapur setelah sebelumnya membenahi selimut yang menutupi tubuh adiknya. Sekar memang tak berniat membangunkan adiknya itu.
Perempuan itu lalu menuju dapur untuk memasak. Sekar berniat untuk membuatkan request kakaknya tadi malam. Sayur asam dengan tempe goreng. Tak lupa dia menanak nasi dan merebus air hangat.
Sekar berniat memanggil kakaknya untuk sarapan karena masakan sudah jadi. Namun tak didapatinya keberadaan Tyo di rumah. Ketika melihat sepeda motor yang tidak ada di tempat, Sekar mengerti kemana kakaknya pergi. Biasanya laki-laki itu mencari rumput untuk pakan sapi peliharaan mereka.
"Aaaghh..."
Sebuah suara lirih mampir ke telinga Sekar. Membuatnya tak jadi mengambil sapu. Perempuan itu kembali berbalik untuk mendekati sumber suara yang dia hafal betul pemiliknya.
"Sadam." Sekar memanggil adiknya. Membuat laki-laki itu berhenti merengek. Sadam memang seperti itu, dia akan panik ketika tak menemukan siapapun di dekatnya ketika bangun tidur.
Begitu matanya melihat Sekar, dia nampak tenang. Kakinya tak lagi menjejaki selimut dan membuat tubuh bagian bawahnya terekspose. Tangannya juga berhenti meremas-remas kaus yang dia kenakan.
Sekar membetulkan kaus yang dikenakan Sadam sehingga menutupi perutnya. Kemudian dengan perlahan, perempuan itu menyisipkan tangannya di bawah leher dan lutut adiknya. Sekar mengangkat tubuh Sadam dengan hati-hati.
Perempuan itu membawa adiknya masuk ke dalam kamar. Sekar meletakkan tubuh adiknya diatas kasur. Dia ikut duduk disana. Perempuan itu lalu menumpukan tubuh Sadam ke tubuhnya. Sekar kemudian membersihkan kotoran di wajah adiknya dengan tissue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfinished Stories
Short Storya brain dumps contains of one shot and few ⚠️TW/CW : sickmale, paralysis, graphic stories. Mention of disease and sickness.⚠️ [Random updates] rahma Copyright 2022