"Nitip hadiah buat Gianni dong, Ay."
Kalula berkata sambil menyodorkan sebuah paperbag bertuliskan sebuah merek jam tangan keluaran Prancis pada pacarnya, Gabriel. Laki-laki itu berusaha membukanya, namun dicegah oleh Kalula.
"Pelit amat aku ngga boleh lihat."
"Nanti waktu Gian buka hadiahnya juga kamu tahu."
Terdengar decakan dari Gabriel, namun Kalula mengabaikannya. Perempuan itu kemudian memakai helm dan naik di belakang motor yang Gabriel kendarai. Biasanya kalau sudah seperti ini, laki-laki itu langsung tancap gas. Namun kali ini berbeda, Gabriel tetap bergeming.
"Kok ngga jalan?" Kalula bertanya karena penasaran.
"Hadiah buat aku mana?"
"Kan waktu ultah kemarin udah aku beliin gundam."
"Ck. Dasar ngga peka. Aku tuh cemburu kamu ngasih hadiah ke Gian."
Kalula justru tertawa mendengarnya. Gabriel yang sedang merajuk sangat lucu menurutnya. Dia terlihat seperti anak kecil yang marah karena orangtuanya menggendong anak lain. Kalula kemudian memeluk pacarnya itu dan mendaratkan kecupan di pipinya.
"Yang dapat cium dari aku tetap kamu kok. Bukan Gian."
"Masa?"
"Mau aku cium Gian juga?"
"Jangan!"
Wajah Gabriel terlihat panik. Dia bahkan menolehkan kepalanya untuk memandang Kalula langsung. Perempuan itu kembali tertawa. Mengerjai pacarnya ternyata sangat mudah dan menyenangkan.
"Ya udah. Buruan jalan. Nunggu apa?"
Kata-kata Kalula membuat Gabriel menghidupkan motornya dan tancap gas dari tempat parkir Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Sudah rutinitas Gabriel tiap sore yaitu mengantar Kalula pulang ke kosnya, karena arah kos pacarnya dan rumahnya searah.
Sebetulnya Kalula bisa saja berjalan kaki dari kampus ke kosnya, lagipula itu hanya memakan waktu 15 menit. Tapi memang dasarnya Gabriel yang ingin menghabiskan waktu bersama dengan Kalula lebih lama, jadi dia yang tiap sore mengantar pacarnya itu pulang. Laki-laki itu bahkan hafal jadwal Kalula lebih baik daripada jadwalnya sendiri.
Maklum, hubungan mereka masih hangat-hangatnya. Lagi, Kalula itu salah satu mahasiswi most wanted di universitas mereka. Menyandang status sebagai pacarnya Kalula tentu merupakan kebanggan sendiri bagi lelaki manapun. Beruntunglah Gabriel yang mendapatkan gelar itu. Istilahnya, Gabriel itu sudah head over heels dengan Kalula saking bucinnya.
"Mau mampir dulu ngga?"
Kalula menawarkan setelah mereka sampai di kos milik perempuan itu. Gabriel mengangguk kemudian ikut turun dari motornya dan melepas helm lalu meletakkannya di jok motor. Sepasang kekasih itu kemudian memasuki kos milik Kalula.
Hari masih sore, jadi mereka tidak membutuhkan izin penjaga kos untuk masuk. Kalula membuka kunci kamar kemudian mempersilakan Gabriel untuk masuk. Bau teh hijau mendominasi kamar itu ketika Gabriel memasukinya. Kalula mempersilakan Gabriel untuk menunggu di balkon sementara perempuan itu membersihkan diri.
Dibanding sebuah kos-kosan, tempat itu lebih cocok disebut apartemen mini. Luasnya Gabriel perkirakan sekitar 5x6 meter dengan 1 kamar mandi juga dapur. Berkonsep open space, jadi tak ada sekat antara dapur dengan ruang tidur. Hal itu membuatnya terlihat luas.
Balkon milik Kalula adalah tempat yang pas untuk menghabiskan sore. Pemandangannya nampak indah, Gabriel dapat melihat Gedung Fakultas Hukum yang menjulang itu dari sini.
Suara dentingan gelas mengganggu fokus Gabriel. Di belakangnya, Kalula membawa nampan berisi dua gelas teh dan dua piring berisi pie susu. Sepertinya itu pie susu yang perempuan itu buat tadi malam. Gabriel iseng mengatakan pada pacarnya untuk menyisakan satu untuknya. Dia tak menyangka Kalula menanggapi serius ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfinished Stories
Short Storya brain dumps contains of one shot and few ⚠️TW/CW : sickmale, paralysis, graphic stories. Mention of disease and sickness.⚠️ [Random updates] rahma Copyright 2022