Jayandra Aswatama menatap dingin pada remaja laki-laki di hadapannya. Tatapannya tajam dan menusuk. Pria 47 tahun itu telah berada dalam posisi yang sama selama 30 menit. Ruangan yang sudah dingin karena AC makin terasa membeku karena keduanya tidak ada yang mengeluarkan suara.
Jayandra menyesap batang rokoknya yang kedua. Masih menatap tajam remaja di hadapannya yang sedari tadi menunduk. Tubuhnya ia sandarkan pada kursi kerjanya, menyesap kembali rokok herbal itu.
"Kali ini kenapa?" Tanya Jayandra.
Remaja itu masih bergeming. Tidak berniat menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Jayandra, membuat pria itu sedikit tersulut emosi.
"Mana sopan santunmu pada orangtua?" Ucap Jayandra sekali lagi. Memperingatkan remaja di hadapannya. Laki-laki di depannya masih enggan menjawab. Jayandra menghela napas dengan berat.
"Ayah tanya sekali lagi. Kali ini kenapa bisa balapan liar sampai ditangkap polisi kaya tadi?" Jayandra bertanya dengan sedikit keras.
Remaja di hadapannya masih tetap bergeming. Tidak ada niatan untuk buka suara. Jayandra geram. Pria itu mematikan rokoknya yang masih ia hisap dua kali ke dalam asbak dengan kasar.
"Lokapala Akira Aswatama. Jawab ayah."
Lokapala, remaja laki-laki yang sedari tadi menjadi objek wawancara sang ayah, terlihat sangat gugup. Kakinya bergetar di bawah meja.
Jayandra melihat bagaimana putranya itu gugup. Remaja itu bahkan beberapa kali meneguk ludah.
"Fine kalau kamu diam aja. I'll find it myself. But you'll be grounded for one month. No car, no bike. No drive, no ride. Jangan harap kamu bisa main sama teman-temanmu itu." Ancam Jayandra. Pria itu bersiap angkat kaki dari ruang kerjanya, meninggalkan putranya yang masih duduk di kursi.
"Mereka nantangin aku."
Jayandra berhenti berjalan. Menunggu penjelasan dari putranya.
"Siapa?"
"Lawan Loka yang tadi. Ares Dave."
"Kali ini apa yang kamu dapat dari balapan itu?" Jayandra bertanya kembali
Lokapala tidak menjawab. Remaja itu makin menundukkan wajahnya. Kakinya masih bergerak naik turun dengan cepat, tanda kalau ia sedang gugup.
"A car? Or maybe a girl?"
"Aku nggak sebejat yang ayah pikir." Lokapala menjawab dengan ketus.
"Good then, now tell me what will you get from that race?"
"Koenigsegg Jesko Absolute."
Jayandra mendecakkan lidahnya. Tidak memikirkan jawaban anaknya akan sekonyol itu. Balapan untuk sebuah mobil. Well, that's challenging and also interesting for a young boy. Tapi setelah kejadian itu, balapan adalah aktivitas yang akan Jayandra blacklist dari kegiatan anak-anaknya.
"And now what you get? A car? Or a punch in your face?"
"A punch in my face." Lokapala menjawab dengan nada rendah. Ia sudah siap dengan pukulan yang ayahnya layangkan setiap kali dirinya melanggar aturan. He's getting used to it.
"Good answer, son. You're so lucky for not breaking your neck and end up like your brother."
Lokapala mengepalkan tangannya. Daripada merasa gugup, Loka sekarang merasa marah karena sang ayah membawa nama kakaknya dalam masalah pribadinya.
"I don't think we should bring Nev in this useless convo." Kata Lokapala geram.
"Then you shouldn't do that damn thing if you really feel sorry about what happened to your brother. Motor, mobil, dan kartu akan ayah sita selama dua minggu." Lanjut Jayandra. Pria itu kembali berjalan keluar ruang kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfinished Stories
Short Storya brain dumps contains of one shot and few ⚠️TW/CW : sickmale, paralysis, graphic stories. Mention of disease and sickness.⚠️ [Random updates] rahma Copyright 2022